Bossku di kantor mengeluh bahwa ia tak punya cukup waktu untuk bercengkerama dengan keluarga gara-gara banyak kerjaan kantor. Kadang waktu libur yang seharusnya menjadi saatnya untuk bersama keluarga, dipakai untuk menyelesaikan urusan-urusan kantor. Pernah suatu hari bossku mengeluh : “Ah seandainya waktu tak hanya 24 jam, mungkin saya bisa membagi waktu saya dengan keluarga saya”.
Setiap orang diberi waktu sama: 24 jam. Tak ada yang lebih banyak, tak ada yang lebih sedikit. Karenanya kita tak pernah dibilang miskin waktu atau kaya waktu. Kita sama-sama diberi jumlah jam yang sama dalam sehari. Orang yang sibuk dengan pekerjaan dan urusannya, tentu selalu merasa kekurangan waktu. Sebaliknya orang yang tak memiliki pekerjaan, waktu berjalan begitu lambat. Bahkan ada istilah ”membunuh waktu” untuk menggambarkan bahwa terlalu banyak waktu yang ia miliki sehingga harus ”dibunuh” sebagian dengan beberapa kegiatan yang menjadi hobbi atau kesukaannya.
Sebuah pepatah Irlandia berbicara tentang waktu. Ada baiknya kita renungkan, di tengah kesibukan kita, yang kadang kita melupakan waktu untuk berpikir, bermain, membaca, berdoa dan seterusnya.
Begini bunyi lengkap pepatah Irlandia tersebut.
Ambillah Waktu.
Ambillah waktu untuk berpikir.
Itu adalah sumber kekuatan.
Ambillah waktu untuk bermain.
Itu adalah rahasia dari masa muda yang abadi.
Ambillah waktu untuk membaca.
Itu adalah sumber kebijaksanaan.
Ambillah waktu untuk berdoa.