Salah satu teman kelasku yang laki-laki akhirnya bicara setelah aroma itu menghantui kelas sekitar 5 menit yang terasa seperti 5 jam.
Gracia kemudian terbangun dari duduknya. Dengan segera menarik tangan Tata untuk menemaninya keluar kelas untuk membersihkan alas kakinya, tampak begitu panik dengan keringat dingin mengucur dari dahinya. Aku yang tersadar akan hal itu langsung berbicara menggunakan kode mata dengan Tata yang berjalan menuju keluar kelas dengan tertatih-tatih karena menahan tawa atas kejadian itu.
“Gracia?!”
“Iyalah siapa lagi! Liat dong dia panik begini.”
Aku berbicara bagaikan telepati dengan Tata. Manusia satu itu memang penuh dengan kejutan dan selalu ada saja hal konyol yang tanpa sadar ia lakukan.
Aku bisa melihat Tata menyengir begitu lebar dibalik masker hitam yang dia gunakan. Kala itu adalah masa endemi ketika pandemi yang diakibatkan oleh suatu virus baru saja mereda dan sekolah tatap muka baru diadakan lagi. Maka dari itu, semuanya diwajibkan untuk memakai masker kecuali saat sedang makan atau berolahraga. Bayangkan saja, meskipun dengan masker, aroma itu tetap saja menyengat ke hidung kami seolah masker tidak ada apa-apanya. Salah seorang anak kelas yang menyadari ada bekas jejak kaki di lantai kemudian berkata.
“Woi, siapa yang nginjak tai ni? Ada jejaknya ini.”
Aku dan Dian terbahak-bahak mendengar hal itu. Tidak sabar menceritakannya kembali pada Tata dan Gracia saat mereka kembali ke kelas. Terima kasih atas kejutan makan siang yang kalian berikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H