Mohon tunggu...
Nandita Fitri Ananda
Nandita Fitri Ananda Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA UNIVERSITAS MERCU BUANA

NIM: 43223010134 | PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI | FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS | UNIVERSITAS MERCU BUANA | DOSEN: PROF. Dr. Apollo, M. Si.,Ak.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ranggawarsita Tiga Era, Kalasuba, Katatidha, Kalabendhu, dan Fenomena Korupsi di Indonesia

26 Oktober 2024   17:36 Diperbarui: 26 Oktober 2024   17:36 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Modul PPT Dosen: Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Relevansi Pemikiran Ranggawarsita dengan Kondisi Korupsi di Indonesia

Pemikiran Ranggawarsita tentang tiga era ini sangat relevan dengan fenomena korupsi di Indonesia karena ia menunjukkan bahwa moralitas dan integritas kepemimpinan adalah kunci utama untuk mempertahankan kesejahteraan dan stabilitas suatu masyarakat. Pada zaman Kalasuba, masyarakat dapat menikmati kemakmuran karena pemimpin bertindak dengan adil dan bertanggung jawab. Namun, ketika moralitas pemimpin mulai menurun, seperti yang terlihat di era Katatidha, kondisi ketidakpastian mulai muncul. Akhirnya, pada era Kalabendhu, ketika moralitas pemimpin benar-benar rusak, masyarakat jatuh ke dalam penderitaan akibat tindakan-tindakan yang tidak adil dan korupsi yang merajalela. Di Indonesia, korupsi menciptakan ketidakstabilan yang terus menerus. Fenomena ini tidak hanya berdampak pada ekonomi, tetapi juga melemahkan sistem politik dan hukum negara. Kasus-kasus korupsi besar yang melibatkan pejabat tinggi sering kali menunjukkan bagaimana kekuasaan disalahgunakan, dan kepercayaan publik terhadap pemerintah semakin menurun. Kondisi ini mirip dengan Katatidha dan Kalabendhu, di mana kebingungan, ketidakadilan, dan penderitaan muncul karena ulah para pemimpin yang tidak bertanggung jawab.

How 

BAGAIMANA PEMIKIRAN RANGGAWARSITA DAPAT MEMBANTU MEMECAHKAN MASALAH KORUPSI ?

  • Kembali ke Nilai-nilai Moral dan Etika
    Pemikiran Ranggawarsita mengingatkan kita betapa pentingnya mempertimbangkan kembali nilai-nilai moral dan etika saat bertindak sebagai pemimpin. Untuk mengatasi jeratan korupsi di Indonesia, diperlukan pemimpin yang memiliki integritas dan pengetahuan yang memadai. Pemimpin yang ideal harus mampu menjunjung tinggi keadilan dan memegang amanah rakyat. Dengan demikian, nilai-nilai moral dan etika harus menjadi landasan utama dalam pengambilan keputusan. Pemimpin yang berpegang pada prinsip-prinsip ini tidak hanya akan memperoleh kepercayaan masyarakat, tetapi juga menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pertumbuhan sosial dan ekonomi. Selain itu, dengan adanya pemimpin yang berintegritas, masyarakat akan lebih percaya bahwa kebijakan yang diambil akan berpihak pada kepentingan umum, bukan untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu.


  • Reformasi Sistem Pemerintahan
    Selain itu, reformasi sistem pemerintahan sangat diperlukan untuk menjadikannya lebih transparan dan akuntabel. Hal ini mencakup peningkatan fungsi lembaga pengawas yang memiliki kapasitas untuk mengidentifikasi dan menghentikan tindakan korupsi. Dalam situasi seperti ini, masyarakat harus berpartisipasi dalam pengawasan pemerintah. Dengan demikian, masyarakat memiliki suara dalam menentukan kebijakan dan berperan aktif dalam melaporkan tindakan korupsi yang terjadi. Reformasi ini juga harus mencakup perbaikan prosedur administrasi publik, agar setiap kebijakan dan keputusan yang diambil dapat diawasi secara langsung oleh masyarakat. Dengan adanya transparansi, masyarakat dapat dengan mudah mengakses informasi terkait pengeluaran anggaran, proyek pembangunan, dan kebijakan publik lainnya. Hal ini akan mengurangi kemungkinan terjadinya penyalahgunaan wewenang dan korupsi, serta menciptakan sistem pemerintahan yang lebih baik.

  • Pendidikan dan Kesadaran Masyarakat
    Pendidikan adalah bagian penting dalam memerangi korupsi. Sangat penting bagi masyarakat untuk memahami dampak buruk korupsi dan pentingnya integritas. Dengan demikian, generasi mendatang akan memiliki kesadaran yang lebih baik tentang tanggung jawab sosial mereka. Oleh karena itu, pendidikan karakter harus dimasukkan ke dalam program pendidikan. Melalui pendidikan yang baik, masyarakat akan diajarkan untuk menghargai nilai-nilai kejujuran, keadilan, dan tanggung jawab. Pendidikan yang berfokus pada pengembangan karakter akan membantu menciptakan individu yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki integritas yang tinggi. Dengan demikian, generasi muda akan tumbuh menjadi pemimpin yang baik di masa depan, yang akan memerangi korupsi dan mendukung terciptanya masyarakat yang adil dan sejahtera.

Kesimpulan

Melalui konsep tiga era ini, Ranggawarsita sebenarnya ingin memberikan peringatan dan pelajaran bagi generasi yang akan datang. Dia menyadari bahwa peradaban yang besar sekalipun dapat mengalami kemunduran jika para pemimpinnya tidak lagi memperhatikan nilai-nilai moral dan keadilan. Dalam konteks ini, Ranggawarsita juga menekankan pentingnya kepemimpinan yang adil, bijaksana, dan penuh tanggung jawab, serta bagaimana kehancuran moral dapat membawa masyarakat pada masa yang penuh penderitaan. Perubahan dari satu era ke era lainnya menggambarkan pentingnya peran kepemimpinan dan moralitas dalam menentukan arah sebuah peradaban. Pemikiran Ranggawarsita mengenai tiga era yaitu Kalasuba, Katatidha, dan Kalabendhu memberikan wawasan yang mendalam mengenai kondisi masyarakat yang dipengaruhi oleh kepemimpinan dan moralitas. Dalam konteks fenomena korupsi di Indonesia, pemikiran ini sangat relevan, karena korupsi tidak hanya merusak kepercayaan publik tetapi juga mengancam kesejahteraan masyarakat. Dengan mengembalikan nilai-nilai moral dan etika dalam kepemimpinan, mereformasi sistem pemerintahan, dan meningkatkan pendidikan serta kesadaran masyarakat, diharapkan Indonesia dapat keluar dari jeratan korupsi dan menuju masa depan yang lebih baik, mirip dengan keadaan yang diharapkan pada era Kalasuba.

DAFTAR PUSTAKA

Norma, A. (2013). TEOLOGI LINGKUNGAN RANGGAWARSITA:KAJIAN TERHADAP TEKS-TEKS ZAMAN EDAN. Pujangga Rakyat Ronggowarsito, dalam Ronggowarsito, Zaman Edan , 118-119.

Jupriono, D., & Marsih, L. (2011). PESAN MORAL RANGGAWARSITA DALAM KALATIDHA DAN SERAT JAKA LODHANG . Parafrase.

Setiadi, P. (2013). TEOLOGI LINGKUNGAN RANGGAWARSITA: KAJIAN TERHADAP TEKS-TEKS ZAMAN EDAN. Discourse Analysis of Serat Kalatidha: Javanese Cognition System and Local Wisdom, Asian Journal of Social Sciences & Humanities .

Simuh. ( 2014). TEOLOGI LINGKUNGAN RANGGAWARSITA: KAJIAN TERHADAP TEKS-TEKS ZAMAN EDAN. Mistik Islam Kejawen Raden Ngabehi Ranggawarsita: Suatu Studi terhadap Serat Wirid Hidayat, 34-35.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun