Mohon tunggu...
Nandita Fitri Ananda
Nandita Fitri Ananda Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA UNIVERSITAS MERCU BUANA

NIM: 43223010134 | PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI | FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS | UNIVERSITAS MERCU BUANA | DOSEN: PROF. Dr. Apollo, M. Si.,Ak.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ranggawarsita Tiga Era, Kalasuba, Katatidha, Kalabendhu, dan Fenomena Korupsi di Indonesia

26 Oktober 2024   17:36 Diperbarui: 26 Oktober 2024   17:36 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Modul PPT Dosen: Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak
Modul PPT Dosen: Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Modul PPT Dosen: Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak
Modul PPT Dosen: Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Modul PPT Dosen: Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak
Modul PPT Dosen: Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

What

APA TIGA ERA MENURUT RANGGAWARSITA ?

Ranggawarsita, seorang pujangga besar dari Surakarta, menggambarkan perubahan zaman melalui tiga era utama yang diberi nama Kalasuba, Katatidha, dan Kalabendhu. Ketiga era ini memiliki karakteristik dan makna tersendiri yang merepresentasikan dinamika kehidupan masyarakat serta kondisi sosial dan politik pada masanya. Dengan karya-karyanya, Ranggawarsita tidak hanya memberikan refleksi atas kondisi zamannya, tetapi juga memproyeksikan siklus peradaban yang terus berulang sepanjang sejarah.

  • Kalasuba 
    Era pertama yang digambarkan oleh Ranggawarsita adalah Kalasuba, yang berarti zaman kemakmuran. Pada era ini, kehidupan masyarakat berada dalam kondisi yang sangat baik dan harmonis. Masyarakat hidup sejahtera, hukum ditegakkan dengan tegas, dan pemimpin menjalankan tugas serta tanggung jawab mereka dengan penuh bijaksana. Era Kalasuba merupakan masa kejayaan di mana segala sesuatu berada dalam keteraturan. Pada masa ini, tidak ada konflik besar yang mengganggu ketentraman masyarakat, dan seluruh elemen sosial berfungsi sesuai peran masing-masing. Para pemimpin yang adil dan bijaksana memainkan peran sentral dalam menjaga stabilitas sosial dan politik. Mereka tidak hanya berfungsi sebagai penguasa, tetapi juga sebagai pelindung dan penjamin kesejahteraan rakyat. Pada era Kalasuba, kepercayaan masyarakat terhadap pemimpin sangat tinggi karena para pemimpin dianggap mampu mengayomi, melindungi, dan membawa masyarakat ke arah yang lebih baik. Kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya berkembang pesat, dan masyarakat merasakan kenyamanan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Ranggawarsita melihat Kalasuba sebagai masa keemasan yang menjadi puncak dari siklus peradaban.
  • Katatidha
    Seiring waktu, kondisi ideal pada era Kalasuba mulai merosot, dan muncullah era Katatidha, yang digambarkan oleh Ranggawarsita sebagai masa penuh ketidakpastian dan keraguan. Kata "Katatidha" sendiri dapat diartikan sebagai sesuatu yang samar, kabur, atau tidak jelas. Era ini merupakan masa transisi di mana masyarakat mulai kehilangan arah dan merasa tidak pasti tentang masa depan. Pada zaman ini, keadilan yang sebelumnya ditegakkan dengan baik mulai goyah, dan masyarakat tidak lagi memiliki keyakinan yang sama terhadap para pemimpin. Katatidha adalah masa ketika kepercayaan publik terhadap pemimpin mulai merosot. Para pemimpin yang dulunya dianggap sebagai figur yang kuat dan dapat diandalkan kini tampak lemah dan sering kali bertindak tidak konsisten. Akibatnya, muncul kebingungan di kalangan masyarakat. Mereka tidak lagi tahu siapa yang harus dipercaya atau ke mana arah kehidupan sosial dan politik akan berlabuh. Masa ini diwarnai oleh berbagai kekacauan kecil dan perubahan yang tidak menentu, baik dalam aspek politik, ekonomi, maupun sosial. Dalam kondisi seperti ini, masyarakat mulai terpecah dan terlibat dalam pertentangan, baik secara internal maupun eksternal. Era Katatidha menggambarkan kondisi di mana masyarakat mulai merasakan adanya ketidakpastian, yang pada akhirnya mengarah pada ketidakstabilan yang lebih besar.
  • Kalabendhu
    Kehancuran yang lebih besar terjadi ketika masyarakat memasuki era Kalabendhu, yang digambarkan Ranggawarsita sebagai masa penuh penderitaan dan bencana. Era ini merupakan titik nadir dari siklus peradaban yang dimulai dengan kemakmuran di era Kalasuba. Kalabendhu adalah zaman yang penuh dengan kejahatan, ketidakadilan, dan kekacauan. Pada masa ini, kerusakan moral dan sosial terjadi di segala lapisan masyarakat. Masyarakat hidup dalam penderitaan yang disebabkan oleh ulah pemimpin yang tidak amanah dan tindakan-tindakan yang melanggar etika serta nilai-nilai moral. Pemimpin yang seharusnya melindungi dan mengayomi masyarakat malah menjadi sumber utama dari masalah. Mereka bertindak sewenang-wenang, memanfaatkan kekuasaan untuk keuntungan pribadi, dan mengabaikan kepentingan rakyat. Akibatnya, terjadi penindasan dan ketidakadilan yang merajalela. Kehidupan sosial menjadi kacau, dan masyarakat merasakan penderitaan akibat kemerosotan moral yang terjadi di mana-mana. Korupsi, ketidakadilan, dan perilaku tidak bermoral menyebar tanpa bisa dihentikan. Ranggawarsita menggambarkan Kalabendhu sebagai era yang dipenuhi oleh bencana sosial dan moral, yang membuat masyarakat merasa putus asa dan tidak ada lagi harapan.

Why

MENGAPA PEMIKIRAN RANGGAWARSITA MENGENAI TIGA ERA INI DAPAT DIKAITKAN DENGAN FENOMENA KORUPSI DI INDONESIA ? 

Pemikiran Ranggawarsita mengenai tiga era yaitu Kalasuba, Katatidha, dan Kalabendhu dapat dikaitkan dengan fenomena korupsi di Indonesia karena konsep-konsep yang diungkapkannya memiliki relevansi yang kuat dengan kondisi sosial, politik, dan moral yang dihadapi oleh masyarakat modern, khususnya terkait dengan masalah kepemimpinan dan integritas. Setiap era yang digambarkan oleh Ranggawarsita menunjukkan perubahan dan transisi yang terjadi dalam suatu peradaban, dan korupsi adalah salah satu indikator utama yang mencerminkan kemerosotan moral serta kepemimpinan yang buruk, sebagaimana dijelaskan dalam fase-fase perubahan zaman tersebut.

  • Kalasuba dan Kepemimpinan Ideal

Pada era Kalasuba, Ranggawarsita menggambarkan zaman yang penuh kemakmuran, di mana masyarakat hidup dalam kesejahteraan, dan para pemimpin menjalankan tugasnya dengan bijaksana dan adil. Pada masa ini, hukum ditegakkan dengan baik, dan pemimpin berfungsi sebagai pengayom yang menjaga kepercayaan masyarakat. Zaman ini bisa diibaratkan sebagai masa kejayaan ketika nilai-nilai moral dan etika dijunjung tinggi. Dalam konteks modern, ini dapat diasosiasikan dengan situasi di mana negara bebas dari korupsi dan para pemimpin bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan dan kepentingan publik. Di Indonesia, masa ketika para pemimpin memiliki integritas tinggi, bekerja demi kesejahteraan rakyat, serta menegakkan hukum dengan adil akan menciptakan suasana yang mirip dengan Kalasuba. Ketika hukum berjalan dengan benar dan kepemimpinan bersih dari korupsi, masyarakat akan merasakan stabilitas, keamanan, dan kesejahteraan. Namun, realitas yang terjadi di Indonesia menunjukkan bahwa korupsi sering kali menggerogoti sistem pemerintahan, sehingga sulit untuk mempertahankan kondisi seperti Kalasuba dalam jangka panjang. Para pemimpin yang terjebak dalam korupsi mengkhianati kepercayaan rakyat dan merusak kesejahteraan yang seharusnya dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.

  • Katatidha dan Masa Ketidakpastian

Ranggawarsita menggambarkan Katatidha sebagai masa ketidakpastian dan keraguan. Ini adalah periode di mana masyarakat mulai merasakan kebingungan karena kehilangan arah dan kepercayaan terhadap pemimpin. Era ini menandai transisi dari kemakmuran menuju ketidakstabilan, di mana keadilan mulai terguncang dan tidak ada lagi kepastian dalam kehidupan sosial. Dalam situasi modern, Katatidha dapat mencerminkan kondisi di Indonesia ketika korupsi mulai merajalela. Korupsi tidak hanya merusak kepercayaan publik terhadap pemerintah, tetapi juga menciptakan ketidakpastian dalam berbagai aspek kehidupan, seperti ekonomi, hukum, dan keamanan. Korupsi di Indonesia sering kali mengakibatkan krisis kepercayaan terhadap lembaga-lembaga negara. Ketika masyarakat melihat banyak pejabat publik yang terlibat dalam skandal korupsi, mereka mulai merasa tidak yakin bahwa hukum dapat melindungi mereka. Ketidakpastian muncul karena hukum sering kali tidak ditegakkan secara adil, dan masyarakat melihat ada ketimpangan dalam penerapan hukum. Sebagai contoh, korupsi yang melibatkan pejabat tinggi sering kali berakhir dengan hukuman yang lebih ringan dibandingkan dengan kasus-kasus kecil yang melibatkan rakyat biasa. Ketidakadilan seperti ini menciptakan rasa ketidakpastian, kebingungan, dan kekecewaan yang membuat masyarakat meragukan kepemimpinan negara.

  • Kalabendhu dan Masa Kehancuran

Era terakhir yang digambarkan oleh Ranggawarsita adalah Kalabendhu, sebuah masa yang penuh penderitaan, kekacauan, dan bencana. Zaman ini adalah puncak dari kemerosotan moral di mana pemimpin sudah sepenuhnya kehilangan integritas dan hanya mengejar kepentingan pribadi, tanpa memperhatikan kesejahteraan rakyat. Pada masa ini, kejahatan, ketidakadilan, dan kerusakan moral menyebar ke seluruh lapisan masyarakat. Kalabendhu adalah kondisi yang paling mendekati situasi di mana korupsi telah mencapai titik tertinggi dan merusak semua aspek kehidupan sosial, politik, dan ekonomi. Fenomena korupsi di Indonesia dapat dilihat sebagai tanda dari kondisi yang mirip dengan Kalabendhu. Ketika korupsi tidak terkendali, hal ini menciptakan situasi di mana kesejahteraan masyarakat terabaikan, dan negara terjebak dalam lingkaran setan kemiskinan, ketidakadilan, serta penderitaan. Para pemimpin yang terlibat dalam korupsi sering kali mengeksploitasi kekuasaan mereka untuk keuntungan pribadi atau kelompok tertentu, merugikan masyarakat luas. Korupsi merusak sistem pemerintahan, melemahkan supremasi hukum, dan membuat masyarakat hidup dalam ketidakpastian serta penderitaan.

Pada era Kalabendhu, korupsi bisa diartikan sebagai hilangnya moralitas dan tanggung jawab dari para pemimpin, yang kemudian memicu kekacauan sosial dan politik. Di Indonesia, fenomena korupsi telah merusak kepercayaan terhadap pemerintah dan menciptakan kondisi di mana rakyat tidak lagi merasa aman. Penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan oleh para pejabat yang korup membuat sistem pemerintahan tidak lagi bekerja untuk rakyat, melainkan hanya untuk keuntungan segelintir pihak. Kondisi ini menyebabkan penderitaan dan ketidakadilan yang dirasakan oleh masyarakat secara luas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun