Ranggawarsita adalah seorang pujangga besar dari Keraton Surakarta yang hidup pada abad ke-19. Â Nama asli Ranggawarsita adalah Bagus Burham. Ia lahir pada tanggal 15 Maret 1802 dan meninggal pada tanggal yang sama pada tahun 1873. Ia berasal dari keluarga Yasadipuran, yang merupakan pujangga istana di Surakarta, dan dia dididik oleh kakeknya, Yasadipura II. Kakek buyutnya, Yasadipura I, adalah seorang pujangga besar istana yang banyak menggubah karya-karya kuno Jawa dan dikenal sebagai pencipta kepustakaan Jawa di masa Surakarta.Â
Ranggawarsita sendiri terkenal sebagai pengarang teks tasawuf, yaitu Serat Wirid Hidayat Jati. Teks yang dibahas di sini menunjukkan kegelisahan Ranggawarsita terhadap kondisi zaman yang tidak stabil, yang diakhiri dengan ramalan masa depan yang cemerlang. Serat Kalatidha (yang berarti zaman edan), Serat Sabda Jati (yang berarti sabda kesejatian), Serat Sabdatama (yang berarti nasihat utama), Serat Jaka Lodhang (yang berarti Jaka Lodhang), dan Serat Wedharaga (yang berarti pedoman diri) merupakan karya-karya yang kemudian digabungkan menjadi satu buku berjudul Zaman Edan. Penulis menyebutnya sebagai "teks Zaman Edan". Bukan tanpa alasan jika frasa "zaman edan" dijadikan sebagai judul yang menggabungkan karya-karya lain. Selain itu, istilah "zaman edan" sudah menjadi istilah yang umum digunakan dalam masyarakat untuk menggambarkan kondisi masa lalu yang tidak stabil. Teks-teks ini dianggap seragam dalam hal tema, bahasa, dan terminologi, membahas masa depan bangsa, kesalahan moral penguasa, penderitaan rakyat, nasihat moral-spiritual, dan harapan akan zaman keemasan.
Beberapa penulis dan akademisi sering mengaitkan Serat Kalatidha, serta teks lain yang disebutkan sebelumnya, dengan kritik sosial Ranggawarsita terhadap kondisi zamannya. Tulisan ini melibatkan penyunting dan penerjemah teks yang dibahas, meskipun mereka mengklaim bahwa ada "harta karun" budaya yang dapat dipelajari dari teks tersebut. Kritik sosial ini biasanya dikaitkan dengan prinsip-prinsip etika dan agama yang terkait dengan kearifan lokal. Misalnya, Putut Setiadi berpendapat bahwa Serat Kalatidha (Zaman Edan) adalah karya puitis yang menyampaikan sistem kognisi dan kearifan lokal Jawa, yang dapat membentuk pendidikan karakter, khususnya dalam hal agama, etika, moral, dan sikap kepemimpinan yang baik.
Jika dicermati dan ditafsirkan lebih dalam, teks-teks tersebut juga dapat mengandung sebuah konsep teologi lingkungan (eco-theology). Untuk membangun konsep tersebut, Ranggawarsita merasa perlu memberikan kritik-kritik terhadap situasi zaman di masa ia hidup, hingga muncul istilah "zaman bencana".