Kesesuaian, ketepatan, atau kemasuk-akalan sebuah gagasan atau perbuatan dalam percakapan dan wacana sosial selalu dikaitkan dengan rasionalitas. Sebaliknya, ketidakrasionalan dikaitkan dengan bodoh, kengawuran, dan ketidak-tepatan. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa berpikir dan bertindak secara rasional merupakan keharusan dan norma dalam kehidupan manusia. Tidak mematuhinya akan mengakibatkan kerugian dalam satu atau lain cara.Â
Kemampuan manusia untuk berpikir dan bertindak secara rasional dianggap sebagai pencapaian tertinggi dari semua makhluk hidup (Shafir & LeBoeuf, 2002; Santos & Rosati, 2015). Karena itu rasionalitas termasuk penting untuk studi sosial dan perilaku, terutama psikologi, ekonomi, dan filsafat.
Dari perspektif masyarakat umum, psikologi, ekonomi, dan filsafat, rasionalitas sama pentingnya. Gambaran tentang tindakan yang dipandang rasional akan membantu memahami dari berbagai sudut pandang itu. Jika seseorang diharapkan bertindak secara rasional, itu berarti mereka berbuat berdasarkan keputusan yang dipikirkan secara matang dan didasarkan pada informasi yang akurat dan objektif.Â
Menurut Baron (2008), rasionalitas adalah ukuran yang bersifat normatif yang digunakan untuk mengevaluasi keyakinan-keyakinan, dan keputusan yang diambil seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkannya. Dengan menggunakan rasionalitas sebagai ukuran normatif, keputusan dan keyakinan yang mendasari seseorang dapat dinilai sebagai benar secara rasional.
 Selain itu, rasionalitas dalam satu keadaan dapat dibandingkan dengan takaran rasionalitas dalam keadaan lain. Demikian juga, rasionalitas individu tertentu dapat dibandingkan dengan takaran rasionalitas individu lainnya. Secara umum, rasionalitas dapat dinilai sangat tinggi,tinggi, sedang, rendah, atau sangat rendah.
Stanovich dan West (2014) mendefinisikan Rasionalitas menjadi dua definisi yang berbeda. Yaitu yang pertama, sebagai keputusan yang tepat berdasarkan hasil yang diinginkan dihitung dari sudut pandang pencapaian tujuan dan yang kedua, sebagai keyakinan yang dipegang oleh seseorang yang didukung oleh petunjuk terbaik.
Â
KATEGORI RASIONALITAS
L. Laeyendecker mendefinisikan Rasionalitas Weber dalam empat kategori, yaitu Rasionalitas Praktis, Rasionalitas Formal, Rasionalitas Substansial dan Rasionalitas Teoritas. Rasionalitas Praktis adalah rasionalitas yang berkaitan dengan perbuatan rasional yang difokuskan pada tujuan dan berhubungan dengan langkah hidup yang dipertimbangkan, di mana media diukur secara teratur dengan mempertimbangkan tujuan praktis sehari-hari di mana kebutuhan diri sendiri sangat penting.
Rasionalitas praktis berasal dari rasionalitas teoritis. Rasionalitas Teoritas adalah rasionalitas yang tidak jelas terkait dengan orientasi perbuatan sosial, mencakup penguasaan teoritis atas realitas melalui penggunaan pengertian abstrak.Â
Namun, di balik semua itu terdapat keinginan yang tidak tertahankan untuk mengintegrasikan kenyataan. Rasionalitas teoritis berkaitan dengan keyakinan dan tindakan rasional.Â
Dalam perspektif yang dipertimbangkan, keinginan dianggap rasional jika secara kausal bergantung pada keyakinan yang telah dicapai individu dengan cara yang secara teoritis rasional. Sebenarnya, perspektif ini tampaknya memengaruhi beberapa percakapan tentang otonomi dan rasionalitas.Â