Produk-produk ini tidak hanya bermanfaat secara ekonomis, tetapi juga mengurangi limbah minyak jelantah yang terbuang ke lingkungan.
Meskipun demikian, proses daur ulang minyak jelantah masih memiliki tantangan tersendiri. Salah satunya adalah adanya kontaminan seperti air, sisa makanan, dan logam berat yang dapat menurunkan kualitas produk akhir. Oleh karena itu, diperlukan proses pra-perlakuan dan pemurnian yang baik sebelum minyak jelantah dapat diolah menjadi produk baru.Â
Selain itu, perlu adanya kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam mengumpulkan dan menyalurkan minyak jelantah ke tempat pengolahan yang tepat. Pemerintah juga memiliki peran penting dalam menyediakan fasilitas pengolahan minyak jelantah serta membuat kebijakan yang mendukung program daur ulang ini (Santoso et al., 2022).Â
Dengan upaya bersama dari berbagai pihak, kita dapat mewujudkan bumi yang lebih sehat dengan memanfaatkan kembali minyak jelantah menjadi produk yang bermanfaat.
REFERENSI
Gregory, J. A. (2015). Thermal Conversion of Triglycerides of Vegetable Oil for Production of Renewable Lamp Fuel. The University of Western Ontario (Canada).
Kulkarni, M. G., & Dalai, A. K. (2006). Waste cooking oil an economical source for biodiesel: a review. Industrial & engineering chemistry research, 45(9), 2901-2913.
Lubis, J., & Mulyati, M. (2019). Pemanfaatan minyak jelantah jadi sabun padat. Jurnal Metris, 20(02), 116-120.
Santoso, N. I., Sugiarti, T., & Arisandi, A. (2022). Strategi Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pemanfaatan Limbah Minyak Jelantah Di Kelurahan Sambikerep Kecamatan Sambikerep Kota Surabaya. Amalee: Indonesian Journal of Community Research and Engagement, 3(2), 377-391.
Sharma, S., Barkauskaite, S., Jaiswal, A. K., & Jaiswal, S. (2021). Essential oils as additives in active food packaging. Food chemistry, 343, 128403.
Tchobanoglous, G., Burton, F. L., & Stensel, H. D. (1991). Wastewater engineering. Management, 7(1), 4.