Menciptakan kehidupan yang seimbang antara bekerja dan berkeluarga tentunya bukan hal yang mudah untuk beberapa orang tua di zaman sekarang. Tuntutan kebutuhan hidup yang semakin tinggi, tak jarang membuat kedua orang tua memilih untuk sama-sama bekerja.Â
Oleh sebab beban kerja yang tinggi, orang tua kerap lembur atau membawa pekerjaannya pulang ke rumah. Hal ini tentunya berdampak pada keterlambatan perkembangan si buah hati yang kurang mendapatkan perhatian atau kasih sayang yang utuh dari figur ayah maupun ibunya.
Melihat kejadian di sekitar kita saja, orang tua yang terlampau sibuk dengan pekerjannya atau ketika anak mulai gelisah di tempat umum lebih cenderung memberikan alternatif agar anak mereka dapat tenang. Namun sayangnya, alternatif yang kerap diberikan ialah tontonan pada gadget tanpa pembatasan layar waktu (screentime).Â
Hal ini tentu keliru dan memiliki efek jangka panjang bagi perkembangan anak. Salah satunya ialah perkembangan bicara yang terhambat atau dapat disebut dengan gangguan keterlambatan berbicara (speech delay). Melansir dari jurnal Center for Community Child Health, 2006 dan Early Support for Children, Young People and Families, 2011, speech delay merupakan kondisi di mana kemampuan bicara anak masih dapat berkembang seperti anak pada umumnya, hanya saja waktunya lebih lambat dari pada tugas perkembangan seharusnya.
Pada dasarnya berbicara merupakan bagian dari perkembangan anak yang dimulai sejak lahir. Seorang anak yang belum mampu memahami dan mengulang sekitar 20 kata penting di usia satu setengah tahun, merupakan salah satu gejala gangguan perkembangan, tepatnya keterlambatan berbicara (speech delay). Kondisi gangguan ini masih dapat berkembang, hanya saja waktunya lebih lambat dari anak pada umumnya.
Lantas, apa sih pengertian dari speech delay itu sendiri? Simak penjelasan di bawah ini.
Seorang anak dikatakan memiliki speech delay ketika kemampuan bicaranya jauh di bawah rata-rata anak sebayanya. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengatakan speech delay diduga dialami oleh 5 -- 8% anak-anak usia prasekolah.Â
Menurut Haryatiningsih, dkk. (2014), prevalensi keterlambatan bicara pada anak prasekolah di Indonesia adalah antara 5%-10%. Serta berdasarkan informasi yang disampaikan oleh Ketua Umum Ikatan Terapi Wicara Indonesia (IKATWI) pada 20 Mei 2022, terdapat sekitar 20 persen dari jumlah anak Indonesia yang mengalami keterlambatan bicara.
Namun, tahukan kamu bagaimana screentime/penggunaan gadget yang berlebihan dapat mempengaruhi keterlambatan perkembangan bicara anak?
Beberapa Penyebab speech delay di bawah ini dapat menjawab pertanyaan para orang tua dan juga masyarakat umum mengenai keterkaitan antara screentime gadget dengan gangguan keterlambatan berbicara (speech delay) :
- Tidak adanya model yang baik untuk ditiru
Keterikatan (bonding) orang tua dengan anak sebagai lini pertama role model di rumah memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan bicara anak, serta apapun yang anak ingin ungkapkan (Sasikala & Cecil, 2016).Â
Anak yang tumbuh tanpa memiliki model yang baik untuk ditiru akan lebih beresiko untuk mengalami speech delay, hal ini disebabkan karena anak tidak memiliki model yang dapat ditiru dalam hal penggunaan bahasa yang kemudian menghambat perkembangan bahasanya.
Jadi, dapat terbayang bukan? Seorang anak yang tidak mendapatkan stimulasi berupa model yang baik untuk ditiru ucapannya, berpotensi semakin menyibukkan dirinya dengan tontonan di layar gadget dan dikhawatirkan dapat membatasi minatnya untuk berinteraksi sosial.
- Kurangnya motivasi untuk berbicara
Orang tua yang masih sering menggunakan bahasa bayi ketika berkomunikasi dengan anaknya juga dapat menjadi faktor penunjang keterlambatan berbahasa. Anak menjadi kurang memiliki motivasi untuk belajar berbahasa sesuai dengan tahap perkembangannya. bicara merupakan proses yang terus menerus yang dilalui oleh anak, sehingga apabila ia mengalami hambatan, maka proses belajarnya akan sedikit melambat (Hurlock, 2003).
- Kurangnya kesempatan untuk berbicara
Anak yang terbiasa untuk diam atau tidak memiliki kesempatan untuk berbicara akan lebih besar berpotensi mengalami speech delay karena kemampuan bicara yang dia miliki tidak dilatih dan diasah karena tidak terdapat kesempatan yang diberikan oleh orang-orang disekitarnya.Â
Hal ini terkait dengan keberadaan model bagi sang anak untuk mengeksplorasi keinginan dan perasaannya di rumah. Tidak adanya model ini dapat disebabkan oleh kesibukan figur orang tua, saudara yang kurang perhatian, dan kurangnya stimulus dalam pengasuhan (Hurlock, 2003).
Dari ketiga penyebab di atas, dapat disimpulkan bahwa screen time bukan satu-satunya penyebab anak mengalami speech delay. Kembali lagi pada pola asuh orang tua di rumah dalam merawat anak-anak mereka.Â
Gangguan speech delay ini bisa disebabkan oleh banyak faktor, baik itu faktor internal (pola asuh) dan faktor eksternal (lingkungan sekitar). Meskipun screen time atau memberikan tontonan pada anak-anak bukan sebab utama terjadinya speech delay, orang tua sebaiknya lebih memilih untuk medistraksi anak-anak dengan hal yang lain.
Gangguan speech delay juga dapat dicegah dan dihindari dengan melakukan hal-hal berikut seperti:Â
- Memberikan stimulasi pada anak, ajak anak untuk merespon suatu ucapan. Seperti misal, "bunga itu warnanya me--" dengan tujuan ia mampu untuk melanjutkan kalimat yang menggantung itu. Cara satu ini juga diharapkan efektif untuk menggugah fokus sang anak.Â
- Memberikan perhatian yang penuh dan fokus pada saat anak berbicara dan berkomunikasi,
- Menghindari paparan layar handphone yang berlebihan, dan
- Selalu memberikan quality time serta lingkungan keluarga yang baik untuk anak.
Orang tua yang dapat membagi waktu antara pekerjaan dan kasih sayangnya untuk anak pun tidak menutup kemungkinan anaknya dapat mengalami salah satu gangguan perkembangan ini. Namun apabila gejala-gejala speech delay mulai terlihat pada anak, segera bawa anak konsultasi dengan ahli profesional seperti Psikolog Anak maupun Dokter Spesialis Anak. Mereka dapat melakukan evaluasi untuk menilai penyebab keterlambatan dan memberikan pedoman lebih lanjut.
Sumber Referensi :
Airlangga, E. (t.thn.). Berbicara dan Berbahasa pada Anak: Bahasa Pertama dan Bahasa Kedua.
Aminah, S. R. (2022). MENGENAL SPEECH DELAY SEBAGAI GANGGUAN KETERLAMBATAN BERBICARA PADA ANAK (KAJIAN PSIKOLINGUISTIK). JALANDRI: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah, Vol. 8 No.2 Hal. 79-84.
Dewanti, A. W. (2012). Karakteristik Keterlambatan Bicara di Klinik Khusus Tumbuh Kembang Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Tahun 2008-2009. Sari Pediatri, Vol. 14, No. 4, 230-234.
Haryatiningsih., M. W. (2014). Perkembangan Balita: Deteksi Dini dan Stimulasi Tumbuh Kembang Balita. Pustaka Pelajar.
Services, U. D. (2006). The NICHD Study of Early Child Care and Youth Developtment: Findings for Children up to Age 4 Years.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H