Dengan begitu mudahnya jaringan internet yang terkoneksi di layar berukuran enam inci, rasa-rasanya apapun informasi yang diinginkan akan dengan mudah dan cepat diakses.Â
Berbagai konten-konten kreatif pun bermunculan, dimulai dari konten ringan yang dapat memicu tawa, konten informatif yang dapat memberi nutrisi pada otak, sampai konten agama yang dapat meneduhkan hati. Jika di umpakan, serasa diri ini terhanyut dalam lautan konten yang begitu banyak dan beragam.Â
Pada acara Road to Playfest 2019 di Gordi HQ, Jakarta Selatan (13/08/2019), Najwa Shihab mengatakan "Ditengah begitu banyaknya konten yang berebut mencari perhatian, menjadi diri sendiri itu sangat penting karena tidak akan ada yang bisa menyamakan". Hal ini pun sejalan dengan apa yang diri pribadi yakini dalam hati "mulailah berkarya dengan menjadi diri sendiri, maka nantinya dunia akan melihat".Â
Kiranya hal itu juga serupa dengan pencapaian yang sudah dicapai oleh Iyas Lawrence dengan podcastnya yang dikenal dengan Makna Talks.Â
Dalam memulai perjalanan karirnya, ia mulai berkarya dari ikigai yang ia miliki (Ikigai, kata dalam Bahasa Jepang berarti hal kecil yang tertanam dalam diri). Berangkat dari ikigainya yang sangat suka berbicara, ia mulai memberi dampak nyata kepada negeri ini.Â
Dengan tagline podcast "the other side of every story", tak jarang jika pendengar mendapatkan informasi anti mainstream yang memang belum pernah dibahas di luaran sana.Â
Di acara yang sama, Road to Playfest 2019, Iyas mengungkapkan dengan gaya santainya "Awal Makna Talks terbentuk ya karena gue suka ngomong dan mau ketemu orang-orang keren yang terkenal dan gue nggak kepikiran sejauh mana podcast ini bakalan berjalan. Kalau bisa lebih, sampai menginspirasi orang lain, it is surprising" (13/08/2019).Â
Hal kecil yang dilakukan secara persisten oleh Iyas tentunya membutuhkan komitmen yang besar sampai akhirnya dapat memberi dampak dan menginspirasi pendengarnya. Ken Mogi dalam bukunya yang berjudul Ikigai menuliskan yang kurang lebih jika di artikan kedalam Bahasa Indonesia, berbunyi seperti ini "memulai sesuatu dari hal kecil dan tanpa harus muluk-muluk merupakan suatu langkah besar menuju hasil yang ideal" (hal 40).Â
Untuk mencapai hasil yang ideal, tentunya kreativitas menjadi sangat penting untuk diterapkan. Sedikit banyaknya inilah yang dilakukan Najwa Shihab dalam membentuk Narasi TV berkonsepkan "Creative Journalism" dengan mengedepankan prinsip jurnalisme  yang netral, akurat dan benar, tentunya dikemas dalam kemasan yang menarik sehingga sangat cocok untuk para generasi yang lahir di era digital.Â
Tak hanya menjawab perkembangan digital yang begitu pesat, Mba Nana (sapaan akrab Najwa) percaya apapun yang ditampilkan di layar digital turut berkontribusi dalam melukis wajah negeri, ungkapnya (13/08/2019) "Kita harus bikin sesuatu yang memang terutama ke anak muda yang mendapat informasi lewat genggaman tangan, lewat digital. Maka dari itu buat Narasi yg punya topik menarik dan berbagai pilihan alternatif konten. Tapi semuanya berangkat dari tujuan dan kepercayaan bukan hanya soal konten tapi bagaimana konten itu bisa menggerakkan orang untuk berbuat hal-hal yang baik, berdampak dan berpengaruh serta membawa aksi nyata".Â
Ketika mencermati pencapaian yang dicapai oleh Mba Nana memang tak ada hentinya memukau diri pribadi. Memulai perjalanan karirnya sebagai wartawan, wakil pemimpin redaksi, memiliki program televisi Mata Najwa sampai melahirkan media kreatif Narasi.Â
Sederetan pencapaian itu merupakan bukti bahwa ada hal yang secara terus menerus diterapkan, yaitu kodawari (kata dalam Bahasa Jepang yang berarti konsistensi).Â
Ken Mogi mengatakan "Salah satu aspek terpenting yang tertanam pada diri orang yang memiliki kodawari adalah orang-orang yang mengejar tujuannya melampaui batas dan memiliki harapan besar yang tak masuk akal" (Ikigai: 2017, hal 43).Â
Kodawari yang tertanam dalam diri Mba Nana telah membawanya pada keberhasilan hingga sampai saat ini beliau selalu memberi dampak baik dan positif kepada negeri ini melalui konten yang ia buat di Narasi Tv.
Dengan menciptakan konten yang memberi dampak baik dan positif tentunya sudah turut serta mengambil bagian dalam melukis wajah negeri.Â
Saya pribadi meyakini apapun bentuk konten yang disajikan dalam dunia digital entah itu lewat podcast, youtube, instagram atau platform lainnya, ada dampak yang tak terlihat seperti misalnya membuat orang lain menjadi paham terhadap hal yang belum dipahami, membangkitkan semangat dan gelora untuk mencapai hal yang lebih atau bahkan sampai membuat orang lain berpikir ulang terhadap hal-hal yang dilakukan.Â
Setali dengan itu, podcast 30 days of lunch rasa-rasanya mempunyai konten yang memberi banyak nutrisi kepada otak. Berangkat dari kesadaran Ruby (salah satu host dan inisiator 30 days of lunch) podcast ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan yang seharusnya diketahui lebih awal oleh anak muda berada di umur dua puluh tahunan. Ungkap Ruby di Gordi HQ Jakarta Selatan (13/08/2019) "Wah gila hidup gue mungkin bakalan beda banget kalau gue tau hal-hal yang seharusnya gue tau di umur dua puluh tahunan.Â
Dan kalau gue aja butuh, harusnya ada orang lain diluar sana yang butuh juga". 30 days of lunch membahas berbagai topik-topik yang sangat menarik, dimulai dari pengembangan diri, gaya hidup, keuangan sampai investasi.Â
Dalam podcast ini, tentunya Fellexandro Ruby tak sendirian, ia ditemani Ario Pratomo dalam setiap episodenya dan turut mengundang sosok inspiratif untuk berbagi cerita dan mendiskusikan suatu topik.Â
Jujur saja, setelah mendengarkan semua 30 episode podcast mereka, semangat dalam diri pribadi pun semakin menggelora dan ingin rasanya turut serta dalam melukis wajah negeri ini.Â
Sebagai pemantik semangat untuk diri pribadi dan juga para pembaca, kiranya sebuah cerita singkat dari buku "The Little Book of Ikigai: The Essential Japanese Way to Finding Your purpose in Life" dapat kita resapi bersama.Â
Dalam bukunya Ken Mogi menceritakan bahwa beberapa tahun terakhir Jepang menjadi salah satu tujuan wisata terpopuler dan hampir semua pengunjung mengatakan bahwa Jepang merupakan negara yang bersih, rapi dan on time.Â
Semua fasilitas publik seperti toilet, supermarket, dan kendaraan umum beroperasi dengan baik. Jika diamati, mengapa Jepang bisa mendapatkan predikat seperti itu di mata pengunjung? Jawabannya sangat simpel, karena didalam diri orang Jepang tertanam konsep kodawari (komitmen terhadap hal yang sedang dilakukan).Â
Dimulai dari hal kecil yang dikerjakan, mereka dilatih untuk melakukannya dengan standar kualitas tinggi dan memperhatikan hampir semua aspek detail (Hal 37-40). Inilah bagaimana peran seorang individu dapat mempengaruhi citra suatu negara. Begitu juga dengan konten kreatif yang kita buat dan muat di platform digital yang akan menjadi sangat berpengaruh terhadap wajah negeri ini. Setiap individu terlibat dalam menentukan bentuk wajah seperti apa yang akan kita lukis. Dare to take part? ;)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H