Pentingnya Peran Keluarga Dalam Membentuk Jiwa Nasionalisme Pada Generasi Muda
Nasionalisme Pada Generasi Muda Sikap cinta tanah air atau nasionalisme tumbuh dan berkembang berdasarkan kultur kebangsaan dan peran orang tua dalam mendidik anak-anaknya (Masfety et al., 2017). Orang tua dan lingkungan merupakan peletak kesadaran kebangsaan dan mental nasionalis generasi muda (Kusrina & Purwanto, 2021) hal ini juga sebagaimana yang diungkap oleh Ibu Kusnawati (39 Tahun) yang senantiasa melibatkan generasi muda mengenal budaya-budaya lokal, seperti mengikuti lomba mewarnai bendera, mengikuti lomba tujuh belas agustusan, mengikuti budayabudaya tradisional di wilayah tempat tinggal, dan mengajarkan anak-anak tarian tradisional di sekolah tempat dia mengajar. Selain itu beliau juga mengungkap dalam lingkungan keluarga, sangat perlu memperkenalkan budaya daerah suku sendiri baik itu lagu daerah, bahasa daerah, baju khas, makanan khas daerah, rumah hingga cerita rakyat yang berasal dari daerah asal orang tua. Hal ini adalah salah satu upaya untuk menanamkan nilai nasionalisme terhadap generasi muda yang saat ini mencintai bahkan meniru daripada budaya-budaya luar sehingga lupa terhadap budayanya sendiri. Salah satu budaya yang saat ini mewabah pada generasi muda di Indonesia adalah Korean Wave atau demam Korea.
Dalam peran menumbuhkan jiwa nasionalisme generasi muda, keluarga dan orang tua haruslah menjadi inspirasi dan tauladan bagi generasi muda dalam mencitrakan jiwa nasionalisme. Hal ini penting untuk menjadi patron integritas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara generasi muda dalam mewujudkan cita-cita dan mengembangkan nasionalismenya. Generasi muda diberikan ruang mengeksplorasi kemampuannya dalam masyarakat secara positif dengan mengarahkan mereka untuk aktif berorganisasi dilingkungannya. Hal ini untuk membuka wawasan genarasi muda dan mengajarkan mereka berjejaring. Salah satunya adalah aktif pada kegiatan karang taruna. Kegiatan ini sebagai salah satu upaya generasi muda menambah wawasan pengetahuan dan sosial untuk beradaptasi terhadap arus globalisasi yang berlangsung cepat. Oleh karena itu generasi muda harus responsif dengan lingkungan sebagai proses pembangunan berkelanjutan dan sebagai bagian dari civic engagement (Wadu et al., 2019). Dukungan dan dorongan orang tua sangat diperlukan dalam aktifitas kegiatan sosial masyarakat. Aktifitas sosial kemasyarakatan ini diharapkan membekali pengetahuan, keterampilan dan karakter generasi muda yang mengembangkan sikap positif seperti gotong royong, mengembangkan silahturahmi, melestarikan budaya sendiri dan toleran dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini sejalan dengan pernyataan Asep seorang mahasiswa berusia 20 Tahun yang menyatakan bahwa organisasi memberi ruang untuk generasi muda memiliki jaringan luas, menambah wawasan serta mengembangkan sikap kebangsaan dan solidaritas, dibutuhkan kerjasama dan dukungan orang tua terkait hal ini.
Kesimpulan
Pendidikan dan kebudayaan merupakan dua hal yang saling berkaitan. Dimana pendidikan selalu berubah dengan perkembangan kebudayaan. Kebudayaan selalu berubah, karena kebudayaan merupakan sejarah manusia yang senantiasa memberikan bentukbentuk baru pada polapola yang ada. Perubahan budaya dapat terjadi secara internal maupun eksternal. Perubahan internal dapat disebabkan antara lain karena ketidakpuasan terhadap tatanan dan peraturan yang berlaku, kehadiran inventor dan inovator. Perubahan eksternal biasanya lebih terasa sebagai akibat atau dampak. Aspek budaya berubah dari waktu ke waktu menurut dua pola, yaitu percepatan budaya dan serbuan logistik.
Disamping mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dari suatu generasi ke generasi lain. Proses pendidikan berfungsi untuk membentuk pribadi-pribadi yang kreatif yang menjadi penggerah serta pengembang dan jaringan kebudayaan dimana dia hidup. Dalam hal ini pendidikan dan kebudayaan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Kebudayaan suatu masyarakat akan mempengaruhi proses pembentukan kepribadian seorang individu dalam pendidikan. Dalam konsep ini, pendidikan tidak hanya diidentikkan sebagai kegiatan sekolah, tetapi juga proses pembudayaan dalam keluarga dan masyarakat. Secara sederhana upaya tersebut dapat dilakukan dengan menumbuhkan persepsi positif terhadap keragaman budaya. Hal ini penting karena inti dari masyarakat multikultural adalah kemauan untuk menerima dan menghargai budaya lain yang tercermin dalam persepsi tentang keragaman budaya (Heri Susanto, 2017:127-128).
Daftar referensi
ASYARI, Daniar; DEWI, Dinie Anggraeni. Peran Pendidikan Kewarganegaraan bagi Generasi Milenial dalam Menanamkan Jiwa Nasionalisme Di Era Globalisasi. Jurnal Pendidikan Dan Konseling (JPDK), 2021, 3.2: 30-41.
Irayanti, I., Yasin, U., Afrilistiani, M., & Indraswari, R. N. (2022). Peran Keluarga Dalam Menumbuhkan Jiwa Nasonalisme Generasi Muda. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, 12(01), 21-25.
Setiaji, Bayu Pratama. "PERAN KEBUDAYAAN DALAM PENDIDIKAN." (2022).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H