Mohon tunggu...
nandasr
nandasr Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pamulang

Seorang mahasiswa Univeristas Pamulang Teknik Informatika

Selanjutnya

Tutup

Analisis

lunturnya sikap nasionalisme generasi milenial terhadap pendidikan pancasila dan kewarganegaraan

2 Januari 2025   15:31 Diperbarui: 2 Januari 2025   15:31 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nasionalisme merupakan rasa cinta tanah air yang diwujudkan melalui sikap dan tindakan untuk menjaga kedaulatan negara, melestarikan budaya, dan memperjuangkan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi atau kelompok. Dalam konteks generasi milenial, nasionalisme tidak hanya berarti menghafal nilai-nilai Pancasila atau mengikuti upacara bendera, tetapi juga berkontribusi aktif dalam pembangunan bangsa, menjaga keutuhan budaya lokal, serta menanamkan rasa bangga terhadap identitas Indonesia.

Namun, tantangan era modern sering kali membuat makna nasionalisme menjadi kabur. Generasi milenial cenderung lebih terhubung dengan budaya global dibandingkan nilai-nilai lokal. Lunturnya sikap nasionalisme ini tidak terjadi begitu saja, melainkan dipengaruhi oleh berbagai faktor.

Generasi milenial, sebagai kelompok yang hidup di era digital dan globalisasi, memiliki tantangan yang berbeda dalam menjaga nilai-nilai kebangsaan. Dalam beberapa tahun terakhir, terlihat adanya penurunan sikap nasionalisme di kalangan generasi ini. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), yang menjadi salah satu sarana utama dalam menanamkan nilai-nilai nasionalisme, seolah kehilangan daya tarik dan relevansinya di mata sebagian besar generasi muda. Fenomena ini menjadi ancaman bagi keberlangsungan nilai-nilai kebangsaan yang seharusnya terus dilestarikan.

Dalam era globalisasi yang serba digital ini, tantangan terhadap nilai-nilai nasionalisme di kalangan generasi milenial semakin kompleks. Salah satu lunturnya nasionalisme terlihat dalam minat generasi muda terhadap Pancasila, yang seharusnya menjadi landasan pembentukan karakter bangsa.

Beberapa faktor penyebab lunturnya sikap nasionalisme pada generasi milenial mencakup:

Pengaruh Budaya Global

  • Generasi milenial saat ini lebih banyak terpapar budaya asing melalui media sosial, film, dan musik. Hal ini sering kali menggeser perhatian mereka dari nilai-nilai lokal yang terkandung dalam Pancasila. Budaya konsumerisme, individualisme, dan hedonisme menjadi lebih dominan dibandingkan semangat gotong-royong dan kebersamaan.

Pengaruh Globalisasi dan Teknologi

  • Teknologi informasi yang semakin canggih mempermudah akses terhadap budaya global. Platform media sosial sering menjadi ruang di mana generasi milenial lebih terpapar pada budaya asing dibandingkan budaya lokal. Akibatnya, nilai-nilai nasional cenderung terpinggirkan, dan identitas kebangsaan melemah.

Metode Pembelajaran yang Kurang Relevan

  • Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di sekolah masih didominasi oleh pendekatan teoritis yang kurang interaktif. Pembelajaran yang hanya berfokus pada hafalan nilai-nilai Pancasila tanpa penerapan nyata dalam kehidupan sehari-hari membuat generasi milenial sulit memahami pentingnya pelajaran ini.

Minimnya Keteladanan dari Pemimpin dan Tokoh Masyarakat

  • Ketika tokoh masyarakat, pemimpin politik, atau figur publik menunjukkan sikap yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila, seperti korupsi atau memperjuangkan kepentingan pribadi, generasi muda kehilangan panutan. Hal ini membuat mereka semakin skeptis terhadap pentingnya nasionalisme.

Krisis Kepercayaan terhadap Institusi Negara

  • Ketidakpercayaan terhadap institusi negara menjadi salah satu faktor utama yang memengaruhi lunturnya sikap nasionalisme. Generasi milenial sering kali merasakan ketidakadilan sosial, ketimpangan ekonomi, serta kurangnya transparansi dalam pengelolaan pemerintahan, sehingga memunculkan sikap apatis terhadap nilai-nilai kebangsaan.

Pengaruh Individualisme dan Konsumerisme

  • Budaya individualisme yang semakin kuat di kalangan generasi milenial, ditambah dengan gaya hidup konsumerisme, membuat mereka lebih fokus pada kebutuhan pribadi dibandingkan kepentingan bersama. Rasa solidaritas dan gotong royong, yang merupakan ciri khas bangsa Indonesia, mulai tergeser oleh pola pikir pragmatis.

Dampak dari Lunturnya sikap nasionalisme diantaranya:

Menurunnya Kesadaran Berbangsa dan Bernegara

  • Rendahnya kesadaran ini terlihat dari minimnya partisipasi generasi muda dalam kegiatan kebangsaan, seperti pemilu, kegiatan sosial, atau upacara nasional. Mereka lebih memilih aktivitas pribadi yang dianggap lebih relevan dengan kehidupan mereka.

Pergeseran Identitas Budaya

  • Ketidakpedulian terhadap budaya lokal membuat generasi muda lebih mengenal budaya asing dibandingkan budaya sendiri. Hal ini berdampak pada punahnya tradisi, bahasa daerah, dan seni budaya yang seharusnya menjadi identitas bangsa.

Melemahnya Rasa Solidaritas

  • Nasionalisme yang memudar juga berdampak pada lemahnya rasa solidaritas di masyarakat. Generasi muda cenderung lebih fokus pada keuntungan pribadi daripada memikirkan kepentingan bersama, yang pada akhirnya menghambat kemajuan bangsa.

Untuk mengatasi beberapa tantangan, diperlukan langkah-langkah strategis yaitu:

Reformasi Kurikulum Pendidikan PPKn

  • Kurikulum PPKn perlu disesuaikan dengan tantangan era digital. Pembelajaran berbasis proyek atau studi kasus yang melibatkan isu-isu nyata, seperti simulasi pengambilan keputusan berbasis Pancasila, dapat membuat pelajaran ini lebih relevan dan menarik bagi generasi milenial.

Pemanfaatan Media Digital

  • Konten digital yang menarik, seperti film pendek, vlog, infografis, atau game edukasi, dapat digunakan untuk menyampaikan nilai-nilai nasionalisme. Generasi milenial yang akrab dengan teknologi akan lebih mudah menerima pesan melalui platform digital.

Penguatan Pendidikan Karakter di Rumah

  • Pendidikan nasionalisme tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah, tetapi juga keluarga. Orang tua perlu memberikan contoh nyata dalam mencintai tanah air, seperti menggunakan produk lokal, menghormati budaya, dan aktif dalam kegiatan masyarakat.

Peningkatan Keteladanan Pemimpin

  • Pemimpin bangsa, tokoh masyarakat, dan figur publik harus menunjukkan sikap yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila. Keteladanan ini akan menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk menerapkan nilai-nilai nasionalisme dalam kehidupan mereka.

Peningkatan Kesadaran Melalui Kegiatan Sosial

  • Generasi milenial perlu dilibatkan dalam kegiatan sosial, seperti bakti sosial, pengembangan desa, atau kampanye lingkungan. Kegiatan ini dapat menumbuhkan rasa cinta tanah air dan kebanggaan sebagai bagian dari bangsa Indonesia.

Generasi milenial memiliki potensi besar untuk menjaga dan memajukan bangsa Indonesia. Namun, di era globalisasi yang penuh tantangan, sikap nasionalisme yang mereka tunjukkan perlu beradaptasi dengan kondisi zaman. Berikut adalah sikap nasionalisme yang diharapkan dari generasi milenial:

  • Mencintai dan Menghormati Identitas Bangsa
  • Menghargai budaya lokal: Generasi milenial diharapkan tidak hanya mengenal budaya daerah, tetapi juga aktif melestarikan dan mempromosikannya melalui media sosial atau kegiatan komunitas.
  • Menggunakan bahasa Indonesia dengan baik: Sikap ini termasuk menjaga kesopanan dalam berkomunikasi dan tidak menggantikan bahasa Indonesia dengan istilah asing secara berlebihan.
  • Bangga terhadap produk lokal: Menggunakan produk buatan Indonesia sebagai bentuk apresiasi terhadap karya anak bangsa dan mendukung perekonomian nasional.
  • Memahami dan Mengamalkan Nilai-Nilai Pancasila
  • Mengutamakan kepentingan bersama: Dalam kehidupan sehari-hari, generasi milenial diharapkan menempatkan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi atau kelompok.
  • Menjunjung tinggi keadilan dan persatuan: Menghindari diskriminasi, intoleransi, dan tindakan yang memecah belah persatuan bangsa.
  • Menghormati perbedaan: Sikap nasionalisme tercermin dalam toleransi terhadap keberagaman agama, budaya, dan suku di Indonesia.
  • Peduli terhadap Kemajuan Bangsa
  • Aktif dalam pembangunan sosial: Generasi milenial diharapkan berkontribusi dalam kegiatan sosial seperti pemberdayaan masyarakat, edukasi lingkungan, dan gerakan sosial lainnya.
  • Partisipasi politik yang sehat: Turut serta dalam proses demokrasi, seperti menggunakan hak pilih dalam pemilu, memberikan kritik yang membangun, serta mendukung kebijakan yang berpihak pada rakyat.
  • Mendukung kemajuan teknologi nasional: Menggunakan kemampuan digital untuk mendorong inovasi lokal, mempromosikan produk nasional, dan menciptakan solusi untuk permasalahan bangsa.
  • Menjaga Kedaulatan Bangsa
  • Menghormati simbol-simbol negara: Menghargai lagu kebangsaan, bendera Merah Putih, serta lambang negara sebagai identitas bersama.
  • Menolak intervensi asing yang merugikan: Bersikap kritis terhadap pengaruh luar yang berpotensi merusak nilai-nilai kebangsaan atau merugikan kedaulatan bangsa.
  • Melawan hoaks dan propaganda negatif: Mengedukasi diri untuk tidak mudah terpengaruh oleh berita palsu yang dapat memecah belah persatuan.

Menjadi Warga Negara yang Bertanggung Jawab

  • Taat terhadap hukum: Mematuhi peraturan yang berlaku sebagai bentuk penghormatan terhadap institusi negara.
  • Berperan aktif dalam komunitas: Mendukung program-program pemerintah dan organisasi masyarakat yang bertujuan untuk kesejahteraan bangsa.
  • Mengembangkan diri untuk bangsa: Menggunakan pendidikan dan keterampilan yang dimiliki untuk berkontribusi dalam pembangunan nasional.

Generasi milenial memiliki karakteristik unik yang dipengaruhi oleh perkembangan teknologi, globalisasi, dan perubahan sosial yang cepat. Karakteristik ini membawa kelebihan dan kekurangan yang memengaruhi pandangan mereka terhadap nasionalisme, termasuk sikap terhadap Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn).

Beberapa kelebihan generasi milenial diantaranya:

Kreatif dan Inovatif

  • Generasi milenial dikenal sebagai generasi yang kreatif, dengan kemampuan berpikir di luar kotak. Mereka mampu menciptakan solusi baru untuk berbagai masalah, termasuk dalam memanfaatkan teknologi untuk mendukung kegiatan nasionalisme, seperti kampanye sosial, promosi budaya lokal, atau kegiatan komunitas berbasis digital.

Terbuka terhadap Perubahan

  • Milenial memiliki sikap terbuka terhadap ide-ide baru, termasuk nilai-nilai modern yang dapat disandingkan dengan tradisi nasional. Hal ini memungkinkan mereka untuk mengembangkan bentuk nasionalisme yang lebih relevan dengan era digital tanpa menghilangkan esensi nilai-nilai Pancasila.

Terampil dalam Teknologi Digital

  • Keterampilan mereka dalam menggunakan teknologi memberikan peluang besar untuk menyebarluaskan nilai-nilai nasionalisme melalui platform digital. Mereka dapat memanfaatkan media sosial, vlog, atau podcast untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga identitas kebangsaan.

Semangat Kewirausahaan dan Kemandirian

  • Banyak milenial yang memiliki semangat kewirausahaan, yang memungkinkan mereka mendukung ekonomi lokal melalui usaha berbasis produk Indonesia. Ini menjadi salah satu bentuk nasionalisme ekonomi yang penting bagi kemajuan bangsa.

Berorientasi pada Kolaborasi

  • Generasi milenial cenderung menyukai kerja tim dan kolaborasi. Dalam konteks nasionalisme, mereka dapat bekerja sama dalam komunitas atau organisasi untuk melakukan kegiatan sosial yang berdampak positif bagi masyarakat dan bangsa.

Generasi milenial juga memiliki beberapa kekurangan, yaitu:

Cenderung Individualis

  • Salah satu kekurangan generasi milenial adalah kecenderungan untuk lebih fokus pada kebutuhan dan kepentingan pribadi. Budaya individualisme yang berkembang di era modern membuat mereka kurang peduli terhadap isu-isu kebangsaan yang membutuhkan solidaritas dan kerja sama.

Kurangnya Minat terhadap Sejarah dan Tradisi

  • Generasi milenial sering kali kurang tertarik mempelajari sejarah atau melestarikan tradisi lokal. Mereka lebih memilih budaya global yang dianggap lebih modern, sehingga nilai-nilai kebangsaan yang terkandung dalam sejarah dan budaya bangsa menjadi terabaikan.

Mudah Terpengaruh Arus Globalisasi

  • Paparan budaya asing melalui media sosial dan hiburan sering kali membuat mereka lebih mengidentifikasi diri dengan budaya global dibandingkan budaya lokal. Hal ini melemahkan identitas nasional dan rasa bangga sebagai bagian dari bangsa Indonesia.

Sikap Skeptis terhadap Institusi Negara

  • Ketidakpercayaan terhadap pemerintah dan institusi negara yang dianggap tidak konsisten dengan nilai-nilai Pancasila membuat sebagian milenial apatis terhadap isu-isu kebangsaan. Mereka merasa bahwa nasionalisme hanyalah retorika tanpa implementasi nyata.

Kurang Konsisten dalam Mengimplementasikan Nilai Kebangsaan

  • Meskipun memiliki potensi untuk menyebarkan nilai-nilai nasionalisme melalui teknologi, banyak milenial yang tidak konsisten dalam praktiknya. Contohnya, mereka mempromosikan budaya lokal di media sosial tetapi tetap mengonsumsi produk luar negeri yang justru bertentangan dengan pesan yang mereka sampaikan.

Lunturnya sikap nasionalisme generasi milenial terhadap Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) merupakan tantangan serius di era globalisasi. Generasi milenial, dengan segala kelebihan seperti kreativitas, keterampilan teknologi, dan semangat kolaborasi, memiliki potensi besar untuk menjaga dan memajukan nilai-nilai kebangsaan. Namun, kekurangan seperti individualisme, pengaruh budaya global, serta rendahnya apresiasi terhadap sejarah dan tradisi, menjadi hambatan dalam membangun rasa cinta tanah air yang mendalam.

Nasionalisme generasi milenial diharapkan dapat tercermin dalam tindakan nyata, seperti mencintai budaya lokal, menggunakan produk dalam negeri, menghormati keberagaman, menjaga lingkungan, dan berkontribusi aktif dalam pembangunan bangsa. Sikap ini perlu didukung oleh reformasi pendidikan PPKn, penggunaan media digital secara positif, keteladanan pemimpin, dan penguatan nilai kebangsaan di lingkungan keluarga serta masyarakat.

Dengan langkah-langkah strategis ini, generasi milenial dapat menjadi pelopor nasionalisme modern yang relevan dengan tantangan zaman. Nasionalisme bukan lagi sekadar hafalan atau simbol, tetapi sebuah komitmen untuk menjaga kedaulatan, identitas, dan kemajuan bangsa Indonesia di tengah derasnya arus globalisasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun