Nama: Nanda Sawaku
Jurusan: Manajemen Pendidikan
Kelas: 2C
Dosen Pengampu
Dr. Arifin Suking S.Pd, M.Pd
Orang tua merupakan perjalanan yang penuh dengan kompleksitas, nuansa, dan pendekatan yang bervariasi. Di antara pendekatan-pendekatan tersebut, konsep orang tua yang ketat menonjol sebagai gaya yang khas yang ditandai dengan batas yang tegas, harapan yang tinggi, dan fokus pada disiplin. Sementara niat di balik orang tua yang ketat sering kali berakar dalam keinginan untuk membentuk individu yang bertanggung jawab dan sukses, dampaknya pada anak-anak bisa sangat mendalam dan kompleks.
Pada intinya, orang tua yang ketat adalah sinonim dari struktur dan disiplin. Aturan ditetapkan, harapan jelas, dan konsekuensi atas pelanggaran ditegakkan. Lingkungan yang terstruktur ini dapat memberikan anak-anak dengan rasa keamanan dan prediktabilitas, mengajarkan kepada mereka pentingnya pertanggungjawaban dan menghormati otoritas. Selain itu, orang tua yang ketat sering kali menekankan nilai dari kerja keras, ketekunan, dan prestasi akademis, menanamkan dalam anak-anak dorongan untuk unggul dalam upaya mereka.
Namun, ketegasan dari orang tua yang ketat juga dapat menimbulkan tantangan. Sementara struktur itu penting, pendekatan yang terlalu otoriter dapat menekan otonomi seorang anak dan menghambat perkembangan emosional mereka. Anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan seperti itu mungkin mengalami kesulitan dalam mengekspresikan diri secara bebas atau menegaskan kemandirian mereka, takut akan akibat yang timbul karena menyimpang dari harapan orang tua. Selain itu, tekanan untuk memenuhi standar tinggi yang ditetapkan oleh orang tua yang ketat dapat menyebabkan perasaan tidak cukup, kecemasan, dan rendah diri, menciptakan ladang subur untuk masalah kesehatan mental di kemudian hari.
Selanjutnya, dinamika dari orang tua yang ketat dapat membentuk hubungan orang tua-anak dengan cara yang mendalam. Sementara beberapa anak mungkin merespons secara positif terhadap batasan yang jelas dan bimbingan yang tegas, yang lain mungkin melihat ketegasan sebagai bentuk kontrol atau penolakan, menyebabkan komunikasi yang tegang dan jarak emosional. Kurangnya fleksibilitas dan empati dalam gaya orang tua yang ketat dapat menghambat perkembangan kepercayaan dan saling menghormati antara orang tua dan anak.
oleh karena itu, penting untuk menemukan keseimbangan yang tepat antara memberlakukan batas-batas yang jelas dan memberikan ruang untuk eksplorasi dan pengembangan diri anak-anak. Orang tua perlu memahami bahwa setiap anak memiliki kebutuhan dan kepribadian yang unik, dan pendekatan yang berhasil mungkin berbeda untuk setiap keluarga. Dengan memperhatikan kebutuhan dan kepribadian anak-anak mereka, orang tua dapat menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan holistik anak-anak mereka, menggabungkan elemen disiplin dengan kehangatan, empati, dan komunikasi yang terbuka.
REFERENSIÂ
Ayun, Q. (2017). Pola asuh orang tua dan metode pengasuhan dalam membentuk kepribadian anak. ThufuLA: Jurnal Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal, 5(1), 102-122.
Suteja, J., & Yusriah, Y. (2017). Dampak pola asuh orang tua terhadap perkembangan sosial-emosional anak. AWLADY: Jurnal Pendidikan Anak, 3(1).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H