Mohon tunggu...
Nandasari Dompu
Nandasari Dompu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

( masak/ lakukan apa yang disukai/lucu )

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

teori attachment yang dikemukakan oleh mary ainsworth dan john bowlby

19 Januari 2025   09:15 Diperbarui: 19 Januari 2025   09:15 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teori Attachment: Ikatan Batin yang Membentuk Kepribadian
 
Teori attachment, atau teori keterikatan, merupakan sebuah konsep psikologi yang menjelaskan tentang ikatan emosional yang kuat antara bayi dan pengasuhnya, terutama ibu.  Teori ini, yang dikembangkan oleh John Bowlby dan Mary Ainsworth, memiliki pengaruh besar dalam pemahaman perkembangan psikologis anak dan dampaknya pada kehidupan dewasa.  Lebih dari sekadar hubungan fisik, attachment menggambarkan kualitas hubungan emosional yang mendalam dan berkelanjutan yang memengaruhi cara individu membentuk hubungan dengan orang lain sepanjang hidupnya.
 
John Bowlby, seorang psikiater Inggris, meletakkan dasar teori attachment dengan menekankan pentingnya ikatan antara bayi dan pengasuh dalam perkembangan psikologis anak.  Bowlby berpendapat bahwa bayi memiliki dorongan bawaan untuk mencari kedekatan dengan pengasuh sebagai mekanisme bertahan hidup.  Kedekatan ini memberikan rasa aman dan perlindungan, memungkinkan bayi untuk menjelajahi lingkungan sekitarnya dengan percaya diri.  Bowlby juga mengemukakan bahwa pengalaman awal dalam membentuk attachment akan memengaruhi kemampuan individu untuk membentuk hubungan yang sehat di masa depan.  Pengalaman negatif dalam masa bayi dapat mengakibatkan pola attachment yang tidak aman, yang dapat bermanifestasi dalam berbagai masalah psikologis di kemudian hari.
 
Mary Ainsworth, seorang psikolog Amerika, mengembangkan lebih lanjut teori Bowlby melalui penelitiannya yang terkenal, "Strange Situation."  Penelitian ini mengamati perilaku bayi dalam situasi yang dirancang untuk memicu rasa cemas perpisahan dan reuni dengan pengasuh.  Melalui observasi yang cermat, Ainsworth mengidentifikasi tiga pola attachment utama:
 
- Attachment Aman (Secure Attachment): Bayi dengan attachment aman menunjukkan rasa aman dan nyaman ketika berada bersama pengasuh.  Mereka merasa nyaman untuk menjelajahi lingkungan sekitar, tetapi kembali kepada pengasuh ketika merasa cemas atau takut.  Ketika pengasuh meninggalkan ruangan, bayi menunjukkan kecemasan, tetapi dapat tenang kembali dengan cepat saat pengasuh kembali.  Bayi dengan attachment aman cenderung memiliki hubungan yang sehat dan stabil di masa depan.
- Attachment Cemas-Ambivalen (Anxious-Ambivalent Attachment): Bayi dengan attachment cemas-ambivalen menunjukkan kecemasan yang tinggi, bahkan ketika berada bersama pengasuh.  Mereka cenderung clingy atau menempel erat pada pengasuh dan sulit untuk dihibur ketika pengasuh meninggalkan ruangan.  Ketika pengasuh kembali, bayi mungkin menunjukkan kemarahan atau ambivalensi, antara keinginan untuk dekat dan menolak kontak.  Pola attachment ini sering dikaitkan dengan pengasuh yang tidak konsisten dalam memberikan respon terhadap kebutuhan bayi.
- Attachment Menghindari (Avoidant Attachment): Bayi dengan attachment menghindari menunjukkan sedikit atau tidak ada reaksi ketika pengasuh meninggalkan atau kembali ke ruangan.  Mereka tampak independen dan tidak membutuhkan pengasuh.  Namun, penelitian menunjukkan bahwa di balik sikap independen ini, terdapat rasa takut akan penolakan atau kekecewaan.  Pola attachment ini sering dikaitkan dengan pengasuh yang dingin, menolak, atau tidak responsif terhadap kebutuhan bayi.
 
Penelitian selanjutnya menambahkan kategori keempat, yaitu Attachment Disorganisasi (Disorganized Attachment).  Bayi dengan attachment disorganisasi menunjukkan perilaku yang tidak konsisten dan membingungkan, seperti mendekat ke pengasuh sambil menghindari kontak mata atau menunjukkan perilaku yang kontradiktif.  Pola ini sering dikaitkan dengan pengasuh yang menakutkan atau traumatis bagi bayi.
 
Implikasi teori attachment sangat luas.  Memahami pola attachment dapat membantu para profesional kesehatan mental untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah psikologis yang terkait dengan pengalaman awal dalam membentuk ikatan.  Intervensi dini, seperti terapi permainan atau konseling orang tua, dapat membantu anak-anak dengan pola attachment tidak aman untuk mengembangkan hubungan yang lebih sehat.  Lebih jauh, pemahaman tentang attachment dapat membantu individu untuk memahami pola hubungan mereka sendiri dan bagaimana pengalaman masa lalu memengaruhi cara mereka berinteraksi dengan orang lain.
 
Teori attachment bukanlah sebuah dogma yang kaku.  Pengalaman hidup individu sangat kompleks dan tidak selalu dapat dijelaskan secara sederhana melalui kategori attachment.  Namun, teori ini memberikan kerangka kerja yang berguna untuk memahami pentingnya ikatan awal dalam perkembangan psikologis dan hubungan interpersonal.  Dengan memahami teori attachment, kita dapat lebih menghargai pentingnya memberikan kasih sayang, dukungan, dan respon yang konsisten kepada anak-anak, sehingga mereka dapat tumbuh menjadi individu yang sehat dan bahagia dengan kemampuan untuk membentuk hubungan yang sehat dan bermakna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun