Mohon tunggu...
Nandasari Dompu
Nandasari Dompu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

( masak/ lakukan apa yang disukai/lucu )

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tahapan Perkembangan Psikososial menurut Erik Erikson

23 Oktober 2024   10:55 Diperbarui: 6 November 2024   09:02 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 proses perkembangan psikososial pada manusia akan terjadi melalui beberapa tahap yang melibatkan konflik berbeda di setiap jenjang usia. Lebih jelasnya, berikut adalah tahapan perkembangan psikososial manusia menurut Erik Erikson.

1. Tahap I (Usia 0--1 Tahun): Kepercayaan vs Ketidakpercayaan


Tahapan perkembangan psikososial yang pertama akan terjadi pada usia 0--1 tahun. Pada tahapan ini, bayi akan mulai belajar untuk memercayai orang lain, terutama orang tua yang merawatnya.
Apabila bayi merasa telah dirawat dengan baik dan penuh kasih sayang, ia akan mulai mengembangkan rasa percayanya kepada orang lain. Sebaliknya, jika orang tua tidak konsisten dan abai dalam merawat bayi, bayi akan merasa insecure, curiga, cemas, dan kesulitan untuk memercayai orang lain.

2. Tahap II (Usia 1--3 Tahun): Otonomi vs Rasa Malu dan Ragu


Tahapan kedua dari perkembangan psikososial adalah konflik antara otonomi dengan rasa malu dan ragu yang terjadi pada usia 1--3 tahun. Pada tahap ini, anak akan mulai belajar mengenai pengendalian diri dan melakukan aktivitas secara mandiri. Karena itu, toilet training menjadi salah satu proses pembelajaran yang berperan penting dalam pengembangan kepribadian di fase ini.
Jika orang tua berhasil mendorong anaknya untuk belajar mandiri di tahap ini, anak akan lebih percaya diri dan merasa aman saat mengambil risiko. Sementara apabila anak kerap dilarang untuk melakukan sesuatu secara mandiri, ia mungkin akan mengembangkan kepribadian yang pemalu, penuh keraguan, dan cenderung bergantung kepada orang lain.

3. Tahap III (Usia 3--6 Tahun): Inisiatif vs Rasa Bersalah 


Dalam tahap ketiga, anak-anak akan semakin fokus untuk melakukan sesuatu dan menetapkan tujuannya berdasarkan pemikiran mereka sendiri. Tahapan ini biasanya berlangsung ketika anak-anak berusia 3--6 tahun dan terjadi melalui interaksi sosial.
Apabila anak mendapatkan kesempatan untuk bermain dan beraktivitas dengan orang lain, ia akan mengembangkan rasa inisiatif, mampu memimpin orang lain, serta membuat keputusan sendiri. Di sisi lain, jika tidak diberikan kesempatan untuk berinteraksi dengan orang lain, anak cenderung akan mengembangkan rasa bersalah dan ragu dengan kemampuannya.

4. Tahap IV (Usia 7--11 Tahun): Industri (Kompetensi) vs Inferioritas


Tahapan keempat dalam perkembangan psikososial adalah konflik antara industri (kompetensi) dengan inferioritas. Melalui tahapan ini, anak akan mulai mempelajari keterampilan khusus di sekolah. Mereka juga cenderung semakin sadar dengan kehadiran dirinya sebagai individu dan mulai membandingkan diri sendiri dengan orang lain.
Jika mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya sendiri, anak akan merasa percaya diri dan bangga dengan pencapaiannya (kompeten). Namun, anak mungkin akan merasa rendah diri (inferior) apabila dirinya sering dibatasi oleh orang tua atau gurunya untuk mengembangkan kemampuan sendiri.

5. Tahap V (Usia 12--18 Tahun): Identitas vs Kebingungan Peran


Memasuki usia remaja, seseorang akan mulai mencari identitas dan jati dirinya sendiri. Karena itu, mereka umumnya akan mencoba berbagai persona yang berbeda guna mengetahui jati dirinya. Jika berhasil melalui tahapan pencarian jati diri ini, seseorang akan mampu untuk mempertahankan identitas dirinya. Di satu sisi, jika gagal menemukan jati dirinya pada tahap ini, seorang kemungkinan akan mengalami krisis identitas di kemudian hari.

6. Tahap VI (Usia 19--29 Tahun): Keintiman vs Isolasi


Pada tahap perkembangan psikososial keenam, konflik akan berfokus pada hubungan intim dalam membentuk komitmen jangka panjang dengan seseorang selain keluarga. Individu yang berhasil melalui tahap ini cenderung memiliki hubungan yang langgeng dan bahagia. Namun, jika tidak berhasil, mereka mungkin akan merasa kesepian, terisolasi, hingga memicu depresi.

7. Tahap VII (Usia 30--64 Tahun): Generativitas vs Stagnasi
 
Tahapan perkembangan psikososial selanjutnya terjadi pada usia 30--64 tahun. Tahapan ini akan berfokus pada kontribusi seseorang untuk masyarakat dan generasi penerus. Individu yang sukses menghadapi tahapan ini akan merasa dirinya berguna karena sudah berkontribusi pada masa depan masyarakat. Sebaliknya, jika tidak berhasil, mereka akan merasa stagnan dan tidak produktif.

8. Tahap VIII (Usia 65 Tahun ke Atas): Integritas Ego vs Keputusasaan


Tahapan terakhir dari perkembangan psikososial adalah konflik antara integritas ego dan keputusasaan yang terjadi pada usia 65 tahun ke atas. Pada tahapan ini, lansia akan mulai merenungkan kehidupan yang telah dijalani. Jika merasa puas, ia akan menghadapi masa tua dan kematian dengan perasaan bangga. Namun, jika memiliki penyesalan atau masih terdapat sesuatu hal yang belum bisa dicapai semasa hidupnya, ia mungkin akan merasa putus asa.
Dapat disimpulkan, perkembangan psikososial adalah aspek yang penting untuk diperhatikan tahapannya guna mengoptimalkan kualitas hidup setiap individu. Namun, perlu diketahui bahwa informasi yang dijelaskan di atas hanya digunakan untuk tujuan edukasi dan tidak dapat menggantikan diagnosis maupun saran medis dari dokter.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun