Mohon tunggu...
Teuku Munandar
Teuku Munandar Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Putra Aceh, menikah dikarunia 3 anak, alumni Univ. Syiah Kuala, bekerja di sebuah lembaga negara.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mau ke Jepang, Kok Galau?

25 Januari 2014   16:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:28 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_318111" align="aligncenter" width="614" caption="(Foto : Dok. Pribadi) Jangan biarkan kegaulan membuat anda kehilangan kesempatan menikmati keindahan bunga sakura "][/caption] Bagaimana nanti kalau saya mau menggunakan transportasi umum, bagaimana kalau saya mau menanyakan sesuatu di lokasi wisata, bagaimana nanti saat mau check in hotel, bagaimana dan bagaimana, itulah beberapa pertanyaan yang sering saya dengar dari teman-teman yang ingin berkunjung ke Jepang. Kekhawatiran terhadap berbagai kesulitan yang mungkin terjadi, acap kali terlintas di benak mereka, dan pada akhirnya menimbulkan kegalauan. Memang hal ini wajar, mengingat kendala bahasa merupakan tantangan utama bagi orang asing yang ingin ke Jepang.

Kemampuan berbahasa Inggris (aktif) masyarakat Jepang pada umumnya memang masih tergolong rendah. Meskipun mengerti apa yang ditanyakan, kadang orang Jepang lebih cenderung menggunakan bahasa tubuh ketimbang bahasa Inggris, bila ada wisatawan asing yang menanyakan sesuatu kepada mereka. Melihat fakta tersebut, apakah kemudian lantas menjadikan kita untuk mundur secara teratur dan membatalkan rencana wisata ke Jepang. Hmm..menurut saya hal tersebut tidak perlu. Sayang sekali bila kita melewatkan kesempatan berkunjung ke negara yang memiliki kekayaan budaya yang unik dan menarik seperti Jepang, serta merasakan sushi di negara asalnya.

Mungkin belasan tahun yang lalu kendala bahasa menjadi suatu hambatan bagi orang asing yang ingin berkunjung ke Jepang. Namun sepertinya saat ini tidak perlu dikhawatirkan lagi. Dari pengamatan dan pengalaman saya selama ini di Jepang, ada beberapa hal yang membuat bahasa mungkin tidak lagi menjadi kendala bagi wisatawan asing yang berkunjung ke Jepang, terutama di Tokyo. Berikut beberapa faktor/fakta alasannya :

Bahasa Inggris semakin familiar

Secara bertahap minat dan semangat bangsa Jepang untuk mempelajari bahasa Inggris semakin meningkat. Terlebih lagi saat ini, dimana salah satu program pemerintah Jepang dibawah komando Perdana Menteri Shinzo Abe adalah, mendorong universitas dan mahasiswa Jepang untuk semakin go internasional. Tuntutan perkembangan jaman sepertinya telah membuka mata bangsa Jepang, bahwa mau tidak mau mereka harus meningkatkan pergaulannya di kancah internasional, agar tidak tergilas oleh perubahan jaman. Dan bahasa Inggris merupakan salah satu alat yg diperlukan dalam pergaulan tersebut.

[caption id="attachment_318112" align="aligncenter" width="614" caption="(Foto Dok. Pribadi) Pusat informasi untuk wisatawan tersebar di berbagai lokasi wisata dan fasilitas umum"]

13906398311658533072
13906398311658533072
[/caption] Di beberapa lokasi wisata, saya sering menjumpai petugas/staf yang bisa berbahasa Inggris. Ada juga tenaga relawan berbahasa Inggris yang pernah saya temui di stasiun, salah satunya di stasiun kereta Hakone Yumoto. Stasiun ini merupakan stasiun kereta tujuan bagi wisatawan yang ingin ke Hakone, salah satu objek wisata andalan di sekitar Gunung Fuji.

Di bandara dan hotel bintang tiga ke atas, petugas/staf berbahasa Inggris akan siap melayani para wisatawan, jadi tidak perlu ada yang dikhawatirkan. Sedangkan untuk hotel bintang dua dan budget hotel, sebagian besar memiliki petugas yang bisa berbahasa Inggris, meskipun ada juga beberapa hotel yang pernah saya kunjungi tidak memilikinya, terutama budget hotel yang berlokasi bukan di kota besar.  Namun meskipun tidak lancar dalam berbicara, umumnya petugas hotel dapat berbahasa Inggris secara pasif, sehingga mereka mengerti apa yang kita tanyakan.

Petunjuk dan informasi yang jelas

Seakan memahami kendala yang dihadapi wisatawan asing, Pemerintah Jepang dan pihak terkait menyediakan berbagai petunjuk dan informasi yang menurut saya sangat detil dan jelas di berbagai fasilitas umum, transportasi publik, serta lokasi wisata. Informasi tersebut menggunakan media papan elektronik, leaflet, internet, bahkan ada juga yang masih menggunakan papan kayu biasa. Selain berisikan tulisan Jepang dan romaji, informasi yang disajikan juga kadang dilengkapi dengan berbagai gambar kartun, yang membuat pembacanya semakin mudah memahami informasi tersebut.

[caption id="attachment_318113" align="aligncenter" width="614" caption="(Foto Dok. Pribadi) Informasi yang jelas tersedia di stasiun kereta api"]

1390640000979060694
1390640000979060694
[/caption] Salah satu contoh fasilitas umum yang memiliki petunjuk dan informasi yang detil adalah stasiun kereta api. Rute kereta, waktu keberangkatan, platform, bahkan sampai kepada informasi dari pintu nomor berapa orang yang memiliki keterbatasan seperti ibu hamil dan orang tua seharusnya naik ke kereta, juga tersedia. [caption id="attachment_318114" align="aligncenter" width="614" caption="(Foto Dok. Pribadi) Papan elektronik yang menampilkan informasi mengenai jadwal kereta cepat Shinkansen"]
1390640109611295489
1390640109611295489
[/caption] Bila hendak mengunjungi suatu tempat seperti lokasi wisata, toko, dan restoran, informasi mengenai bagaimana cara menuju tempat tersebut ditampilkan dengan lengkap dan jelas di internet, sebagian besar dalam bahasa Inggris. Kita cukup  mengakses alamat websitenya, maka berbagai informasi seputar tempat tersebut akan tersedia, diantaranya tarif/harga, waktu operasional, akses transportasi, termasuk ketersediaan fasilitas parkir kendaraan. Sehingga tidak sulit bagi wisatawan asing untuk menggapainya. [caption id="attachment_318115" align="aligncenter" width="614" caption="(Foto Dok. Pribadi) Halte bus dilengkapi dengan informasi rute dan jadwal sesuai dengan nomor halte masing-masing"]
13906402681831240424
13906402681831240424
[/caption]

Sifat membantu dan kejujuran orang Jepang

Seperti yang saya utarakan sebelumnya, jumlah masyarakat Jepang yang bisa berbahasa Inggris secara aktif memang masih sedikit. Namun hal ini lantas tidak membuat orang Jepang enggan membantu orang asing yang sedang kesulitan, karena saling menolong merupakan salah satu budaya mereka. Sifat menolong orang Jepang terlihat saat kita menanyakan suatu alamat kepada mereka. Meskipun tidak bisa berbicara bahasa Inggris, dengan bahasa isyarat semampunya, mereka akan menunjukkan alamat yang kita tanyakan, bahkan tak jarang mereka akan mengantarkan kita ke alamat tersebut.

Hal ini pernah terjadi pada isteri saya yang menanyakan alamat suatu toko kepada orang Jepang yang tidak bisa berbahasa Inggris. Tanpa banyak bicara, orang jepang tersebut mengantarkan isteri saya ke toko yang dituju, meskipun harus berjalan kaki sejauh setengah kilometer. Cerita yang sama juga terjadi beberapa kali terhadap beberapa teman saya yang berkunjung ke Tokyo. Selain memiliki sifat menolong, budaya jujur di kalangan bangsa Jepang juga menjadi faktor lainnya yang membuat wisatawan asing tidak perlu khawatir saat berada di Jepang. Saat menggunakan taksi, jangan takut dan berprasangka buruk bahwa si supir akan membawa kita berputar-putar, agar ongkos taksinya menjadi mahal. Begitu juga saat berbelanja, tak perlu ragu akan ditipu oleh penjual dengan memberikan barang yang tak sesuai dengan maksud dan harga yang dibayarkan.

Keamanan

Faktor kemanan menurut saya kunci utama mengapa kita tak perlu khawatir bila berkunjung ke suatu daerah. Bila disuruh memilih diantara dua opsi, yaitu tersesat di negara dengan penduduknya yg bisa berbahasa Inggris namun kurang aman, atau tersesat di negara yang penduduknya kurang bisa berbahasa Inggris namun daerahnya aman, maka saya akan memilih opsi yang kedua.

Kondisi keamanan di Jepang menurut saya sebagai salah satu yang terbaik di dunia. Kita tak perlu khawatir bila tersesat tengah malam, meskipun sedang membawa uang atau benda berharga lainnya, insya Allah tidak akan ada orang jahat yang merampok atau mengganggu kita. Saya memang tidak menjamin 100 persen tidak akan terjadi kejahatan, tapi setidaknya itulah yang saya alami dan ketahui selama ini. Saya pernah beberapa kali keluar rumah tengah malam, dan menjumpai beberapa wanita Jepang yang sedang berjalan kaki sendirian, tak terlihat rasa takut dan khawatir di wajah mereka. Pakaian yang dikenakan pun terbilang minim dan terbuka, namun belum pernah saya mendengar berita perkosaan atau perampokan yang menimpa seorang wanita yang sedang berjalan sendirian di jalanan. Melihat kondisi kemananan Jepang seperti ini, maka tak ada alasan bagi wisatawan asing untuk khawatir bila tersesat atau melakukan perjalanan malam hari. Seburuk-buruknya masalah yang timbul apabila kita tersesat di Jepang pada tengah malam, tidak akan separah bila kita tersesat di negara lain yang kondisi keamanannya tak sebaik Jepang. Demikian beberapa faktor yang mungkin bisa dijadikan pertimbangan bagi para pembaca yang ingin berkunjung ke Jepang. Mungkin apa yang saya tulis belum tentu sepenuhnya benar, namun inilah apa yang saya alami dan ketahui sejauh ini. Semoga tulisan ini bermanfaat, dan menambah semangat para pembaca untuk berkunjung ke Jepang, terutama menjelang berseminya bunga sakura di akhir Maret nanti. Ganbatte ne !! [caption id="attachment_318118" align="aligncenter" width="614" caption="(Foto Dok. Pribadi) Papan informasi di salah satu lokasi wisata di Jepang yang mengunakan kayu sederhana"]

13906404401269076532
13906404401269076532
[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun