Mohon tunggu...
Nanda Nurus Sholihin
Nanda Nurus Sholihin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 UIN Maulana Malik Ibrahim Kota Malang

Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dari Kerikil ke Angka, Perjalanan Belajar Saya Melalui Lensa Teori Bruner

14 November 2024   07:55 Diperbarui: 14 November 2024   08:10 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pembelajaran pada anak-anak memerlukan pendekatan yang sesuai dengan perkembangan kognitif mereka. Teori Jerome Bruner, menjelaskan bahwa pemahaman konsep dibangun secara bertahap melalui tiga tahap: enaktif, ikonik, dan simbolik. Proses ini dimulai dari pengalaman konkret hingga pemikiran abstrak. Tahapan-tahapan ini penting dalam pembelajaran anak-anak agar materi dapat diserap dengan baik dan membentuk dasar pemahaman jangka panjang. Jerome Seymour Bruner sendiri merupakan seorang psikolog Amerika Serikat yang memberikan kontribusi signifikan terhadap psikologi kognitif manusia dan teori pembelajaran kognitif dalam psikologi pendidikan. 

Bruner berpendapat bahwa pembelajaran adalah proses aktif di mana anak-anak membangun pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungan. Beberapa tahapan yang dikemukakan oleh brunner yaitu ; Pada tahap enaktif, anak-anak belajar melalui tindakan fisik dan pengalaman langsung tanpa representasi visual atau simbolik. Sebagai contoh, saat SD dulu, saya sering diminta guru untuk menghitung kerikil di meja. Jika guru menambahkan kerikil lain, saya harus menghitung ulang totalnya. Dengan cara ini, saya belajar penjumlahan melalui benda nyata, yang memudahkan saya memahami konsep tersebut. 

Tahapan berikutnya yaitu tahap ikonik, dengan menggunakan representasi visual seperti gambar untuk memahami informasi. Pada tahap ini, anak-anak mulai menghubungkan objek atau peristiwa dengan gambar tanpa harus melakukan tindakan langsung. Misalnya, Saya ingat ketika guru menunjukkan gambar buah pada buku atau papan tulis. Jika ada dua apel di satu sisi dan tiga di sisi lainnya, saya diminta menghitung total apel pada gambar. Visualisasi ini membantu saya memahami penjumlahan tanpa memegang benda secara langsung. 

Tahapan yang terakhir yaitu tahap simbolik;  tahap ini melibatkan penggunaan simbol-simbol abstrak, seperti angka dan huruf, untuk merepresentasikan konsep. Anak dapat berpikir secara abstrak dan logis tanpa perlu representasi visual atau tindakan langsung. Misalnya, setelah beberapa kali saya belajar dengan benda dan gambar, saya mulai diperkenalkan dengan simbol angka dan tanda tambah. Guru menuliskan soal seperti 2 + 3 di papan tulis, dan saya menuliskan jawabannya sendiri, yaitu 5. Pada tahap ini, saya memahami penjumlahan tanpa perlu melihat benda atau gambar. 

Saya membahas teori Bruner ini karena konsepnya berkaitan erat dengan pengalaman belajar saya di masa SD, di mana proses pembelajaran dilakukan dengan pendekatan bertahap sesuai perkembangan kognitif. Memahami bagaimana pembelajaran pada anak-anak difasilitasi melalui tahapan ini memberi saya perspektif baru tentang pentingnya metode pengajaran yang sesuai dengan perkembangan anak. Pengetahuan ini berguna untuk memahami tantangan dan kebutuhan anak dalam belajar serta untuk merancang pembelajaran yang efektif dan mendukung perkembangan mereka secara optimal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun