Sadulur papat lima pancer : materi,jiwa dan symbol
- Utara, simbol tali pusar, Sega Cemeng (hitam): Nasi terbuat dari nasi putih yang dicampur dengan jelaga hingga berwarna hitam dan dibentuk tumpeng. Sego cemeng dimaksudkan untuk mengetahui atau menghormati sedulur yang berada diarah utara (puser)
- Selatan, simbol darah, sego abang atau merah : dibuat dari nasi putih yang dicampur gula jawa sehingga berwarna merah dan dibentuk tumpeng nasi merah ini dimaksudkan untuk mengetahui atau menghormati sedulur yang berada dirah selatan (getih).
- Timur, simbol kakang kawah, sego putih: nasi yang dibentuk tumpeng dan disajikan tanpa lauk pauk. Sega putih dimaksudkan untuk mengetahui dan menghormati sedulur yang ada di arah timur (Kakang Kawah).
- Barat, simbol ari – ari, sego kuning: Nasi terbuat dari nasi putih yang dicampur dengan kunyit hingga berwarna kuning dan dibentuk tumpeng. Sego kuning dimaksudkan untuk mengetahui atau menghormati sadulur yang berada di arah barat (Ari-ari).
Pemberian sajen di atas biasanya juga diiringi dengan puasa weton sedulur papat limo pancer. Adapun untuk detail ritual atau prosesi tidak bisa kami jabarkan di sini karena akan sangat panjang sekali dan tidak sembarang orang bisa melakukannya Namun apabila seseorang ingin selalu dijaga, diingatkan, atau dikendalikan dari keinginan dan pengaruh jahat maka orang tersebut wajib menyapa keempat sedulur yang ada di masing-masing arah penjuru angin.
Sadulur Papat Lima Pancer : Nang, Ning, Nung, Neng, Gung.
Sadulur Papat Lima Pancer adalah bunyi atau bunyi estetika musik gamelan "Nang Ning Nung Neng Gung" sebagai cita rasa (rahsa/roso) yang sempurna dalam setiap ritual kehidupan manusia Jawa kuno.
“Nang” artinya wenang atau tenang. Pada tahap ini, membangunkan kesadaran batinnya dan berkonsentrasi untuk mematikan kesadaran batinnya dan berkonsentrasi untuk mematikan kesadaran tubuhnya untuk menangkap dan menyesuaikan frekuensi “gelombang “ ilahi.
“Ning” artinya keheningan, seseorang mencoba untuk membungkam daya kratif (pikiran) agar terhubung dengan daya rahsa sejati yang menjadi sumber cahaya yang suci.
“Nung” artinya ketenangan atau kebesaran pikiran dan jiwa, dan dalam bentuk konkrit bermakna utama, bagi siapapun yang melakukan Nanglalu berhasil menciptakan Ning, maka akan kesinungan untuk mendapatkan anugerah agung dari tuhan yang maha esa.
“Neng” artinya daya cipta atau kemampuan totalitas jiwa, jika wenang atau tenang berarti awal mula dan prosesnya heneng adalah tujuan dan hasil.
“Gung” artinya kemuliaan tuhan sebagai segala sesuatu. Hal ini dapat terjadi setelah ia mampu melepaskan semua ikatan material ego dan duniawi melalui empat tahap sebelumnya, yaitu “ Nang, Ning, Nung,Neng,Gung”. Karena itu ia mampu menjalani kehidupan yang mulia dengan memberi manfaat bagi semua makhluk hidup dan alam semesta (Ramatan Lil Alamin).