Takdir sering kali dianggap sebagai misteri yang membingungkan, sebuah kekuatan yang mengatur perjalanan hidup setiap individu. Dalam berbagai budaya dan tradisi, takdir dipandang sebagai sesuatu yang telah ditentukan, di mana setiap peristiwa dalam hidup kita memiliki tujuan dan makna tertentu. Dalam perjalanan hidup yang penuh dengan ketidakpastian, manusia sering kali dihadapkan pada dua konsep yang saling berkaitan: takdir dan kebebasan. Takdir, sebagai ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah, sering kali dianggap sebagai jalan yang harus dilalui, sementara kebebasan merujuk pada kemampuan kita untuk memilih dan berusaha. Dalam penulisan ini, kita akan menyelidiki hubungan antara takdir dan kebebasan, serta bagaimana pemahaman kita tentang keduanya dapat membentuk cara kita menjalani hidup.
Pada penulisan kali ini, saya akan menceritakan sedikit tentang pengalaman sahabat saya dalam memperjuangkan impiannya. Ia seorang perempuan yang sangat berambisi untuk menjadi seorang dokter. Segala cara ia lakukan untuk dapat lolos di Fakultas Kedokteran. Berdoa tak pernah kurang, belajar pun ia maksimalkan. Hingga tibalah di hari pengumuman Seleksi Nasional Berbasis Tes 2024 ternyata qodarullah teman saya tidak lolos di Fakultas Kedokteran. Pada akhirnya ia melanjutkan pendidikan bukan di jurusan impiannya.
Cerita singkat tersebut dapat kita ambil pelajaran, bahwasannya takdir dengan kebebasan selalu berdampingan. Tapi tidak semua takdir akan selalu sejalan dengan kebebasan. Dari cerita di atas juga dapat kita analisis, bahwa kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan untuk terus berusaha memperjuangkan impiannya untuk menjadi seorang dokter. Â Sedangkan untuk takdir sendiri merupakan realisasi atau perwujudan dari sebuah kebebasan tersebut. Pada hakikatnya tidak semua takdir harus sesuai dengan keinginan kita.Â
Tugas manusia hanyalah berusaha melakukan yang terbaik. Sebaik apapun perencanaan kita, tetap Allah yang maha berkuasa. Allah berfirman dalam surat Al- Baqarah ayat 216Â
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."
Pada ayat ini merupakan penetapan kewajiban jihad dari Allah bagi kaum muslimin . Pada kata  penggalan ayat ini merujuk pada kata perang (Padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci)  maksudanya adalah berperang sangat berat dan menyulitkan, bisa saja menyebabkan luka maupun kematian. Pada kalimat setelahnya Allah berfirmanÂ
Â
(Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal itu sangat baik bagi kamu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu sangat buruk bagi kamu) . Pengertian ini bisa menjadi umum dalam segala hal. Bisa jadi impian yang kita anggap baik, belum tentu baik untuk kita. Bisa jadi apa yang kita tidak kita suka memang terbaik untuk kita. Terbaik menurut manusia belum tentu terbaik menurut Allah. Â Tapi terbaik menurut Allah sudah pasti terbaik untuk hamba- nya.Â
Allah lebih tau apa yang hambanya butuhkan. Memang terkadang sebagai manusia kita sangat berambisi untuk mengejar impian kita, tapi jangan lupakan bahwa Allah adalah sebaik-baik perencana. Sisakan ruang ikhlas terhadap apapun yang akan terjadi, karena semua yang terjadi pada hidup kita sudah tercatat sebelum kita lahir di dunia. Sejauh apapaun kita menghindari takdir pasti akan datang. Ali bin Abi Thalib pernah berkata:Â
"Apapun yang akan menjadi takdir mu, akan mencari jalannya menemukanmu"Â