Mohon tunggu...
Nanda Aiphama
Nanda Aiphama Mohon Tunggu... -

Mahasiswi Jurusan Keguruan MIPA

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jelaskan Kaos Palu Arit, Puteri Indonesia Ogah Minta Maaf

25 Februari 2015   20:39 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:31 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Puteri Indonesia Anindya Kusuma Puteri kemarin memberikan klarifikasi di TV One. Diundang khusus di news program ini ternyata tidak memberikan apa-apa selain penjelasan dangkalnya mengenai pemakaian kaos palu arit hanya sebatas solidaritas. Saat itu dirinya telah berkepentingan melakukan kegiatan tahun 2013 silan di Vietnam.

Anin bercerita dengan gaya anak mudanya yang penuh dengan frase "kayak gitu kayak gitu". Jangan-jangan dia penggemar berat Syahrini pemilik jargon 'seperti itu'. Artis yang dianggap tidak punya wawasan. Indikasi tidak punya wawasan mengenai sejarah kelam PKI ini juga makin melekat kuat pada Anin. Dia bahkan tidak minta maaf atas apa yang telah dilakukannya. Bayangkan, jauh-jauh dari kantor YPI pakai mahkota kebanggaan, memberikan klarifikasi ala remaja gaul Jakarta tapi tidak punya kemauan minta maaf. Maklum saja minta maaf di Indonesia itu berarti pengakuan salah.

Indonesia adalah negara berketuhanan, AntiKomunis!  Pasal 107a UU no.27 tahun 99 dengan JELAS berbunyi: "Barang siapa di muka umum dengan lisan/tulisan/melalui media apapun menyebarkan/kembangkan ajaran komunis dalam bentuk apapun dan perwujudannya dipidana penjara 12 tahun maksimal".  Sekarang seorang Anin dan banyak generasi tua tidak mau memusingkan. Katanya citra PKI yang busuk ini akibat manajerial zaman orba. Katanya ini katanya itu, sehingga hanya tulisan mumpuni dan komprehensif yang menyoal Anin dan baju PKInya yang bisa lolos highlight Kompasiana.

PKI dan komunis gitu loh. Isu sensitif! Sampai kapan pura-pura tidak peduli dan menganggap tidak penting?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun