Sudah dengar kasus ustadz abdul somad beberapa hari lalu?
Jika belum, saya sarankan menonton videonya terlebih dahulu sebelum membaca tulisan ini. Supaya tidak auto salah faham atau emosi. Saya tidak ingin teman-teman terpelatuk. Terpelatuk adalah istilah yang akhir akhir ini sering muncul saat kita mendengar ucapan dari seorang Dai lulusan Al Azhar dalam video berdurasi beberapa menit tersebut.
Kronologi singkatnya adalah ada audien yang bertanya, "Ustadz, kenapa jika melihat salib menggigil hati saya ?"
Dengan spontan Ustadz Abdul Somad menjawab "Setan!" ditambah pula penjelasan bahwa di dalam patung salib terdapat jin kafir... bla bla...
Sudah dengar jawabannya? Saya tidak mengomentari jawabannya mengenai jin kafir maupun salib, karena terlepas benar atau salah, sebagai seorang ulama besar yang telah menuntut pendidikan agama yang tinggi di Marocco tentu beliau lebih tau jawabannya karena memiliki rujukan yang jelas menurut ajaran agamanya. Analoginya jika lia eden sedang berdakwah di depan jamaahnya, tentu yang dia jawab di hadapan jamaahnya tidaklah dianggap ajaran sesat bagi penganutnya karena sesuai kitab pedoman.
Coba saja cek di youtube, banyak yang mengomentari jawaban tersebut, salah benarnya, logis maupun tidaknya. Padahal poinnya bukan itu. Dalam hal berkeyakinan, bahkan bagi semua agama, ada hal tidak logis di dalamnya untuk diterima penganutnya, seperti Isa yang lahir tanpa memiliki ayah, nabi Muhammad pergi ke sidratul muntaha dalam satu malam dan ajaran agama lainnya yang saya tidak tahu.
Anggaplah Jawaban Ustadz Abdul Somad ini tidak masuk akal, namun jika beliau menjawabnya berdasarkan kitab suci agama islam yang telah beliau pelajari dan ada hadistnya, saya mau komentar apa untuk jawaban beliau tersebut jika saya alumni Perpajakan universitas Brawijaya, meskipun saya seorang muslim? tentu jawaban saya yang dianggap menyesatkan.
Poin selanjutnya adalah, jika teman-teman teliti, setelah jawaban tersebut beliau tertawa kecil meledek, "Itu patungnya noleh ke kanan atau ke kiri kalian lebih tau " disambut gelak tawa penonton. Mendengar hal ini saya terkejut, kenapa bercandanya seperti ini? Lho kok keluar dari pertanyaan soal salib tadi ? Coba kalau lafadz Allah di ejek dalam forum non muslim, dan videonya tersebar, pasti akan terjadi kerusuhan yang besar layaknya gelombang tsunami yang maha dahsyat.
Ustadz Abdul Somad ini mengeluarkan tiga poin klarifikasi atas video tersebut saat mengisi pengajian di Masjid At-Taqwa, Indragiri Hulu, Riau, Sabtu 17 Agustus 2019 seperti dikutip dari detik.com.
Dalam klarifikasi poin pertama beliau mengungkapkan bahwa beliau bermaksud menjawab pertanyaan, bukan untuk merusak hubungan, kita berprasangka baik bahwa itu benar.
Pada poin kedua, beliau mengungkapkan pengajian itu di dalam masjid tertutup, bukan di stadion, bukan di lapangan sepakbola, bukan di TV, tapi untuk interen umat Islam menjawab pertanyaan tentang patung dan tentang kedudukan Nabi Isa Alaihissalam. Oke, apakah untuk ustadz sebesar Ustadz Abdul Somad ini tidak tahu bahwa ceramahnya bisa direkam dan beredar? Jawabannya tidak mungkin. Meski dalam kacamata hukum, perekaman ini dianggap illegal, tapi saya yakin dalam hati nurani Ustadz Abdul Somad sudah tahu bahwa ini direkam, entah oleh pihak masjid maupun jamaah yang hadir.
Pada Poin ketiga, beliau mengungkapkan bahwa pengajian itu lebih tiga tahun lalu, kenapa viral sekarang?. Menurut saya tidak ada bedanya, mau disebar kapanpun, candaannya tentang salib di akhir video bukanlah hal yang lucu dan patut ditertawakan. Sama dengan kronologi penyebaran video ariel beberapa tahun lalu, yang baru tersebar beberapa tahun kemudian.
Dalam islam, Nabi Muhammad SAW beliau sangat lembut dan tidak menyakiti dalam bercanda, melihat Ustadz Abdul Somad yang sudah pasti tahu bahwa pengajiannya direkam dan disebarkan, kenapa tidak cukup menjawab pertanyaan audien tentang salib tanpa perlu membumbui dan menertawakannya ? jika beliau mengatakan bahwa beliau hanya menjawab pertanyaan audien tersebut, apakah ada urgensi untuk membercandai keyakinan dan sesembahan umat kristiani?
Saya tidak tahu respon umat kristiani seperti apa, namun Jujur saja saya malu, saya ingin bela, tapi faktanya saya tidak setuju untuk candaan tersebut. Dalam Islam menghina agama lain sangat dilarang. Apalagi mengolok-olok atau menjelek-jelekkan sesembahannya.
Dalam al-Qur'an, Allah mengingatkan, "Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikian Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka... (QS. al-An'am: 108).
Jika Berat bagi Ustadz Abdul Somad untuk meminta maaf atas jawabannya tersebut karena telah benar menurut kitab suci, Lalu bagaimana dengan penyampaian candaan yang tidak lucu tersebut?
Buya syakur dalam pengajiannya pernah bercerita, saat nabi Muhammad SAW telah menduduki kota Mekkah, Nabi Muhammad bersama rombongan menghancurkan patung patung berhala, namun dalam tembok yang besar dimana terdapat gambar Maryam menggendong Nabi Isa Alaihi salam, beliau mengatakan "Jangan Hapus yang ini", begitu lembutnya Nabi Muhammad SAW.
Ada Kisah Rasulullah SAW Bercanda dengan Ali bin Abi Thalib RA. Suatu hari Rasulullah SAW bersama Ali dan sahabat yang lain sedang makan kurma. Pada saat makan kurma itu biji kurma bekas Ali diletakkan di depan Rasulullah SAW. Ketika hampir selesai, sambil senyum-senyum Ali berkata, “Ya, Rasulullah kelihatan engkau sangat lapar karena makan kurma begitu banyak, lihat biji kurma itu banyak di depan engkau.”Goda Ali
Kemudian dengan cepat Rasulullah SAW mejawab, ”Bukannya engkau yang sangat lapar karena makan kurma bersama biji-bijinya? Lihat tidak ada biji kurma di depan mu." :D. Sebenarnya masih banyak kisah lainnya tentang teladan dan candaan yang tidak menyakitkan hati dicontohkan Nabi Muhammad SAW.
Jika menarik sebuah benang merah, maka seorang Ulama harus lebih berhati-hati dalam menjawab pertanyaan jamaah maupun melontarkan candaan, jangan sampai jawaban maupun candaan tersebut menumbuhkan kebencian kepada umat yang lain dan selanjutnya menimbulkan kesombongan di dalam hati. Bukankah kita bisa tetap bisa memeluk suatu agama tanpa merasa diri kita lebih baik dari siapapun?
Allah tidak menyukai sifat sombong seperti termaktub dalam Alquran, "Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri." (QS. Luqman:18)
Semoga ilmu yang kita dapatkan, entah ilmu agama, ilmu sosial, sains, politik, maupun ilmu apapun dan entah kita muslim, Katolik, Kristen, Hindu, atau Budha tidak membuat kita sombong dan menganggap diri kita lebih baik dibandingkan manusia yang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H