Mohon tunggu...
Andesna Nanda
Andesna Nanda Mohon Tunggu... Konsultan - You Are What You Read

Kolumnis di Kompas.com. Menyelesaikan S3 di Universitas Brawijaya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rumah Tua di Ujung Jalan

17 Juni 2024   18:10 Diperbarui: 17 Juni 2024   18:42 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sebuah desa kecil yang terpencil, terdapat sebuah rumah tua yang terkenal angker. Penduduk setempat menyebutnya sebagai "Rumah Setan" karena banyak cerita menyeramkan yang beredar tentangnya. Konon, siapa pun yang masuk ke dalam rumah itu tidak akan pernah keluar lagi.

Ardi, seorang pemuda pemberani yang skeptis terhadap hal-hal mistis, memutuskan untuk membuktikan bahwa semua cerita itu hanyalah takhayul. 

Bersama dua temannya, Budi dan Tika, mereka mendekati rumah itu pada suatu malam yang dingin dan berangin. Dengan membawa senter dan keberanian yang didorong oleh rasa penasaran, mereka membuka pintu rumah yang berderit, seolah-olah rumah itu menolak kedatangan mereka.

Di dalam, suasana begitu suram dan dingin. Dinding-dindingnya dipenuhi dengan coretan aneh dan gambar-gambar usang yang hampir tidak terlihat. 

Tiba-tiba, lampu senter mereka mulai berkedip-kedip dan mati, meninggalkan mereka dalam kegelapan total. 

Tika merasakan sesuatu yang dingin menyentuh bahunya. “Ada yang menyentuhku!” teriaknya panik. Ardi segera menyalakan kembali senter, tetapi yang mereka lihat hanyalah bayangan hitam yang bergerak cepat di sudut ruangan. Nafas mereka tertahan.

Mereka mendengar suara langkah kaki mengelilingi mereka, semakin dekat dan semakin cepat. 

Mereka memutuskan untuk keluar, tetapi pintu yang mereka masuki kini tertutup rapat dan tidak bisa dibuka. Panik mulai menguasai mereka.

“Ini tidak mungkin terjadi!” Ardi berteriak sambil mencoba mendobrak pintu. 

Tiba-tiba, sebuah suara serak dan mengerikan terdengar, “Kalian tidak seharusnya datang ke sini…”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun