Mohon tunggu...
Andesna Nanda
Andesna Nanda Mohon Tunggu... Konsultan - You Are What You Read

Kolumnis di Kompas.com. Menyelesaikan S3 di Universitas Brawijaya

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Tiga Konsep untuk Karier yang Hebat

10 September 2022   18:50 Diperbarui: 11 September 2022   19:30 1170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika saya memulai karier belasan tahun yang lalu, saya sempat berpikir bahwa saya cukup menguasai kemampuan teknis dan kemudian saya bebas bermimpi untuk sampai di anak tangga paling atas.

Seiring dengan berjalannya waktu, saya sadar bahwa hipotesis saya tersebut ternyata tidak tepat. Ternyata ada beberapa hal lain yang saya butuhkan untuk menaiki anak tangga tersebut.

Banyak orang mempunyai aspirasi besar untuk menaiki tangga karier korporasi, namun banyak yang belum memahami bahwa memanjat tangga karier tidak bisa hanya dengan modal seadanya.

Untuk naik anak tangga tersebut butuh tidak hanya kemampuan teknis, namun juga kemampuan interpersonal, dan kapasitas konseptual.

Tiga hal tersebut dikemukakan oleh Robert L. Katz, seorang ahli manajemen dalam buku legendarisnya “Skills of an Effective Administrator.”

Apa dasar logikanya?

Begini, logika pertama adalah apa pun intensi kita, apakah climbing up corporate ladder atau menjadi entrepreneur, kita tetap harus memiliki keterampilan teknis tertentu yang bisa menjadi faktor pembeda dalam mengoptimalkan kinerja manajerial.

Kemudian, logika berikutnya adalah kemampuan interpersonal dan konseptual sangat (sangat) dibutuhkan agar kapasitas otak kita mencapai spektrum kemampuan yang luas. Karena tanpa spektrum kapasitas otak yang luas, maka kapasitas pemecahan masalah kita juga menjadi sangat terbatas.

Spektrum kapasitas otak yang sempit juga akan mudah membuat kita terperangkap dalam kegagalan logika atau logical fallacy yang ujung-ujungnya akan menghambat karier kita.

Keterampilan Teknis Itu Penting

Keterampilan teknis, secara singkat bisa dijelaskan sebagai kapasitas dasar yang dipelajari di hampir semua bidang pekerjaan, studi, atau bahkan permainan tertentu.

Misalnya, seorang penyerang tengah tim sepak bola harus tahu cara menendang bola dan cara memosisikan kedua kakinya untuk akurasi dan jarak. Contoh lain, seorang mekanik harus mampu mendekonstruksi dan merekonstruksi mesin dengan presisi yang sama baiknya.

Keterampilan teknis untuk seorang pemimpin termasuk pemahaman kerja tentang proses bisnis dalam departemennya, kemampuan untuk membuat anggota tim sama baiknya dalam proses tersebut, serta mengomunikasikan kepada fungsi-fungsi terkait dengan hasil akhir dari proses bisnis tersebut.

Keterampilan teknis menyiratkan pemahaman, dan kemahiran dalam, jenis kegiatan tertentu, terutama yang melibatkan metode, proses, prosedur, atau teknik.

Photo by Jake Hills on Unsplash   
Photo by Jake Hills on Unsplash   

Relatif mudah bagi kita untuk memvisualisasikan keterampilan teknis misalnya adalah ahli bedah, pemusik, akuntan, atau insinyur ketika masing-masing melakukan fungsi khususnya.

Keterampilan teknis melibatkan pengetahuan khusus, kemampuan analitis dalam spesialisasi itu, dan fasilitas dalam penggunaan alat dan teknik dari disiplin tertentu.

Keterampilan teknis mungkin yang paling dikenal karena paling konkret dan bisa dilihat dan dilatih tanpa memerlukan bakat khusus.

Keterampilan Interpersonal Bisa Menjadi Faktor Pembeda

Selanjutnya, kapasitas interpersonal, dengan kondisi dunia yang makin tidak linear, banyak perusahaan modern mengandalkan pendelegasian tanggung jawab dan wewenang untuk mencapai tujuan.

Akibatnya, bisnis bukan lagi bicara mengenai hasil semata namun lebih sering berbicara tentang memimpin atau membimbing, daripada memberikan instruksi untuk setiap tindakan.

Nah, ini kemudian menjadi dasar logika dari keterampilan interpersonal membedakan seorang manajer dari seorang pemimpin. Menciptakan pola dan proses bisnis yang kondusif sangat membutuhkan keterampilan yang kedua ini.

Kemampuan interpersonal, secara singkatnya adalah kemampuan untuk bekerja secara efektif sebagai anggota kelompok dan untuk membangun upaya kooperatif dalam tim yang dipimpinnya.

Jika keterampilan teknis terutama berkaitan dengan bekerja dengan "sesuatu" (proses atau objek fisik), maka keterampilan interpersonal terutama berkaitan dengan bekerja dengan hubungan antar manusia.

Keterampilan ini ditunjukkan dalam cara individu memersepsikan (dan mengenali persepsi) atasannya, yang sederajat, dan bawahannya, dan dalam cara dia berperilaku selanjutnya.

Menjadi menarik, bukan? Ketika ada dua orang, dengan kemampuan teknis yang sama baiknya, bisa jadi perjalanan karier mereka berdua berbanding terbalik.

Salah satu kemungkinan penyebabnya menurut saya adalah faktor kemampuan interpersonal ini.

Karyawan dengan kemampuan teknis bagus namun tidak ditunjang kemampuan interpersonal akan sulit untuk dijadikan pemimpin masa depan.

Kemampuan Konseptual Akan Menjadi Kunci Utama

Terakhir, salah satu yang saya pikir paling penting adalah kemampuan konseptual, tapi apa alasannya?

Keterampilan konseptual adalah bagaimana pemahaman yang komprehensif dari konteks tertentu.

Keterampilan konseptual mewakili salah satu dari tiga rangkaian keterampilan yang diidentifikasi oleh Robert Katz sebagai hal penting bagi keberhasilan pemimpin dalam sebuah organisasi.

Sementara setiap rangkaian keterampilan berguna dalam keadaan yang berbeda, menurut saya keterampilan konseptual cenderung paling relevan dalam situasi strategis yang luas, akibatnya, keterampilan konseptual bagi saya adalah sebagai faktor penentu keberhasilan kepemimpinan.

Kenapa bisa demikian? Jika kita sudah berada di top level, sebagian besar tugas kita adalah mengidentifikasi dan menyusun strategi untuk pendekatan operasional dan kompetitif yang lebih luas dari suatu organisasi.

Perencanaan strategis ini mencakup banyak hal, misalnya nilai-nilai organisasi, visi, misi, dan juga masa depan bisnis. Tentunya, kemampuan untuk menciptakan formula dan konsep yang kompleks untuk digunakan sebagai landasan organisasi memerlukan keterampilan konseptual, bukan?

Pemikiran konseptual memungkinkan umpan balik yang akurat dan tepat waktu, dan juga ketahanan, dan kelincahan dalam penyelesaian masalah.

Selain itu, pada dasarnya, keterampilan konseptual melekat dalam diri kita. Akan tetapi, tidak semua orang mampu memaksimalkan keterampilan konseptual.

Padahal di era connecting the dots seperti saat ini, keterampilan konseptual sangat dibutuhkan terutama dalam dunia kerja.

Bahkan, keterampilan ini sangat bermanfaat untuk mengembangkan strategi dan perluasan lini bisnis yang ada di sebuah perusahaan.

Semakin banyak konseptual yang muncul, maka peluang untuk membuat diri kita dikenal sebagai pribadi berkualitas sekaligus semakin besar dan sekali lagi, semua berujung pada peluang naik tangga karier yang lebih cepat.

Photo by EKATERINA  BOLOVTSOVA www.pexels.com
Photo by EKATERINA  BOLOVTSOVA www.pexels.com

Kesimpulannya, jika kita ingin mempunyai lintasan karier yang baik dan secara konsisten menuju puncak, maka tiga konsep ini dapat dicoba, tentunya memang hasilnya pasti berbeda untuk setiap orangnya.

Namun bagi saya lebih baik mencoba dan kemudian sukses dari pada tidak mencoba dan gagal.

Salam hangat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun