Pernahkah kamu mendengar argumen atau nasihat mengenai jika kita ingin berhasil dalam suatu hal maka lakukan hal tersebut berulang-ulang sampai kita mendapatkan hasil yang diinginkan?
Ya, saya sering mendengar argumen tersebut yang didasarkan pada sudut pandang probabilitas, di mana ketika kita melakukan suatu hal dengan lebih banyak maka peluang keberhasilan akan muncul.
Saya tidak menolak sudut pandang tersebut, secara logika argumen tersebut valid. Ketika kita melakukan suatu hal dengan sedikit pengulangan tentu hasil akan berbeda ketika pengulangannya lebih banyak.
Namun ada yang mengganjal dalam benak saya mengenai sudut pandang ini, yaitu sampai kapan kita harus terus mengulang-ulang hal yang sama tapi hasil yang kita harapkan tidak juga muncul.
Apakah kita harus menunggu sampai waktu kita habis atau sebenarnya ada faktor lain dalam argumentasi tersebut yang kita belum ketahui?
Saya meyakini bahwa argumen tersebut benar namun masih ada pekerjaan rumah yang harus kita kerjakan agar argumen tersebut bisa menghasilkan sesuatu yang positif.
Jika kita benar-benar ingin mengubah hasil yang selama ini itu-itu saja, jangan hanya fokus pengulangan hal tersebut saja, namun kita harus mendapatkan pengalaman dan merasakan betul di mana letak kegagalan atau bagaimana sebenarnya cara bekerja hal tersebut sesuai dengan kekuatan dan kelemahan kita.
Secara sederhananya, pengulangan tanpa rasa dan pengalaman hanya akan menjadi pengulangan kosong. Namun, dengan merasakan dan mendapatkan “feeling” mengenai bagaimana hal tersebut bekerja maka kita akan bisa mengubah jalan cerita keberhasilan di masa depan.
Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk menghindari pengulangan yang membuat hidup kita terjebak dalam siklus kegagalan yang juga berulang-ulang.
Refleksi dan observasi
Cara pertama adalah dengan melakukan refleksi dan sekaligus observasi terhadap pengalaman yang dirasakan ketika kita melakukan sesuatu hal.