Mohon tunggu...
Andesna Nanda
Andesna Nanda Mohon Tunggu... Konsultan - You Are What You Read

Kolumnis di Kompas.com. Menyelesaikan S3 di Universitas Brawijaya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Pola Pikir Berkembang dan Pertaruhan Masa Depan

15 Mei 2022   19:28 Diperbarui: 18 Mei 2022   04:51 1000
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Anthony Fomin on Unsplash   

Pernahkah kamu sering memberikan harapan palsu ke diri kamu sendiri dengan mengatakan “tidak apa-apa kok, kalau aku tidak bisa bahasa Inggris,” atau misalnya “tidak apa-apa kok, kalau kita tidak punya cukup pengalaman kerja,” kalau kamu sering mengatakan ke diri kamu sendiri seperti itu, saya khawatir kamu berjalan ke arah yang mata angin yang menyesatkan.

Saya banyak melihat pesan-pesan motivasi kosong seperti itu berseliweran di media-media sosial saat ini. Motivasi yang jelas salah kaprah dan hanya akan mendorong kamu ke arah pinggiran dunia yang saat ini sudah tidak bergerak linear.

Lantas apa alasannya kita tidak boleh berpikiran begitu? Begini, kita hidup di era yang bukan lagi penuh dengan persaingan dengan orang lain, kita saat ini hidup di era dimana kita bersaing dengan diri sendiri.

Jadi, bagaimana mungkin kamu bisa bertahan dalam zaman seperti ini kalau sebelum kamu berkompetisi dengan orang lain kamu sudah mengaku kalah terhadap diri sendiri seperti kondisi di atas?

Ada satu penelitian menarik yang dilakukan oleh Profesor Carol Dweck mengenai Growth dan Fixed Mindset. Menurut penelitian tersebut siswa dengan pola pikir growth mindset (pola pikir berkembang) sering kali lebih sukses, tidak hanya dalam studi mereka tetapi juga di kemudian hari dalam karier mereka. Pola pikir seperti ini yang mampu membuat kita menikmati tantangan dan menerima kegagalan.

Dilansir dari Thomas Edison State University, Carol Dweck pertama kali mengenalkan dua istilah pola pikir yaitu growth mindset dan fixed mindset lewat bukunya yang berjudul Mindset: The New Psychology of Success.

Dari buku tersebut, psikolog dari Stanford University tersebut menyebutkan bahwa growth mindset adalah salah satu kunci untuk membuka tingkatan tertinggi kapasitas seseorang.

Individu yang memiliki growth mindset adalah mereka yang akan selalu percaya bahwa talenta yang dimilikinya selalu dapat dikembangkan.

Pengembangan talenta tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya dengan kerja cerdas dan mempunyai sikap mental positif.

Nah, berita buruknya antitesis dari growth mindset adalah fixed mindset. Contoh yang saya berikan di atas adalah contoh fixed mindset. Tidak ada yang salah dengan pola pikir tersebut. 

Namun jika kita lebih nyaman dengan fixed mindset maka jangan berharap kita bisa melebihi batasan pribadi dan otomatis jangan pula berharap nasib kita akan lebih baik di masa depan.

Orang dengan growth mindset adalah mereka yang percaya bahwa keterampilan apa pun dapat dikembangkan melalui kerja keras, strategi yang baik, serta dukungan dari orang lain. 

Sebaliknya, orang dengan fixed mindset atau pola pikir konservatif adalah mereka yang percaya bahwa talenta adalah bawaan dan tidak dapat diubah tidak peduli seberapa keras kita mencoba.

Sementara orang dengan growth mindset melihat masalah atau kesulitan sebagai peluang untuk belajar, orang dengan fixed mindset cenderung menghindari melakukan hal-hal yang terlalu sulit atau terlalu merepotkan karena takut gagal atau seperti yang saya berikan contoh di atas, “tidak apa-apa kok kalau bahasa Inggrisku tidak bagus, toh saya masih bisa bekerja dengan baik.”

Menurut saya, dengan kondisi zaman seperti saat ini, sepertinya semua perusahaan, pemodal, dan bahkan calon pasangan hidup pasti akan mencari “kandidat” dengan growth mindset karena berani mengambil tantangan dan tidak putus asa dengan kesulitan.

Pengalaman saya dalam mengikuti proses perekrutan di perusahaan multinasional besar, kita dapat melihat bahwa akan sering ditanyakan beberapa pertanyaan untuk menentukan apakah kandidat cenderung memiliki growth mindset atau fixed mindset.

Ada beberapa cara untuk memiliki growth mindset ini agar kita tetap bisa berada di jalur percepatan karier atau apa pun yang kita sedang lakukan.

1. Membiasakan melakukan refleksi diri

Apa hubungannya antara refleksi diri dan growth mindset? jawabannya adalah dengan akan fokus untuk selalu melakukan refleksi diri maka kita akan membiasakan menganalisis penyebab dan bagaimana kita merumuskan jawaban berbeda jika kita misalnya menghadapi situasi yang sama lagi di masa depan.

Selain itu refleksi diri dan menganalisis sesuatu akan membantu otak kita mengingat lebih baik, dan ketika kita menghadapi situasi yang sama, kita akan memiliki refleks yang cepat untuk beralih dari fixed mindset ke growth mindset.

Dalam contoh di atas, saat saya ingin belajar bahasa Inggris, tetapi karena suatu hal, saya terus menunda-nunda dan pada akhirnya tidak saya lakukan. Alasan adalah saya takut orang akan menertawakan kemampuan bahasa Inggris saya.

Nah, dengan saya berani dan terbiasa melakukan refleksi diri, maka saya akan sadar akar masalahnya dan akan membuat saya akan berpikir seharusnya saya tidak perlu ditertawakan orang ketika belajar bahasa Inggris daripada karier saya buntu dan tidak berkembang.

Coba, kamu tanyakan ke diri sekarang apakah kamu masih takut untuk belajar sesuatu yang baru?

Foto oleh Joseph Frank on Unsplash   
Foto oleh Joseph Frank on Unsplash   

2. Lakukan identifikasi tujuan “ideal” kita

Pertanyaan kunci yang harus dijawab untuk mengembangkan growth mindset adalah mengapa kita menginginkan perubahan.

Saya percaya setiap orang memiliki perjalanan hidup masing-masing yang unik, jadi growth mindset tidak boleh tentang apa yang "orang lain lakukan", growth mindset adalah apa yang seharusnya penting bagi kita.

Luangkan waktu untuk melakukan penilaian keterampilan diri, keterampilan berpikir baik secara teknis dan soft skill. Buat daftar apa yang saat ini kita lakukan dengan baik, dan buat daftar apa yang perlu kita pelajari, kemudian cari tahu cara menutup kesenjangan ini agar kita semakin dekat dengan tujuan akhir kita.

Mungkin butuh sebulan, 3 bulan, atau 6 bulan, atau bahkan lebih lama. Jangan terlalu pusing tentang hal itu, coba ikuti saja dan nikmati prosesnya.

Konklusi yang ingin saya sampaikan adalah memang tidak semua tujuan kita akan dapat direalisasikan sesuai keinginan kita. Butuh waktu untuk akhirnya kita dapat menghargai keterampilan unik kita dan mengenali tujuan ideal seperti apa yang kita inginkan.

Yang perlu kita lakukan adalah mengevaluasi keterampilan kita dan meminta umpan balik, melakukan refleksi, dan belajar banyak hal baru untuk benar-benar mengembangkan growth mindset kita.

Saya percaya kita akan mendapatkan yang terbaik dengan mengembangkan growth mindset! dan ingat, jangan biarkan rasa takut akan hal yang tidak diketahui menghalangi kita untuk belajar cakrawala baru alih-alih membuat batasan diri yang tidak berarti.

Bagi saya lebih baik tumbuh perlahan daripada mati berdiri dalam diam.

Salam hangat

Referensi:

Mindset: The New Psychology of Success

Harvard Business Review: What Having a “Growth Mindset” Actually Means

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun