Kegagalan melakukan identifikasi langkah pertama akan membuat kita selalu merasa punya waktu dan energi padahal waktu dan energi kita terbatas.
Setelah kita sukses mendefinisikan langkah pertama, maka tempatkan pekerjaan sesuai dengan kenaikan kurva energi kita tersebut.
Misalnya, saya menanggapi email itu penting tetapi tidak menghabiskan banyak energi di sebagian besar waktu.
Hal yang sama berlaku untuk mengoreksi draf laporan, atau mengikuti rapat. Di sisi lain, menulis draf pertama suatu laporan bagi saya baru membutuhkan banyak energi.
Sekali lagi, pola setiap orang berbeda-beda. Kita harus mampu menemukan pola kurva energi kita sendiri.
Intinya adalah penting untuk memperjelas tugas mana yang membutuhkan energi yang besar.
Karena jika tidak, sangat mudah untuk membuang energi terbaik kita pada tugas-tugas yang sebenarnya tidak membutuhkannya dan kemudian kita hanya akan memiliki sedikit sisa energi ketika saat tugas terpenting dan terberat tiba pada waktunya.
3. Lakukan penjadwalan pekerjaan sesuai dengan prioritas
Titik lemah langkah ketiga ini adalah setelah kita mampu menentukan kurva energi kita kemudian mampu melakukan prioritisasi tapi kita gagal melakukan penjadwalan.
Akibatnya semua hal akan menjadi penting dan mendesak dalam waktu yang bersamaan.
Misalnya, ambil contoh saya pribadi, saya tidak memiliki energi yang cukup saat bangun di pagi hari. Saya butuh secangkir kopi, dan sekitar satu jam kemudian sebelum otak saya siap untuk benar-benar “menyala.”
Saya juga tahu melalui pengalaman bahwa jendela ini tidak bertahan selamanya, Pada pagi menjelang siang saya benar-benar melewati puncak energi saya.