Ketika saya selesai menonton The Adam Project yang tayang di Netflix kesan pertama adalah saya seperti kembali ke masa kecil saya dengan tambahan cita rasa era Marvel.
Bumbu-bumbu pop culture era Marvel ditambah dengan referensi-referensi yang sudah dikenal sebelumnya seperti Multiverse dari Marvel Cinematic Universe, Light Saber dari franchise Starwars, dan bahkan Terminator membuat film ini menjadi enak ditonton bagi generasi saya yang tumbuh bersama salah satu film ikonik yaitu Extra Terrestrial (E.T).
Film ini mengisahkan tentang Adam (diperankan oleh Ryan Renolds) dari masa depan yang bertemu dengan dirinya sendiri di 2022 yang masih berumur 12 tahun.
Adam di masa depan adalah seorang prajurit yang dianggap membelot karena dia harus kembali ke 2018 untuk mencari istrinya (diperankan oleh Zoe Zaldana) yang dia pikir sudah tewas. Alih-alih ke 2018, dia malah terlempar ke garis waktu 2022 dan dia bertemu dengan dirinya yang masih lemah dan menjadi bahan bully-an teman sekolahnya karena fisiknya yang kecil, dan juga masih trauma dengan kematian ayahnya satu setengah tahun sebelumnya.
Dan keseruan yang menyenangkan pun berlanjut mulai dari pertemuan tersebut sampai akhir film.
Film ini membawa genre sci-fi action dengan gadget-gadget keren membuat saya tersenyum sendiri ketika melihat benda yang mirip dengan Light Saber dan juga pesawat luar angkasa yang serupa dengan X-Wing dari Star Wars
Jelas energi utama film ini adalah Reynolds dengan dialog-dialog sarkasme khas Deadpool yang seakan-akan tercipta hanya untuk dia dan sekali lagi dia berhasil dengan karakterisasi tersebut.
Keberhasilan tersebut jelas peran sutradara dari film ini yaitu Shawn Levy yang berkolaborasi dengan Reynolds di Free Guy yang juga masuk nominasi Oscar.
Levy sangat paham bahwa menggabungkan sarkasme Reynolds dengan referensi Marvel dan bahkan saya melihat ada elemen Stranger Things dalam satu film adalah langkah jitu.
Bagi saya film ini menyenangkan dan dialog-dialog Reynolds dengan aktor cilik debutan Walker Scobell menjadi membawa saya ke masa kecil ketika saya diajak Ayah saya menonton E.T.
Reynolds dan Scobell memiliki chemistry yang sangat bagus sebagai dua Adam dari masa yang berbeda, namun kita akan tertawa dan bahkan memaki lucu dalam hati ketika melihat bahasa tubuh mereka saling menghina satu sama lain sepanjang film.
Gagasan utama film ini tentang seorang anak yang bertemu diri mereka yang dewasa atau orang dewasa yang melakukan perjalanan kembali ke masa lalu untuk memperbaiki kesalahan masa kecil mereka telah dieksplorasi di film lain, termasuk 13 Going on 30, yang uniknya juga mempertemukan Jennifer Garner dan Mark Ruffalo sebagai pasangan dan sekaligus orang tua Adam.
Tim penulis Adam Project juga berhasil membuat adegan Adam bertarung dengan senjata yang sangat mirip lightsaber, melawan penjahat yang skemanya untuk menciptakan masa depan yang sepertinya diambil referensinya dari Terminator dan Back to The Future.
Beberapa plot holes misalnya The Adam Project jelas dibangun di atas paradoks perjalanan waktu, kemudian kita melihat dua Adam yang bertemu dan hangout bareng tanpa mengungkap kontinum ruang-waktu seperti layaknya film time travel lainnya.
Bagi saya itu bisa dimaafkan, mengingat film ini bergerak cepat, dan menurut saya terlalu ceria untuk memikirkan teka-teki ilmiah apa pun.
Namun plot holes ini juga yang membuat film ini seakan-akan kehilangan momentumnya ketika keputusan Levy membawa arah film ini ke arah yang terlalu menyenangkan.
Kemudian karakter penjahat dari film ini diperankan oleh Catherine Keener juga tidak memunculkan kesan yang menakutkan. Keener menjadi penjahat karena film ini membutuhkan penjahat tapi motivasi dan karakterisasinya kurang bernuansa. Namun wajar karena pendekatan Levy memang ke arah film keluarga.
Satu catatan emosional bagi saya adalah The Adam Project sangat sukses menggambarkan Daddy’s issue, dan sekali lagi Levy memang membawa alur cerita ke arah film petualangan anak-anak tahun 80-an yang dibuat ulang dengan penuh cinta di The Adam Project.
Konklusi:
Film ini berhasil menjawab premisnya dengan spesial efek yang boleh dibilang ramah untuk anak-anak kalau tidak bisa dikatakan agak sedikit terlihat "tidak mahal."
Reynolds seperti biasa menjawab ekspektasi walau pun menurut saya menjadi terjebak dengan karakter Deadpool yang itu-itu saja.
Dialog-dialog antara Adam dewasa dan Adam kecil serta adegan di mana Adam kecil berlari-lari di hutan kemudian menemukan “Alien” jelas akan membawa kita kembali masa-masa kecil di era film-film sci-finya Steven Spielberg.
Skor: 7/10
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H