"Jangan terlalu lama di kantor, aku sudah memasak untuk kita malam ini"
"Terima kasih, sayang." Â Pria tersebut menutup pembicaraan.
Di sisi lain kota malam itu
Langit kota yang merah dengan semburat biru itu menemani perempuan mungil itu di apartemennya di lantai 25. Perempuan mungil itu baru saja menuangkan segelas anggur ketika sebuah panggilan masuk ke telepon genggamnya.
"Sayang, aku mampir ya?, kangen kamu!" Terdengar suara renyah di seberang sana.
"Katanya Mas lagi rapat penting?"
"Sudah selesai"Â
"Ya sudah, aku tunggu di sini." Suara perempuan mungil itu dibuat seperti merajuk.
Perempuan mungil itu rindu sekali. Pria yang dikenalnya setahun lalu. Rasa itu tumbuh begitu saja menyirami hati perempuan mungil itu yang sekian lama kosong.
Perempuan mungil itu tidak bisa berbohong pada hatinya sendiri. Dia jatuh hati pada laki-laki bersuara renyah itu. Pria itu punya sesuatu dalam dirinya yang membuat hatinya berdegup.
Saat mendengar suara renyah pria itu, sesuatu seperti meledak dan mendesak-desak dadanya. Ia tidak bisa menunggu. Tidak bisa.Â