Jadi, tanpa kita sadari bahwa kita sudah terjatuh dalam bias kognitif, sedangkan rasa percaya diri masih terus mengalir sampai ke titik puncak.
Dalam contoh cerita saya di atas, saya tidak lulus ujian praktek karena otak saya bias terhadap kemampuan saya menghadapi ujian praktek tersebut.
Saya merasa saya mampu mengerjakan padahal kenyataannya kemampuan asli saya belum mencukupi. Rasa percaya diri saya ternyata tidak sejalan dengan kompetensi saya.
Hard-easy effect ini akan mempengaruhi kemampuan kita untuk membuat keputusan yang tepat serta membuat kita sulit untuk mengetahui kapasitas diri.
Berdasarkan pengalaman saya pernah terjebak dalam hard-easy effect, kita memang harus rutin melakukan "kalibrasi" diri untuk benar-benar mengetahui titik yang sebenarnya dari kapasitas kita.
Berita buruknya, hard-easy effect ini berhubungan dengan rasa percaya diri. Satu hal yang sifatnya sedikit abstrak dan berbeda-beda setiap orang.
Ada orang yang dari lahir memang percaya diri walaupun kapasitas dirinya tidak sesuai. Namun ada juga yang kapasitas dirinya kompeten tapi tidak percaya diri.
Lantas bagaimana cara mengatasinya? Berdasarkan pengalaman saya, ada dua hal yang bisa dilakukan sebagai berikut:
1. Selalu coba untuk menemukan logika yang tepat ketika menghadapi permasalahan
Seperti yang sudah saya bahas di tulisan saya sebelumnya, logika adalah ilmu yang berbicara mengenai ketepatan. Salah satu cara mengatasi hard-easy effect adalah selalu mencoba berlogika.