Mereka berdua melihat bahwa pengambilan keputusan sangat terkait dengan tingkat kepercayaan individu yang bersangkutan.Â
Ternyata hasil penelitian mereka memang membuktikan bahwa hard-easy effect ini sangat mempengaruhi rasa percaya diri ketika kita dihadapkan pada satu situasi yang membutuhkan keputusan.
Hard-easy effect ini sangat terkait dengan tulisan saya sebelumnya mengenai bounded rationality. Kaitannya adalah kita akan merasa memiliki rasa percaya diri yang tinggi ketika merasa sudah memiliki seluruh informasi, padahal belum tentu semua informasi tersebut berguna untuk kita.
Hard-easy effect membuat rasa percaya diri yang terlalu tinggi itu menjadi menyesatkan.
Kalau kita mencoba melihat contoh-contoh di atas dengan logis, maka hard-easy effect ini terjadi karena otak kita mengirimkan sinyal yang bias mengenai kemampuan kita.
Kita menjadi terkecoh dengan kemampuan asli diri kita sendiri. Jika tidak ada hard-easy effect ini maka kita akan sadar adanya kesenjangan antara kapasitas asli dan kapasitas yang muncul karena bias.
Hard-easy effect ini membuat kesenjangan tersebut menjadi seakan-akan tidak ada. Makanya banyak orang terkecoh dengan begitu percaya diri menghadapi hal yang sulit, padahal kemampuannya belum sampai ke titik tersebut.
Sebenarnya cara kerja otak kita itu sederhana. Ketika kita menghadapi satu permasalahan, maka otak kita akan berusaha menarik semua informasi yang tersimpan terkait dengan permasalahan ini.
Kemudian setelah semua informasi tersebut ditarik, maka proses selanjutnya adalah memproses dan mengambil keputusan. Sangat sederhana.
Hard-easy effect ini membuat keakuratan proses di otak dalam menarik dan mengolah informasi tersebut menjadi bias. Di sisi lain bias ini mempengaruhi rasa percaya diri kita.