Kemudian, setelah mindset, yang saya lakukan adalah mengubah perilaku. Saya yang biasanya suka menghabiskan waktu tidak jelas, saya ubah menjadi saya mengambil sekolah lagi di tingkat pasca sarjana.
Setelah saya benahi mindset dan perilaku, kemampuan saya otomatis meningkat. Secara sistem, saya pun menjadi mampu berpikir komprehensif dan logis.
Ketika semua itu saya miliki, perlahan demi perlahan terjadi perbaikan-perbaikan dan akhirnya membawa saya ke titik saya berada saat ini.
Sebagai contoh lain di level organisasi misalnya, Kompasiana. Saya salut terhadap perubahan yang dilakukan tim Kompasiana terkait dengan user interface, sangat fresh.
Ini artinya Kompasiana paham bahwa untuk bertahan di era searchlight intelligence perlu inovasi. Kompasiana memberikan contoh presisi bahwa inovasi tidak perlu mahal.
Dengan perubahan ini, Kompasiana mengubah mindset, perilaku dan sistem secara bersamaan.
Inilah masalahnya. Tidak ada orang yang benar-benar ingin gagal. Cepat atau lambat, itu merupakan hasil dari pilihan-pilihan kita.
Saya pikir tidak ada orang yang bangun setiap pagi dengan harapan kegagalan yang mengecewakan terjadi. Namun itu adalah bagian dari proses yang tidak dapat dihindari.Â
Alternatifnya adalah dengan berpikir mengenai inovasi-inovasi yang kita harus coba setiap hari. Tanpa kemampuan berinovasi, kita tidak akan mampu menyusun sintesa-sintesa baru. Padahal untuk berkembang, apalagi di era penuh ketidakpastian, perlu  kemampuan menghasilkan sintesa-sintesa baru.
Tanpa kemampuan melakukan inovasi, kapasitas kita akan terhenti pada titik tertentu. Model bisnis atau cara kerja kita akan menjadi kuno tanpa inovasi. Ketika model bisnis dan cara kerja kita menjadi kuno, maka kita akan terlambat dalam mengantisipasi perubahan.