2. Jumlah orang yang melakukannya
Semakin banyak orang yang kita lihat melakukan hal tersebut atau semakin banyak orang yang membeli produk tersebut, maka semakin terpengaruh kita.Â
Hal ini sangat dipengaruhi oleh satu konsep yang disebut dengan herd mentality, ketika sekelompok orang mengalami sesuatu yang tidak pasti bersama-sama, tindakan mayoritas akan dianggap benar dan valid.
3. Kemiripan
Nah, ini saya sering mengalaminya. Jika kita mengalami atau melihat sesuatu yang tidak biasa dengan sekelompok besar orang, kita lebih cenderung mengikuti reaksi orang-orang yang kita anggap mirip dengan kita.
4. Ketidakpastian
Ini biasanya terjadi jika kita berada didalam satu ketidakpastian, maka biasanya kita sowan ke rumah orang yang kita anggap lebih tua atau lebih punya pengalaman. Makanya kalau musim pilkada, sering sekali kita melihat safari para calon ke tokoh masyarakat.
Untuk lebih jelasnya, saya mencoba memberikan ilustrasi social proof ini. Silahkan coba perhatikan gambar di bawah ini.
Jangan Biarkan Social Proof Ini Mempengaruhi Kita
Kita semua pada hakikatnya menjual sesuatu. Ada yang menjual ide. Ada yang menjual Produk. Menjual layanan. Atau ada juga yang menjual Mimpi.
Di sinilah titik esensial kita harus mampu menahan pengaruh social proof ini. Kita harus mampu memilih dan memilah barang yang benar-benar kita butuhkan, kita harus benar-benar tahu perilaku sosial mana yang harus kita ikuti.
Berdasarkan pengalaman saya, ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan sebagai berikut:
1. Pikirkan dengan matang-matang sebelum kita ingin membeli atau melakukan satu hal baru. Ini penting supaya kita tidak terjebak pada hal-hal yang tidak bermanfaat.Â