Saya dan mungkin juga rata-rata orang membuat ratusan bahkan mungkin ribuan keputusan dalam satu hari. Dan setiap keputusan tersebut pasti menghabiskan banyak energi.Â
Decision fatigue menggambarkan bagaimana serangkaian keputusan dapat menghabiskan energi kita dan membuat kita menjadi lebih rentan terhadap pengambilan keputusan yang buruk.
Decision fatigue itu menggambarkan bagaimana kualitas keputusan kita makin lama semakin turun seiring dengan semakin banyaknya pilihan.Â
Hal ini disebabkan karena kemampuan kognitif kita terbatas. Yang akhirnya kita merasa lelah dan menyerah karena terlalu banyaknya pilihan yang harus kita tentukan.
Saya coba membuat ilustrasi dari decision fatigue ini. Silahkan perhatikan gambar di bawah ini:
Efek ini dapat membuat kita sebagai konsumen lebih rentan terhadap teknik penjualan dan pemasaran serta tanpa sadar melakukan pembelian impulsif.
Decision Fatigue Tidak Memandang Tingkat Intelegensia
Siapapun bisa mengalami decision fatigue ini. Fenomena decision fatigue dapat mempengaruhi bahkan individu yang paling rasional dan cerdas, karena setiap orang dapat menjadi lelah secara mental.
Semakin banyak keputusan yang dibuat sepanjang hari, semakin sulit setiap keputusan bagi kita. Akhirnya, otak mencari jalan pintas untuk menghindari decision fatigue dalam proses pengambilan keputusan, yang akhirnya mengarah pada pengambilan keputusan yang buruk.
Decision fatigue juga memiliki keterkaitan erat dengan tulisan saya sebelumnya yang terkait dengan "Paradox of Choice", yang dipopulerkan penelitian Universitas Columbia tentang sampel selai yang menunjukkan bahwa lebih banyak pilihan tidak mengarah ke rasio konversi penjualan yang lebih tinggi. Faktanya, justru orang yang kewalahan dengan terlalu banyak pilihan pada akhirnya tidak membuat pilihan sama sekali.