Saya juga paham kenapa Amazon,Grammarly, dan yang lain-lain punya caranya masing-masing untuk menggunakan reciprocity.Â
Yang terpenting adalah reciprocity bisa menjadi alat persuasi yang ampuh jika diterapkan secara etis pada konsumen.
Jenis-Jenis Reciprocity
Untuk lebih mudah memahami reciprocity, perhatikan gambar di bawah ini:
Kemudian gambar yang tengah merupakan pola yang saya yakin hampir setiap dari kita akan berharap kebaikan atau pemberian akan berbalas hal yang sama. Dalam beberapa kondisi malahan berharap lebih.
Biasanya gambar yang di posisi tengah ini juga melibatkan hitung-hitungan yang sifatnya ekonomis antara nilai pertukaran dan harapan bahwa bantuan akan dikembalikan dalam jangka waktu yang ditentukan.Â
Gambar terakhir di posisi kanan menjelaskan tentang pola yang ruwet. Iya, ruwet. Kenapa ruwet? Karena melibatkan banyak faktor. Ada faktor salah satu pihak mengharapkan berlebihan atau juga faktor-faktor pribadi. Gambar yang tengah ini juga biasanya melibatkan pertukaran yang sifatnya negatif.
Jadi gambar mana yang harus kita pilih? Bagi saya yang terpenting kita tahu menempatkan diri. Kapan harus mengharapkan balasan dan kapan kita harus mengikhlaskan.Â
Yang terpenting jangan sampai kita terjatuh ke reciprocity yang ruwet dan negatif untuk diri kita sendiri ataupun orang-orang disekitar kita.
Kesimpulan Akhir
Dari uraian diatas memperlihatkan bahwa reciprocity bagaikan pedang bermata dua. Kita bisa menggunakannya untuk mengembangkan bisnis dan jaringan kita atau sebaliknya kita malahan terhanyut untuk melakukannya dengan tujuan yang negatif.
Semuanya terpulang kembali ke diri kita masing-masing. Yang jelas menurut saya reciprocity juga memungkinkan kita membantu orang lain menyelesaikan hal-hal yang tidak dapat mereka lakukan sendiri. Kerelaan menjadi kunci utama dalam hal ini.