Setiap saat kita disuguhi bermacam-macam permasalahan. Baik yang rumit ataupun yang sangat rumit. Bahkan ada permasalahan yang terlihat seperti sesuatu yang tidak bisa terpecahkan.
Pasti pernah kan? Mentok, buntu, tidak ada jalan, semua sudah dilakukan namun permasalahan tidak kunjung selesai.
Saya Pernah. Sampai sekarang juga masih sering buntu. Sangat manusiawi.
Lantas bagaimana cara kita menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang muncul tersebut? Apakah kita punya strategi atau langkah-langkah yang presisi? Atau hanya menghitung kancing dan berharap yang terbaik datang begitu saja?
Salah satu cara yang saya pribadi yakini dan jalankan adalah dengan: Meningkatkan kualitas dan kapasitas berpikir.
Kenapa? Karena dengan kualitas berpikir yang lebih baik, maka kita lebih dimampukan untuk mengembangkan pola pikir dengan bingkai yang lebih segar. Kualitas berpikir juga akan bagus untuk kesehatan mental.
"Untuk menyelesaikan masalah, perbaiki kapasitas dan kualitas berpikir kita"
Nah, salah satu alat yang bisa digunakan adalah: Berpikir Lateral
Berpikir Lateral atau menyamping.....Bukan berpikir menyimpang. Dua hal yang sangat berbeda tentunya.
Apa Sih Berpikir Lateral itu?
Terminologi berpikir lateral seperti yang kita bisa googling adalah suatu cara berpikir yang lebih kreatif. Satu cara berpikir untuk melihat permasalahan dari sudut pandang lain, tidak terduga dan mendorong kearah inovasi yang jangka panjang.
Cara berpikir lateral pertama kali dicetuskan oleh Edward de Bono sebagai alternatif dari cara berpikir analisis.
Perbedaannya bisa dilihat di gambar dibawah ini:
Lantas Bagaimana Proses Berpikir Lateral Itu?
Gambar diatas memperlihatkan berpikir lateral itu memaksa kita untuk berpikir bukan hanya satu atau dua solusi, tapi banyak solusi.
Walaupun secara kasat mata kita sudah tahu bagaimana solusi yang tepat. Berikut beberapa langkah yang bisa kita jalankan:
1. Selalu Pertimbangkan Banyak Alternatif Solusi
Seperti yang saya katakan diatas: Walaupun secara kasat mata hasil pengalaman-pengalaman sebelumnya, kita sudah tahu kemungkinan solusinya, tetap coba untuk melihat dari BANYAK sudut.
Kenapa? Karena dengan banyak sudut tersebut ada kemungkinan kita bahkan mendapatkan sesuatu inovasi baru yang tidak terduga.
2. Cari Stimulus Kreatif
Saya jika mentok dalam mencari solusi, biasanya saya cooling down dulu, minum kopi, nonton Netflix atau something else yang membuat otak saya Happy.
Bahkan terkadang saya melakukan hobi saya yang lain yaitu menulis cerpen atau corat-coret novel (yang tidak kunjung selesai juga).
"Trust me! it works Pal!"
3. Coba Melakukan Pendalaman Terhadap Permasalahan
Nah ini yang sulit, secara naluriah biasanya kalau ada permasalahan, otak kita langsung jump to solution. Misalnya, "ah sudahlah langsung tambah produk saja", atau "ah, sudahlah langsung perbaiki packagingnya."
Padahal belum tentu itu solusi yang tepat (atau bisa juga merupakan solusi yang tepat).
But, what I was saying is: sometimes our instinct is just adding up the things!
What would happen if you started to do substracting instead of skipping or adding something new?
It is tough, isn't it? Just try it.
Of course! jalannya memang tidak semudah itu, Ferguso. Harus banyak mencoba.
Saya pribadi juga masih dalam tahap belajar memakai teknik ini. Satu hal yang saya sukai adalah teknik ini memberikan kebebasan otak saya untuk mengembara ke Purple Ocean yang masih tidak terbatas.
Tabik,
Jakarta, H-2 Menjelang Lebaran 1 Syawal 1442 H Tahun Masehi 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H