Mohon tunggu...
Politik

Kolaborasi Anak Muda Perwujudan Gotong Royong Masa Kini

6 September 2016   17:59 Diperbarui: 6 September 2016   18:14 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Langkah HT melaksanakan Kegiatan Sosial di Medan (Sumber : Fan Page FB LHT)

Globalisasi, modernisasi, dan liberalisasi entah apalah itu tampaknya kata-kata itu sudah mulai menjadi tersohor di seantero jagad ini, tak terkecuali bumi Nusantara, bumi Indonesia ini.

Generasi muda hingga golongan tua rasanya cukup familiar dengan kata-kata itu. Bukan hanya familiar, bukan hanya sebuah jargon, rasanya ketiganya telah menjadi bagian yang sulit ditolak oleh semua pihak.

Memang dari globalisasi, modernisasi hingga liberalisasi tidaklah melulu negatif, harus kita akui bahwa ada juga sisi positifnya. Namun problemnya adalah masih belum kokohnya kapasitas sumber daya, tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Masih perlu penguatan peran negara dalam hal distribusi layanan publik yang baik dan distribusi program kesejahteraan yang merata, serta perlindungan tradisi-tradisi ataupun nilai-nilai budaya lokal yang membentuk nusantara.

Masyarakat Indonesia saat ini seakan terhanyut dengan kehadiran mereka, mungkin terlalu larut dalam arusnya yang kencang. Globalisasi, modernisasi, dan liberalisasi telah menggerus sedikit banyak dari nilai-nilai budaya Indonesia.

Tak perlulah kita bahas tentang budaya-budaya di setiap daerah, kita semua telah mengetahui hanya tinggal berapa gelintir manusia Indonesia yang masih peduli. Mungkin generasi tua masih banyak yang mengetahui bahkan berusaha melestarikan, tapi generasi muda, mungkin hanya beberapa.

Cobalah kita lihat terhadap warisan budaya kita yang luhur yang menjadi dasar falsafah negara kita, Pancasila yang jika kita peras menjadi tiga kita dapatkan Trisila (Sosio Nasionalis, Sosio Demokrasi dan Ke-Tuhanan), jika kita gali lagi lebih dalam maka kita akan menemukan dari semuanya itu, Gotong Royong.

Gotong Royong merupakan budaya bangsa yang luhur sebab, sejak zaman nenek moyang kita, di bumi Nusantara ini konsep Gotong Royong telah dikenal. Karena Gotong Royong pula kita berhasil menjadi bangsa yang merdeka.

Sebagai contoh penerapan konsep Gotong Royong pada zaman kakek nenek kita, mereka bercerita bahwa jika rumah mereka rusak tetapi tidak punya uang untuk memperbaiki, para tetangga akan dengan senang hati membantu mereka memperbaiki rumah itu, tetangga A akan menyumbang semen, tetangga B akan menyumbang bata, tetangga C menyumbang perkakas, bahkan mereka semua turut memperbaiki rumah tersebut.

Sama halnya jika ada acara selamatan, misalnya pernikahan. Namun sang tuan rumah tidak mempunyai cukup uang untuk itu, makanya para tetangga akan membantu. Ada yang membawa makanan, ada yang membawa minuman, ada pula yang meyumbang tenaga dan semuanya itu dilakukan dengan sukarela.

Dalam konteks era modern sekarang ini, di beberapa daerah terutama masyarakat pedesaan mungkin masih dapat melakukan hal tersebut. Namun, bagaimana daerah lainnya, apalagi masyarakat perkotaan.

Jika kita bicara globalisasi, modernisasi, dan liberalisasi tentu masyarakat perkotaan adalah yang terdahulu mengenal itu semua. Hal ini tentu mempengaruhi pola hidup masyarakat perkotaan. Dan dampak dari globalisasi, modernisasi dan liberalisasi itu membuat sedikit banyak dari masyarakat perkotaan menjadi individualis.

Untuk itu perlu segera dilakukan langkah antisipasi agar bangsa Indonesia, yang tinggal di desa maupun di kota sekalipun tetap mengenal jati diri bangsanya. Tidak muluk-muluk untuk berharap mereka untuk melestarikan budaya daerahnya masing-masing, cukup dengan paling tidak di tengah masyarakat global dan modern hari ini, bangsa Indonesia masih memiliki sifat Gotong Royong yang mungkin diwakili oleh rasa kepedulian terhadap sesamanya.

Tentunya pada era semacam ini konsep Gotong Royong harus ditransformasikan menjadi bentuk-bentuk yang relevan dengan zamannya, sehingga dapat diterima oleh masyarakat modern saat ini.

Dalam kondisi ini, anak muda adalah kelompok yang paling dapat menjadi motor dalam membangun kepedulian terhadap sesama. Generasi yang kelak menjadi penerus bangsa, generasi enerjik yang seharusnya masih memiliki semangat yang besar.

Salah satu kelompok anak muda yang rupanya sadar akan pentingnya Gotong Royong adalah Langkah HT (Hary Tanoesoedibjo). Anak-anak muda kreatif dan progresif ini bergabung dalam satu komunitas yang mewadahi anak-anak muda kreatif.

Mereka adalah anak-anak muda yang mempunyai visi yang sejalan dengan Pak HT, terkait dengan kesejahteraan Indonesia dan industri kreatif. Mereka berkolaborasi dengan komunitas, organisasi, lembaga kepemudaan lainnya untuk menghasilkan suatu karya.

Inilah salah satu perwujudan Gotong Royong yang dapat dilakukan generasi sekarang. Langkah HT hadir untuk membantu komunitas-komunitas anak muda di berbagai daerah untuk berkembang dan menghasilkan suatu karya melalui konsep kolaborasi.

Jika dulu zaman kakek nenek kita perwujudan Gotong Royong adalah ketika tetangga saling membantu memperbaiki rumah, di zaman modern ini anak-anak muda saling berkolaborasi untuk menghasilkan suatu karya atau saling membantu untuk berkembang.

Bantuan yang dilakukan Langkah HT bisa dalam berbagai bentuk, tidak melulu soal uang. Misalnya, komunitas A adalah komunitas musik, mereka ingin membuat coaching clinic tentang musik, namun kesulitan menghadirkan mentor. Maka, disini Langkah HT akan membantu menghadirkan mentor.

Contoh lainnya, ketika komunitas yang fokus pada pendidikan, terutama mengajar anak-anak jalanan dan tidak mampu. Mereka membutuhkan dukungan agar kegiatannya terus berjalan, Langkah HT akan berusaha mendukung dengan mengirim tenaga pengajar, serta bantuan yang dapat menunjang kegiatan belajar seperti buku dan alat tulis.

Ini adalah wujud dari usaha anak-anak muda yang tergabung dalam Langkah HT untuk membangkitkan semangat Gotong Royong dan kepedulian terhadap sesama. Bagaimanapun dan dengan cara apapun kita harus menjaga warisan luhur budaya bangsa sekalipun ketika berada di tengah-tengah derasnya arus globalisasi ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun