Memang terdengar aneh sebuah universitas atau kampus dengan basic Islam tetapi menerima mahasiswa non-muslim. Namun siapa sangka hal itu justru suatu hal yang bagus.
Keberagaman dalam universitas Islam kini semakin mendapat perhatian dan penting dalam institusi pendidikan tinggi.
Bagaimana tidak? Ini mencerminkan inklusi dan kesetaraan dalam pendidikan Islam, serta penghargaan terhadap perbedaan budaya, etnis, dan kepercayaan dalam komunitas kampus.
Adanya perbedaan tentu dapat memicu dialog yang sehat dan konstruktif antara mahasiswa. Ini memungkinkan pertukaran gagasan dan pandangan yang beragam, sehingga menghasilkan pemahaman yang lebih mendalam tentang nilai-nilai dari kultural masing-masing.
Mahasiswa di universitas Islam yang menghargai perbedaan kepercayaan akan belajar untuk menjadi lebih toleran dan pengertian terhadap pandangan yang berbeda. Hal ini dapat membantu menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendukung bagi semua mahasiswa.
Sebut saja kampus swasta Islam terbaik Jakarta, Universitas Al-Azhar Indonesia. Kampus ini termasuk ke dalam pencerminan tersebut.
Dari nama hingga basic kampus yang bergaung Islami, tidak serta merta membuat kampus ini menolak mentah-mentah kepercayaan individu lain.
UAI yang menjadi singkatannya, telah menerima bahkan juga meluluskan mahasiswa dengan perbedaan kepercayaan tersebut.
Meski begitu, aturan tetaplah aturan. UAI tetap melarang mahasiswanya menggunakan pakaian yang terbuka. Muslim ataupun non-muslim harus mengenakan pakaian yang sopan.
Adanya perbedaan bukan berarti adanya perbedaan perlakuan. Tidak ada yang namanya pembully-an, tidak ada budaya saling pandang kepercayaan atau kultural yang berbeda.