Mohon tunggu...
Nanda Firda
Nanda Firda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Bachelor of Constitutional Law

A Magister Student, Someone who likes to learn new things.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membedah Konsep Abid Al-Jabiri "Bayani, Irfani, dan Burhani" dalam Islam Kontemporer

15 Mei 2024   18:16 Diperbarui: 15 Mei 2024   18:25 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Metodologi Studi Islam ialah sebuah metode atau cara untuk mengkaji studi islam dengan memiliki beberapa cara baik melalui pendekatan maupun dengan teori. Metode yang dipelajari baik tentang mengajar, keunggulan, kelemahan, dalam hal penyajian, serta penerapannya akan dijelaskan dalam metode tersebut. 

Untuk menggali islam secara universal/ komperehensif atau islam kaffah yang terkandung dalam wahyu al-Quran dengan berbagai macam metode bantu dibutuhkan metode yang bijak dalam memahaminya. Semakin berkembangnya kehidupan manusia, banyak pula metode untuk mengkaji dan menafsirkan al-Quran. 

Produk yang dihasilkannnya pun beragam karena dipengaruhi oleh konteks zaman yang semakin maju. Abid Al-Jabiri adalah seorang filsuf Arab kontemporer. dikenal karena kontribusinya dalam pemikiran filsafat Arab kontemporer, terutama dalam kaitannya dengan masalah epistemologi dan metodologi dalam pemikiran Arab. Al-Jabiri sering dianggap sebagai salah satu tokoh sentral dalam gerakan "kritik tradisionalisme" dalam pemikiran Arab modern.

Dalam pemikiran Abid Al-Jabiri Bayani, Irfani, dan Burhani. Bayani adalah suatu epistemologi yang mencakup disiplin disiplin ilmu yang berpangkal dari bahasa Arab (nahwu fiqih dan Ushul fiqih Kalam dan balaghah), pendekatan digunakan adalah dengan pendekatan lughawiyah dalam bahasa filsafat yang disederhanakan pendekatan bayani dapat diartikan sebagai model metodologi berpikir yang didasarkan atas teks. 

Bayani adalah metode pemikiran khas Arab yang menekankan otoritas teks (nash), secara langsung atau tidak langsung, dan dijustifikasi oleh akal kebahasaan yang digali inferensi. secara langsung artinya memahami teks sebagai pengetahuan jadi dan langsung mengaplikasikannya tanpa perlu pemikiran. 

Contoh : Contoh qiyas adalah tentang hukum meminum arak dari kurma. Arak dari perasan kurma disebut far`(cabang) karena tidak ada ketentuan hukumnya didalam teks (nash), kemudian diqiyaskan pada khamr. Khamr adalah pokok (asl) sebab terdapat dalam teks (nash) dan hukumnya haram, alasannya (illah) karena memabukkan. Hasilnya yakni arak adalah haram ada persamaan antara arak dan khamr karena sama-sama memabukkan.

Irfani Secara etimologi berasal dari kata arafa yang semakna dengan makrifat, artinya pengetahuan. Namun berbeda dengan ilmu (`ilm). Irfani atau makrifat berhubungan dengan pengetahuan yang diperoleh secara langsung lewat pengalaman (experience), sedang ilmu menunjuk pada pengetahuan yang diperoleh lewat transformasi (naql) atau rasionalitas (aql). 

Ilmu Irfani adalah merupakan lanjutan dari metode bayani, irfani tidak didasarkan atas teks bayani, namun kepada kasyf, yaitu tersingkapnya rahasia-rahasia realitas oleh Tuhan. Oleh sebab itu, pengetahuan irfani tidak diperoleh berdasarkan analisis teks namun dengan hati nurani, dimana dengan kesucian hati, yang diharapkan Tuhan akan melimpahkan pengetahuan langsung kepada-Nya. 

Menurut Al-Jabiri, pengalaman kasyf tidak dihasilkan melalui proses penalaran intelektual manusia yang aktif dan kritis, namun dihasilakn melalui mujahadah dan riyadah (penempaan diri secara moral-spritual). Dari sinilah kemudian masuk dalam pikiran sebelum dikemukan kepada orang lain.

Kemudian metode yang ketiga yakni Burhani merupakan bahasa Arab yang secara harfiah artinya mensucikan atau menjernihkan. Menurut al-Jabiri Metode burhani bertumpuh sepenuhnya pada seperangkat kemampuan intelektual manusia, baik melalui panca indera, pengalaman, maupun daya rasional, dalam upaya memperoleh pengetahuan bahkan juga hingga menghasilkan kebenaran yang bersifat pospulatif. 

Epistemologi  burhani  berusaha  memaksimalkan  akal  dan menempatkannya  sejajar  dengan  nash  suci  dalam  mendapatkan  ilmu pengetahuan. Dalam hal ini, penggunaan rasionalitas tidak terhenti  hanya  sebatas  rasio  belaka,  namun melibatkan  pendekatan  empiris sebagai  kunci  utama  untuk  mendapatkan  ilmu  pengetahuan. Epistemologi Burhani memberikan penekanan pada rasionalitas dan akal sebagai sarana untuk memahami ajaran Islam, dengan menggunakan metode seperti kajian filsafat, ilmu pengetahuan, dan logika formal.

Dengan demikian, hubungan antara epistemologi Bayani, Irfani, dan Burhani dalam Islam kontemporer mencerminkan semangat inklusifitas, dialog, dan sintesis yang diperlukan untuk merespons kompleksitas dunia modern dan menjaga relevansi pemikiran Islam dalam konteks zaman sekarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun