Mohon tunggu...
Nanda Afifah
Nanda Afifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sedang Mencoba Menulis

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Ketika Orang Tua Terlalu Sibuk Bekerja: Bagaimana Anak Merasa Terabaikan dan Kesepian

26 April 2024   22:16 Diperbarui: 26 April 2024   22:21 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di era saat ini, tidak jarang kedua orang tua memilih untuk bekerja. Keputusan ini tentunya membawa perubahan signifikan dalam dinamika keluarga, khususnya terhadap perkembangan anak. Salah satu dampak yang paling terasa adalah berkurangnya waktu bersama. Meskipun hal ini dapat mempengaruhi kedekatan emosional, kondisi tersebut juga mendorong anak untuk menjadi lebih mandiri dan tangguh dalam menghadapi berbagai situasi. 

Kedua orang tua yang bekerja cenderung mengabaikan anaknya karena disibukkan oleh pekerjaannya. Orang tua yang mengabaikan anak cenderung tidak memperdulikan kebutuhan emosional anaknya, sehingga menimbulkan dampak negatif pada perkembangan anak. Hal ini membuat hubungan keluarga dan anak tidak dekat yang menyebabkan sulit untuk mengekspresikan dirinya saat di rumah. 

Selain itu, jam kerja orang tua akan menyebabkan kecanggungan orang tua terhadap anak dan ketidak terbukanya sang anak ataupun orang tua. Sedangkan pola asuh yang buruk membuat anak merasa tertekan ketika berada di rumah, sehingga anak cenderung berperilaku negatif seperti melanggar aturan, murung, dan kurang ekspresif yang mana hal tersebut dikaitkan dengan gejala depresi. 

Anak-anak dari keluarga di mana kedua orang tuanya bekerja seringkali memiliki kesempatan lebih banyak untuk berinteraksi dengan berbagai kalangan di luar keluarga, seperti di pusat penitipan anak atau sekolah, memperkaya pengalaman sosial mereka. Ini menguntungkan dalam membentuk kemampuan adaptasi sosial dan komunikasi yang baik.

Solusi agar keluarga sejahtera dilakukan dengan problem solving berupa kerjasama satu sama lain untuk menyelesaikan konflik dengan cara tidak menghakimi, partisipatif, memahami permasalahan yang terjadi, dan menyusun strategi sebagai cara menangani masalah tersebut. Selain itu, manajemen konflik juga dapat dilakukan dengan cara lain seperti negosiasi yaitu melakukan tawar menawar untuk mencapai keputusan yang berujung pada perdamaian dan mediasi dengan meminta bantuan pada pihak ketiga.

Hasil wawancara menunjukkan bahwa bentuk menghindari konflik dapat diterapkan oleh kelima responden setelah melakukan introspeksi diri. Dengan melakukan pengamatan terhadap diri sendiri dan berusaha merefleksikan diri terhadap permasalahan yang dihadapi, membuat responden menyadari untuk tidak membuat konflik semakin memburuk dengan cara menghindari konflik.

 Berdasarkan hasil wawancara pada narasumber 2 cenderung mudah dipengaruhi oleh lingkungan karena tempat satu-satunya yang menjadi pelarian anak adalah lingkungan teman-temannya, karena lingkungan inilah yang merupakan tempat satu-satunya bagi anak untuk mencari hiburan dan bersosialisasi. Sehingga ini akan berpengaruh terhadap perilaku anak ketika dia akan bergaul dalam lingkungan yang buruk maka sudah tentu itu akan berpengaruh terhadap perilaku anak.

Peran orang tua yang sibuk bekerja dapat mempengaruhi kesejahteraan anak, hal tersebut berpengaruh dalam hal kurangnya perhatian, komunikasi, dan ketidak dekatannya anak dengan orang tua. Namun, kondisi ini juga memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk lebih berkembang dalam hal mandiri dan kemampuan sosial melalui interaksi di luar keluarga. 

Untuk menjaga kesejahteraan keluarga, sangat penting untuk menerapkan strategi problem solving dan manajemen konflik yang inklusif serta berbasis pada pengertian antara anggota keluarga. Untuk mengatasi tantangan tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan komunikasi dan waktu berkualitas antara orang tua dan anak, meskipun dalam situasi yang sibuk. 

Hal ini dapat dilakukan melalui jadwal yang teratur untuk menghabiskan waktu bersama serta memberikan perhatian yang lebih pada kebutuhan emosional anak. Selain itu, memperkuat dukungan sosial bagi anak dalam lingkungan sekolah atau tempat penitipan anak juga penting untuk membantu mereka menghadapi tantangan dan mengembangkan kemampuan sosial yang baik. 

Selain itu, orang tua juga perlu melibatkan diri dalam manajemen konflik dengan cara yang positif dan berdasarkan pengertian, seperti melakukan negosiasi dan mediasi jika diperlukan. Dengan demikian, keluarga dapat menjaga kesejahteraan secara holistik dan membantu anak-anak tumbuh menjadi individu yang tangguh dan bahagia. Dengan demikian, kesadaran akan pentingnya keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga menjadi kunci dalam menjaga keharmonisan rumah tangga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun