Surutnya Perdagangan Lada
Pertengahan abad ke-19 menjadi waktu berakhirnya eksistensi perdagangan lada di Banjarmasin. Kedudukan Banjarmasin sebagai penghasil lada terbesar di nusantara telah berakhir. Penurunan produksi dan kualitas lada Banjar terjadi karena adanya masalah dalam Kesultanan, teknik penanaman yang kurang tepat, bibit yang kurang baik, cuaca dan iklim yang tidak mendukung, dan curah hujan tinggi yang menghambat pertumbuhan lada. Lada Banjar atau sahang Banjar mulai tersaingi oleh keberadaan komoditas lain yang diperjual belikan di Banjarmasin seperti karet dan batubara (Mansyur, Op.Cit., hlm. 8).
Referensi
Ideham, Suriansyah  et al. 2003. Sejarah Banjar. Banjarmasin: Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan.
Mansyur et al. 2019. Sahang Banjar: Banjarmasin dalam Lajur Perdagangan Rempah Lada Dunia Abad ke-18. Banjarmasin: Arti Bumi Intaran.
Shaffer, Marjorie. 2013. Pepper: A History of the World’s Most Influential Spice. New York: St. Martin’s Press.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H