Mohon tunggu...
Nanda Dwi Yanuari
Nanda Dwi Yanuari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hallo

Himpunan Mahasiswa Islam

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Paradoks atau Efektif? K-13 Sselama Pandemi Covid-19

14 Maret 2021   23:45 Diperbarui: 15 Maret 2021   00:33 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Dalam mengintegrasikan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) didalam pembelajaran. Implemenasi kurikulum 2013 pada setiap jenjang sekolah harus dilaksanakan. Karakter yang diperkuat terutama 5 karakter, yaitu: religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas. 

Nilai-nilai dalam karakter yakni religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif mandiri, demokrasi, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab. Disekolah-sekolah kenyataannya nilai-nilai tersebut masih sulit di nilai. Karena saat ini tidak hanya mata pelajaran agama dan pendidikan kewarganegaan saja namun setiap mata pelajaran harus menerapkan nilai-nilai karakter.

Gerakan PPK perlu mengintegrasikan, memperdalam, memperluas, dan sekaligus menyelaraskan berbagai program dan kegiatan pendidikan karakter yang sudah dilaksanakan sampai sekarang. Pengintegrasian dapat berupa pemaduan kegiatan kelas, luar kelas di sekolah, dan luar sekolah (masyarakat/komunitas) pelibatan secara serempak warga sekolah, keluarga, dan masyarakat. 

Menurut Atmawati (2018) bahwa Penguatan Pendidikan Karakter terbagi menjadi tiga yakni pendidikan karakter berbasis kelas, sekolah dan masyarakat.Berdasarkan Permendikbud Nomor 103 tahun 2014 tentang pembelajaran siswa dasar pendidikan dasar dan menengah bahwa muatan rencana pelaksanaan pembelajaran kurikulum 2013 revisi 2017 yang disusun harus muncul 4 macam yakni pendidikan penguatan karakter, literasi sekolah, keterampilan abad 21 atau 4C (Creative, Critical thinking, Communicative, dan Collaborative), dan HOTS (Higher Order Thinking Skill. Menurut Mansur (2017) kualitas pendidikan berkaitan dengan proses pembelajaran dikelas sehingga meilbatkan peserta didik berperan aktif didalam proses pembelajaran yang dapat meningkatkan kamampuan literasi peseta didik.

Kreatif merupakan pembelajaran yang menekankan pada suatu gagasan yang tidak menuntut sesuai dengan buku catatan, ataupun lainnya. Menurut Putra, dkk (2012) bahwa kemampuan berpikir kreatif yakni kemampuan untuk menumbuhkan suatu ide-ide atau gagasan baru. Kreatif berhubungan dengan menemukan dan mengahasilkan.Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan seseorang untuk menilai sesuatu secara orisinal. sedangkan menurut Anggita (2015) berpikir kritis mengacu pada apa yang diyakini terhadap sesuatu hal sehingga keputusan yang diambil didapati dari informasi yang akurat. 

Komunikasi adalah sebuah kegiatan mentransfer sebuah informasi baik secara lisan maupun tulisan meyakinkan informasi Saudara diterima. Menurut Hodiyanto (2017) bahwa kemampuan komunikasi adalah kemampuan siswa menyampaikan ide baik secara lisan maupun secara tulisan.Collaborative (kolaborasi) adalah kemampuan berkolaborasi atau bekerja sama, saling bersinergi, beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggungjawab, bekerja secara produktif dengan yang lain, menempatkan empati pada tempatnya, menghormatierspektif berbeda. Menurut Apriono (2013) menyatakan bahwa pembelajaran kolaboratif berorientasi pada peserta didik yang tingkat kognitifnya rendah sehingga mempengaruhi peserta didik satu dengan yang lainnya. 

Di sekolah menengah pertama negeri 5 seluma pada mata pelajaran biologi telah adanya buku ajar dalam proses pembelajaran namun belum terdapat / tergambar dengan jelas komponen untuk menumbuhkan kemampuan 4C yakni critical, creative, collaborative dan communicative dalam proses pembelajaran dengan nilai rata-rata hasil belajar yang kurang baik. 

Pada mata pelajaran biologi siswa harus berhadapan dengan materi disemester II. Keadaan yang seperti itu dapat mempengaruhi kurang adanya kemampuan dalam berfikir kritis, kreatif, kolaboratif, dan komunikatif. Siswa dituntut untuk lebih antusias, aktif dalam berpikir dan mencari informasi. Karena semuanya itu merupakan pondasi utama dalam membentuk kepribadian yang mandiri serta inovatif ketika dia terjun ke dunia masyarakat. 

Proses pembelajaran dikelas, masih ada permasalahan-permasalahan yang perlu adanya solusi untukmengatasasinya. Ini adalah salah satu contoh contoh isi buku yang belum memuat kemampuan 4C.Buku ajar merupakan bagian yang penting dalam keberlangsungan kegiatan belajar mengajar karena bahan ajar merupakan sebagai sumber belajar baik bagi siswa maupun bagi guru. Menurut Hanifah (2014) bahwa buku ajar merupakan salah satu penunjang pencapaian tujuan pembelajaran dan untuk mengetahui bagaimana peran buku ajar yang berkualitas. 

Menurut Pasaribu & Saparini (2017) menyatakan bahwa bahan ajar merupakan salah satu bagian dari proses pembelajaran sehingga harus disusun secara sistematis. Dari buku ajar terdapat permasalahan paling pokok yaitu mengenai bahan ajar yang selama ini digunakan oleh guru yang belum berhasil secara optimal. Dalam bahan ajar yang telah ada masih adanya kekurangan yaitu (1) belum adanya kelengkapan dalam perlengkapan bahan ajar (2) dalam bahan ajar sudah adanya keterkaitan untuk menumbuhkan kemampuan 4C, namun kata-katanya masih membingungkan siswa (3) evaluasi yang diberikan masih belum dikatagorikan untuk menumbuhkan kemampuan 4C. 

Kegiatan pembelajaran disekolah belum tersedia buku yang cocok yang disertai model pembelajaran yang tepat. Salah satunya adalah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Menurut Triwahyuni, dkk (2015) menyatakan bahwa model Problem Based Learning adalah pembelajaran yang berfokus pada pembelajaran siswa dan bukan pada pengajaran guru atau berbagai situasi bermasalah yang autentik dan bermakna kepada peserta didik, yang dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi dan penyelidikan. Sedangkan menurut Lestari, dkk (2015) menyatakan bahwa Problem Based Learning adalah rnetode pendidikan yang mendorong siswa untuk mengenal cara belajar dan bekerjasarna dalam kelompok untuk mencari penyelesaian masalah dalam kehidupan. 

Model Pembelajaran Berbasis Masalah cocok digunakan dalam pembelajaran biologi, karena model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan pemahaman peserta didik tentang apa yang mereka pelajari sehingga diharapkan mereka dapat menerapkannya dalam kondisi nyata pada kehidupan sehari-hari serta dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam menyelesaikan masalah-masalah yang lebih kompleks.Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian “pengembangan buku ajar untuk menumbuhkembangkan kemampuan 4C (critical, creative, collaborative, communicative) melalui model pembelajaran problem based learning pada pembelajarn biologi di Sekolah Menengah Pertama Negeri 5 Seluma

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun