Mohon tunggu...
Nanda Barokah
Nanda Barokah Mohon Tunggu... Psikolog - Mahasiswa Psikologi

Saya nanda barokah mahasiswa psikology disalah satu universitas dijakarta yaitu universitas mercu buana, hobby saya mendengarkan musik dan travelling

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Mengatasi Unfinished Business dalam Keluarga

9 Desember 2024   22:12 Diperbarui: 10 Desember 2024   23:21 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Mengatasi Unfinished Business dalam Keluarga

Oleh

Nanda Barokah, Andhika Syarifuddin Wibowo & Laila Meiliyandrie Indah Wardani

Fakultas Psikologi, Universitas Mercu Buana

"Unfinished business" bisa kita artikan sebagai "urusan gantung", "beban pikiran", atau "hal yang mengganjal di hati". Ini seperti ada batu besar di dalam pikiran yang terus mengganggu kita dan membuat kita sulit fokus pada hal lain (Kumalasari, dalam Suryaman 2020). Tidak adanya dukungan ataupun sosok keluarga yang dapat menimbulkan kecanggungan didalam keluarga. agustriyana & suwanto, (2017). Situasi ini sering kali muncul akibat komunikasi yang tidak efektif, perbedaan nilai atau pandangan, serta peristiwa traumatis yang tidak ditangani dengan baik (Trijayanti, 2018). Ketidakselesaian ini dapat menyebabkan ketegangan, kesalahpahaman, dan emosi negatif yang berkepanjangan, yang pada akhirnya mengganggu keharmonisan dan kebahagiaan keluarga. Misalnya, jika seseorang merasa diabaikan atau tidak dihargai, perasaan tersebut dapat membesar seiring berjalannya waktu dan menimbulkan ketegangan yang tidak perlu. Oleh karena itu, menciptakan ruang untuk komunikasi yang sehat sangat penting dalam mencegah unfinished business.

Keluarga adalah tempat pertama kita belajar tentang kehidupan, tapi tidak semua keluarga punya hubungan yang baik ataupun harmonis. Terkadang, ada masalah atau masa lalu yang belum diselesaikan yang membuat hubungan keluarga jadi tidak harmonis. Masalah yang belum diselesaikan ini contohnya beban dihati yang tidak bisa diungkapkan, misalkan dendam, marah, benci, sedih, atau merasa tidak dianggap oleh keluarga. Perasaan-perasaan ini seringkali tidak kita ungkapkan tapi terus diingat dipikiran kita. Kalau perasaan ini tidak segera diselesaikan, hubungan kita dengan oranglain terutama dengan keluarga jadi tidak baik (Corey, 2023).

Baru-baru ini ada film yang berjudul “Home Sweet Loan” dimana film ini menceritakan tentang anak bungsu yang merasa diabaikan dengan keluarganya oleh karena itu ia ingin mempunyai rumah sendiri agar terbebas dari dalam rumah itu.

Perbedaan Persepsi antara anak bungsu dan keluarga

Anak bungsu yang mungkin lebih berhati-hati dalam mengelola keuangan dan khawatir akan konsekuensi jangka panjang dari pinjaman, dan tetapi keluarganya lebih impulsif dalam mengambil keputusan finansial dan kurang mempertimbangkan risiko jangka panjang.

Anak bungsu yang merasa bertanggung jawab atas kesejahteraan finansial keluarga dan khawatir jika terjadi sesuatu yang buruk namun keluarganya menyalahkan keadaan atau faktor eksternal atas kesulitan finansial mereka.

Anak bungsu yang memprioritaskan stabilitas finansial dan keamanan jangka Panjang sedangkan kakanya memprioritaskan kesenangan jangka pendek atau memenuhi kebutuhan material.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun