Mohon tunggu...
Nanda Apriliana
Nanda Apriliana Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Nanda Apriliana adalah seorang mahasiswa di Universitas Jember dengan prodi Hubungan Internasional. Nanda memiliki ketertarikan yang besar terhadap kepenulisan. Adapun topik-topik yang digemari Nanda sebagai tema dalam bahan kepenulisan seperti isu internasional, politik, pengetahuan umum, dan entertaiment.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Suku Bunga The Fed Terus Alami Kenaikan, Akankah Memicu Trauma Akan Krisis Moneter Asia dan Bagaimana Dampaknya Bagi Global?

3 April 2023   23:25 Diperbarui: 3 April 2023   23:55 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

The Fed Amerika telah berkali-kali menaikkan suku bunganya.  Kenaikan terbaru pada tahun 2023 ini  sebanyak 0,25% sehingga total suku bunganya menjadi sejumlah 4,75% hingga 5%. 

Kenaikan ini tentunya bukan tanpa alasan, Amerika yang sedang dilanda krisis dan adanya inflansi menjadi alasan mengapa kenaikan suku bunga tersebut terus terjadi berkali-kali bahkan telah terhitung 9 kali pada satu tahun terakhir. 

Inflasi terjadi terus menerus, sementara itu krisis perbankan menjadi permasalahan di Amerika. Krisis yang semakin parah bisa berpengaruh pada berbagai aspek kehidupan sehari-hari seperi ekonomi, bisnis hingga rumah tangga. Beberapa permasalahan di Amerika itulah yang mempengaruhi The Fed untuk menaikkan suku bunganya. 

Dengan menaikkan suku bunga, Amerika berharap dapat memperlambat ekonomi sehingga bisa menanggulangi lonjakan inflasi. Tingginya inflasi di Amerika sendiri disebabkan oleh kenaikan harga dari beberapa item seperti rumah, gas dan juga BBM. 

Inflasi tahunan di Amerika sendiri menyentuh persentase lebih dari 6%. Dengan terus naiknya suku bunga dari The Fed, maka semakin tinggi pula biaya yang harus dibayarkan bank untuk mengambil pinjaman dana di The Fed.

Kenaikan dari suku bunga The Fed ini memiliki dampak yang cukup besar bagi perekonomian global. Hal ini menyangkut dengan nilai mata uang negara-negara di dunia. Contonhnya saja China dengan mata uangnya yaitu Yuan harus jatuh hingga sebesar 11 persen dari Dollar Amerika. 

Di lain sisi ada Jepang yang mendapati nilai Yen turun hingga 26 persen dari Amerika Serikat. Hal ini tentunya membuat kecemasan bagi negara-negara lain. Apalagi jika hal ini terus berkepanjangan, maka ditakutkan akan menimbulkan resesi dan krisis keuangan di beberapa kawasan sebagai contohnya di Kawasan Asia.

Bagi kawasan Asia sendiri, dengan terus naiknya suku bunga The Fed, akan menimbulkan ketakutan tersendiri akan ancaman terulangnya krisis moneter seperti yang pernah terjadi pada Tahun 1997-1998. Krisis yang meruntuhkan perekonomian dunia ini terjadi di kawasan Asia Tenggara dan Asia Timur.

 Adanya krisis tersebut diduga disebabkan oleh "Hot Money Bubbles". Fenomena ini di latar belakangi oleh adanya dana asing yang terus mengalir masuk (capital inflow) secara masif dalam perekonomian suatu negara. 

Dana ini bersifat jangka pendek dan dapat keluar sewaktu-waktu (Capital outflow). Dana yang masuk tadi akan dikelola namun secara spekulatif, dan bisa memberikan hasil yang besar dalam jangka waktu yang relatif singkat. Namun semakin besar gelembung uang panas atau semakin besar dana yang yang dikelola secara spekulatif tersebut, tentulah dana yang diperlukan semakin besar pula.

Hot money bubble tersebut tetap dimaksimalkan dengan tetap pada  nilai tukar yang sama walaupun suku bunga naik. Sehingga paparan akan valuta asing serta pinjaman luar negeri semakin besar. Lalu tibalah saat suku bunga Amerika Serikat dinaikkan dan menyebabkan nilai dollar Amerika Serikat semakin kuat. Hal ini membuat para investor asing menarik investasi-investasi di beberapa negara tujuan yang menyebabkan jatuhnya mata uang dan berlanjut hingga tahap krisis ekonomi.

Dampak krisis tersebut begitu besar hingga menyebabkan banyak sekali perusahaan mengalami kebangkrutan hingga menggulingkan pemerintah. Dampak luar biasa yang ditimbulkan seperti  utang luar negeri yang sangat membengkak, rusaknya nilai mata uang hingga pasar saham,hingga negara maju yang menjadi was was dan tidak mempercayakan negara berkembang untuk menanam investasi. 

Besarnya kekacauan akan krisis moneter tersebut merupakan mimpi buruk yang tidak ingin sampai terulang kembali. Sehingga dengan naiknya suku bunga The Fed ini membuat negara-negara di kawasan Asia memperkuat fundamental makroekonominya. Berbagai upaya dilakukan negara-negara untuk memperkuat perekonomiannya dan mengerahkan berbagai cara untuk menjaga mata uangnya tetap stabil. 

Selain itu, kekhawatiran akan terjadinya krisis moneter sudah mulai mereda ketika mengetahui inflasi di Amerika sudah mulai menurun, yang mana berati perekonomian Amerika mulai kembali membaik dan suku Bunga The Fed bisa mulai turun perlahan.

Bagi Indonesia sendiri dampak yang disebabkan kenaikan suku bunga ini akan menjadi berat karena outflow akan terus mengalir ke luar negeri. Bank Indonesia serta OJK diharapkan segera mengambil tindakan secepat mungkin sebelum outflow benar-benar terkuras keluar negeri. 

Dampak lainnya juga ada pada suku bunga di Bank Indonesia yang juga harus turut dinaikkan.  Mata uang Rupiah pun turut dikhawatirkan akan terus melemah dari Dollar akibat ditariknya berbagai investasi asing karena mereka ingin mencari zona aman dengan berinvestasi di negara safe haven yaitu negara yang mampu mempertahankan nilainya walaupun adanya ketidakstabilan kondisi ekonomi. 

Kenaikan suku bung The Fed juga berdampak pada utang luar negeri Indonesia dalam bentuk dollar yang bisa meningkat. Tentunya Indonesia perlu memperkuat lagi kestabilitasan perekonomian negara dan memperkuat makroekonominya dan menaikkan nilai rupiah agar dampak dari kenaikan suku bunga The Fed tidak terlalu besar bagi Indonesia.

The Fed sendiri merupakan sebuah bank sentral independen milik Amerika Serikat yang memiliki pengaruh besar terhadap perekonomian dunia. Namun kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan The Fed tidak harus mendapatkan persetujuan Amerika Serikat untuk penerapannya. 

Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan The Fed memiliki pengaruh terhadap keadaan keuangan internasional. The Fed sendiri diresmikan pada tahun 23 Desember 1913 oleh Federal Reserve Act dan ditanda tangani oleh Woodrow Wilson yang saat itu menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat. 

Latar belakang akan pendirian The Fed didasari oleh keinginan Amerika Serikat untuk meringankan krisis keunganan yang tengah terjadi di masa itu dengan cari turut mengontrol pusat sistem moneter. 

The Fed sendiri memiliki tugas-tugas utama yang harus dijalankan yang antara lain:  Melaksanakan kebijakan moneter negara, menjaga stabilitas perekonomian negara, memastikan lembaga keuangan merasa aman dan berjalan dengan baik, bertanggung jawab untuk memastikan sistem pembayaran dan tranksaksi dolar aman dan efisien, dan menjamin keamanan konsumen dengan adanya pengawasan serta mengembangkan perekonomian masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun