Selain itu, jika kecurangan dalam pemilihan BEM terjadi secara sistematis dan terus-menerus, maka dapat menggerus kepercayaan pemuda terhadap proses demokrasi di Indonesia. Pemuda yang merasa bahwa proses pemilihan BEM yang seharusnya adil dan transparan, malah diwarnai oleh kecurangan, dapat merasa bahwa hal yang sama bisa terjadi dalam konteks politik yang lebih luas di Indonesia.
Dalam hal ini, peran pemuda dalam dinamika politik Indonesia menjadi sangat penting. Pemuda memiliki potensi untuk menjadi agen perubahan yang signifikan dalam mengubah praktik politik yang tidak sehat. Pemuda dapat mengambil peran aktif dalam menyuarakan tuntutan untuk memperbaiki sistem pemilihan BEM, dan pada gilirannya memperbaiki sistem politik di Indonesia secara keseluruhan.
Dalam konteks pemilihan ketua BEM juga, kejujuran dapat diwujudkan dengan cara-cara seperti tidak melakukan kampanye hitam, tidak memfitnah calon lain, tidak menjanjikan sesuatu yang tidak dapat dipenuhi, serta mematuhi aturan yang telah ditetapkan oleh panitia pemilihan. Dengan adanya kejujuran dalam proses pemilihan ketua BEM, diharapkan dapat tercipta pemimpin yang benar-benar mewakili aspirasi dan kepentingan mahasiswa.
Oleh karena itu, penting bagi pemuda untuk tetap bersemangat dan terus terlibat dalam aktivitas politik di kampus dan di luar kampus, meskipun terjadi kecurangan dalam pemilihan BEM. Dengan melakukan hal ini, pemuda dapat memainkan peran penting dalam memperbaiki dan mengembangkan sistem politik yang lebih baik di Indonesia. Dengan memastikan bahwa pemilihan dilakukan dengan integritas dan kejujuran yang tinggi, sehingga dapat memperkuat demokrasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H