Mohon tunggu...
Afrianandani D. A
Afrianandani D. A Mohon Tunggu... -

Ketika menulis dijadikan tempat terakhir untuk memulangkan segala pikiran.. Salam sayang, dari papan ketik :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pulang (Cerpen Fiksi)

30 September 2016   00:21 Diperbarui: 30 September 2016   05:35 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kelakar tawa menggema di ruangan yang tak lebih dari 4 x 4 meter persegi itu. Salah seorang berseru, “Lekaslah pulang, Kinai,” tegas dan disusul pecah tawa pria-pria dewasa lainnya. Terus begitu hingga lelah memeluk jiwa mereka. Memaksa mereka untuk beristirahat.

Pagi kali ini, ruangan yang pengap itu tampak lebih pengap dari biasanya.

Dipenuhi sisa-sisa gelagak kebahagiaan,

Dipenuhi sisa-sisa rasa kemanusiaan.

Bima, satu dari 3 lelaki yang kemarin tertawa hingga rahang mereka tak lagi terasa menatap sudut ruangan yang semalam dibanjiri dengan rembesan merah dari tubuh yang kini tak ber-raga, mulai mengering, menyisakan bau-bau yang menambah sesak ruangan.

“Kinai pulang,” Bisiknya. Lalu dengan lamat-lamat melihat sekeliling ruangan. Seakan memindai dan kelebatan memori kembali hadir di depannya. Menunduk gelisah saat matanya kembali menatap sudut ruangan itu. Tiba-tiba tertawa,

“Aku memulangkannya,”

“Berterimakasihlah kepadaku dan teman-temanku, Kinai”

“Kau mendapatkan apa yang kau mau, setelah kami mendapatkan apa yang kami mau. Kita semua menang, bukan?”

Dalam hati, Bima merutuk bukan main. Memaki dengan lelah. Bukan beginilah seharusnya hidup Kinai berakhir.

“Bima!” Seru seorang teman yang baru saja selesai menenun mimpinya. “Bagaimana ini?!” Tanya nya.

Lelaki yang ditanyai memandang sekali lagi tubuh Kinai, “Selesaikan. Pulangkan Kinai dengan cara yang benar!” Tuntasnya.

Dengan dibebat rasa takut dan penyesalan yang tipis dan nyaris hampir tak terlihat, Bima menjejak keluar ruangan. Berhenti sepersekian detik, “Selagi kalian memulangkan Kinai, aku akan memulangkan kita,”

“Apa maksudmu?!” Seru salah seorang teman Bima yang lain.

“Berhenti disana, Bim! Aku tak mau!” Seru yang lain. Tapi Bima tetaplah Bima. Dia tahu semua orang menantikan kepulangan mereka. Akhir dari tujuan hidup mereka hari itu. Kemanapun tempat yang dituju, untuk pulang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun