Mohon tunggu...
Nanda Dahlian Febrianti
Nanda Dahlian Febrianti Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Future Journalist

Grow Up, Shinning Up, Keep Going

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Anak Muda Haus Atensi?

27 Oktober 2021   15:52 Diperbarui: 27 Oktober 2021   15:53 2094
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) atensi berarti perhatian atau minat, sedangkan kata haus berarti keadaan kerongkongan yang kering dan bisa juga berarti sangat ingin. Merujuk dari pengertian di atas kata  haus atensi dapat diartikan sebagai sikap seseorang yang sangat ingin mendapat perhatian dari orang lain.

Salah satu ciri dari sikap haus atensi adalah sering pamer sesuatu di sosial media. Hal tersebut dilakukan agar mendapat balasan berupa pujian ataupun perhatian khusus dari orang lain yang melihatnya. Namun perlu diingat bahwa mengunggah sesuatu di sosial media tidak berarti selalu ingin pamer.

Tak dapat dipungkiri bahwa manusia memang selalu menginginkan dan membutuhkan perhatian dari manusia lain di lingkungannya.

Namun demikian, sikap haus atensi ini sebenarnya bukan hal yang baik. Selain karena akan menggagu orang lain, sikap ini juga akan membuat banyak pekerjaan kita terhambat, dan bahkan membuat kita tidak bisa menerima diri sendiri karena selalu berusaha menjadi yang terbaik dalam segala hal demi perhatian orang lain.

Dalam lingkup yang lebih sempit, sebagai pelajar saya banyak menemui orang-orang bahkan pernah merasakan sendiri sikap haus atensi. Seorang remaja seringkali ingin menjadi pusat perhatian dan selalu butuh pengakuan orang lain untuk setiap hal yang dimilikinya. 

Banyak sekali faktor yang mendorong sikap haus atensi ini, kondisi sosial yang dialami hingga gangguan kepribadian menjadi penyebab haus atensi.

Namun bagi seorang remaja, haus atensi ini dapat diatasi dengan berbagai macam kegiatan positif. Yang pertama untuk menghindarinya ialah dengan menerima diri sendiri baik secara jasmani maupun rohani, jangan pernah membandingkan diri dengan orang lain. Setelah itu kamu bisa mengembangkan hobby, minat bakat, dan mencari teman yang bisa saling mendukung. Hindari bergaul dengan orang-orang dari lingkungan toxic, dan belajar menggunakan sosial media dengan bijak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun