Mohon tunggu...
Nanda Dahlian Febrianti
Nanda Dahlian Febrianti Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Future Journalist

Grow Up, Shinning Up, Keep Going

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Remaja dan Konsumerisme

20 Oktober 2021   13:02 Diperbarui: 20 Oktober 2021   13:06 1324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konsumerisme adalah paham atau aliran/ ideologi dimana seseorang maupun kelompok melakukan atau menjalankan proses konsumsi atau pemakaian barang-barang hasil produksi secara berlebihan dan tidak sepantasnya secara sadar dan berkelanjutan. 

Singkatnya konsumerisme ialah sikap berlebihan dalam konsumsi suatu barang. Pada awalnya, konsumerisme timbul karena adanya persaingan antarprodusen yang terus berusaha untuk menarik minat konsumen terhadap barang produksi mereka. Sehingga para produsen terus melakukan berbagai cara agar produk mereka lebih unggul dan banyak digemari.

Lantas bagaimana hubungan konsumerisme dengan remaja?

Di usia remaja berbagai proses pertumbuhan dan perkembangan menuju kehidupan dewasa dialami. Pergaulan dan pemikiran seorang remaja pun kian berkembang dan meluas. Tak sedikit pula para remaja yang menjadi haus popularitas atau perhatian dari orang sekitarnya. 

Seorang remaja tidak lagi menginginkan permen ataupun balon, mereka lebih menginginkan barang-barang yang bisa mendukung ataupun menjadikan mereka pusat perhatian. Tak heran jika banyak remaja menghabiskan uang saku mereka untuk barang-barang yang dinilai tak terlalu penting. 

Kemajuan teknologi juga mendorong perilaku konsumerisme pada remaja,munculnya berbagai e-commerce yang mudah sekali diakses lewat gawai yang dimiliki menjadikan para remaja sering kalap saat berbelanja. Dan seringnya barang-barang yang telah dibeli tidak terpakai dan menumpuk.

Perilaku konsumerisme tentulah mempunyai banyak dampak negatif, baik yang berjangka pendek maupun jangka panjang. Jangka pendek seperti uang saku yang habis begitu saja untuk barang-barang tak penting, sedangkan jangka panjangnya akan menumpuk barang tak terpakai yang bahkan bisa menimbulkan stress dan perasaan tak nyaman, dan dampak lainnya.

Lalu bagaimana agar tidak tidak terjerat konsumerisme lagi?

Yang pertama yakni membuat skala prioritas pada saat itu, barang apa saja yang penting dan mendesak, tak penting mendesak, penting tak mendesak, dan tak penting tak mendesak. Setelah itu mulai atur uang saku yang kamu miliki untuk barang-barang tersebut. 

Selain itu juga sikap mencintai diri sendiri juga perlu ditanamkan. Hargai diri kamu seperti apapun itu, pilih style fashion yang nyaman dan aman kamu gunakan bukan hanya sekadar mengikuti trend.

Yang terakhir pilih juga teman dekatmu karena lingkungan dan lingkup pertemanan kamu juga memengaruhi sikap konsumerismemu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun