Mohon tunggu...
Nanda Inb
Nanda Inb Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer

Menyukai dunia kepenulisan fiksi dan nonfiksi. Lulus dari jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Stilistika: Persajakan dalam Puisi "Kalau Saja Aku Mampu" Karya Fiersa Besari

11 Januari 2024   13:16 Diperbarui: 11 Januari 2024   16:59 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau Saja Aku Mampu

Karya: Fiersa Besari

Kalau saja aku mampu, sudah kukejar langkahmu

Agar kita berjalan berdampingan

Kalau saja aku mampu, sudah kuhiasi hari-harimu

Dengan penuh senyuman

Kalau saja aku mampu, sudah kutemui dirimu

Saat dirundung kesedihan

Kalau saja aku mampu, sudah kupastikan bahwa aku pantas

Untuk kau sandingkan

 

Kalau saja aku mampu, sudah kubalikkan waktu

Agar saat itu tak jadi mengenalmu

Kalau saja aku mampu, sudah kuarungi hariku tanpa memikirkanmu

Kalau saja aku mampu, sudah kutarik jiwaku

Yang ingin berada di sebelahmu

Kalau saja aku mampu, sudah kuminta hatiku

Agar berhenti merasakanmu

 

Tapi aku mampu untuk memandangimu dari kejauhan

Tanpa pernah berhenti mendoakan

Aku juga mampu menjadi rumah untukkmu

Menunggumu yang tak tahu arah pulang

Sungguh aku mampu merindukanmu tanpa tahu waktu

Tanpa sedikitpun alasan

Untukkmu aku mampu

Karena kau pantas dengan semua pengorbanan

Analisis unsur persajakan dalam puisi "Kalau Saja Aku Mampu" karya Fiersa Besari: 

Persajakan berupa permainan bunyi kata yang berangkat dari prinsip repetisi. Dalam persajakan ada bunyi tertentu yang diulang-ulang dengan tujuan untuk memperindah suara yang dihasilkan. Pada intinya adanya repetisi bunyi itu sengaja dimaksudkan untuk memperoleh efek kepuitisan atau efek keindahan. Kemunculan pengulangan bunyi sengaja dipilih kata-kata tertentu yang memiliki kemiripan bunyi. Namun, keindahan bunyi kata-kata berulang tersebut tidak boleh mengabaikan muatan makna.

Dalam puisi "Kalau Saja Aku Mampu" karya Fiersa Besari ini dapat dilihat, terdapat banyak pengulangan kata. Dimulai pada bait pertama puisi, di sana terdapat larik yang berjumlah delapan. Pada larik-larik tersebut terdapat asonansi dan aliterasi. Pada larik Kalau saja aku mampu, sudah kukejar langkahmu; Kalau saja aku mampu, sudah kuhiasi hari-harimu; Kalau saja aku mampu, sudah kutemui dirimu, pada ketiga larik tersebut terdapat asonansi vokal [a] pada kata saja dan sudah. Dan asonansi vokal [u] pada kata (kalau, aku, mampu, langkahmu, hari-harimu, dirimu). 

Masih pada bait pertama, terdapat kombinasi aliterasi konsonan [n] dan asonansi vokal [a] seperti pada bait berikut Agar kita berjalan berdampingan; Dengan penuh senyuman; Saat dirundung kesedihan; Untuk kau sandingkan, kombinasinya yaitu pada kata (berdampingan, senyuman, kesedihan, sandingkan).

Pada bait kedua, semua lariknya mengandung asonansi vokal [u], bisa dilihat pada larik berikut ini, Kalau saja aku mampu, sudah kubalikkan waktu; Agar saat itu tak jadi mengenalmu; Kalau saja aku mampu, sudah kuarungi hariku tanpa memikirkanmu; Kalau saja aku mampu, sudah kutarik jiwaku; Yang ingin berada di sebelahmu; Kalau saja aku mampu, sudah kuminta hatiku; Agar berhenti merasakanmu.

 Pada bait ketiga terdapat kombinasi asonansi vokal [a] dan aliterasi konsonan [n], dapat dilihat dari larik, Tapi aku mampu untuk memandangimu dari kejauhan; Tanpa pernah berhenti mendoakan; Tanpa sedikitpun alasan; Karena kau pantas dengan semua pengorbanan. Masih pada bait ketiga, terdapat asonansi vokal [u] seperti pada larik, Tapi aku mampu untuk memandangimu dari kejauhan; Aku juga mampu menjadi rumah untukkmu; Menunggumu yang tak tahu arah pulang; Sungguh aku mampu merindukanmu tanpa tahu waktu; Untukkmu aku mampu.

Dalam sebuah puisi pendayaan bunyi tertentu yang menghasilkan pola keteraturan atau persajakan dapat diusahakan untuk membangkitkan atau mengundang bunyi-bunyi pada kata-kata lain yang mirip. Hal itu merupakan fungsi persajakan yang dikenal sebagai evokasi.  Daya evokasi merupakan salah satu fungsi persajakan yang penting untuk mengundang kata-kata lain yang bersajak sehingga membangkitkan keteraturan bunyi. 

Adanya keteraturan bunyi-bunyi tertentu yang terpola, ekspresif, dan ritmis itulah yang menyebabkan sebuah puisi menjadi bersifat puitis. Daya evokasi secara sempurna dapat membangkitkan bunyi pada kata-kata lain untuk menghasilkan efek persajakan baik dalam bentuk alitersi maupun asonansi. Hasilnya, larik-larik itu akan puitis bahkan juga melodis. Pada puisi "Kalau Saja Aku Mampu" karya Fiersa Besari ini dapat dilihat daya evokasinya secara sempurna sehingga puisi tersebut menjadi puitis dan melodis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun