Kalau Saja Aku Mampu
Karya: Fiersa Besari
Kalau saja aku mampu, sudah kukejar langkahmu
Agar kita berjalan berdampingan
Kalau saja aku mampu, sudah kuhiasi hari-harimu
Dengan penuh senyuman
Kalau saja aku mampu, sudah kutemui dirimu
Saat dirundung kesedihan
Kalau saja aku mampu, sudah kupastikan bahwa aku pantas
Untuk kau sandingkan
Â
Kalau saja aku mampu, sudah kubalikkan waktu
Agar saat itu tak jadi mengenalmu
Kalau saja aku mampu, sudah kuarungi hariku tanpa memikirkanmu
Kalau saja aku mampu, sudah kutarik jiwaku
Yang ingin berada di sebelahmu
Kalau saja aku mampu, sudah kuminta hatiku
Agar berhenti merasakanmu
Â
Tapi aku mampu untuk memandangimu dari kejauhan
Tanpa pernah berhenti mendoakan
Aku juga mampu menjadi rumah untukkmu
Menunggumu yang tak tahu arah pulang
Sungguh aku mampu merindukanmu tanpa tahu waktu
Tanpa sedikitpun alasan
Untukkmu aku mampu
Karena kau pantas dengan semua pengorbanan
Analisis unsur persajakan dalam puisi "Kalau Saja Aku Mampu" karya Fiersa Besari:Â
Persajakan berupa permainan bunyi kata yang berangkat dari prinsip repetisi. Dalam persajakan ada bunyi tertentu yang diulang-ulang dengan tujuan untuk memperindah suara yang dihasilkan. Pada intinya adanya repetisi bunyi itu sengaja dimaksudkan untuk memperoleh efek kepuitisan atau efek keindahan. Kemunculan pengulangan bunyi sengaja dipilih kata-kata tertentu yang memiliki kemiripan bunyi. Namun, keindahan bunyi kata-kata berulang tersebut tidak boleh mengabaikan muatan makna.
Dalam puisi "Kalau Saja Aku Mampu" karya Fiersa Besari ini dapat dilihat, terdapat banyak pengulangan kata. Dimulai pada bait pertama puisi, di sana terdapat larik yang berjumlah delapan. Pada larik-larik tersebut terdapat asonansi dan aliterasi. Pada larik Kalau saja aku mampu, sudah kukejar langkahmu; Kalau saja aku mampu, sudah kuhiasi hari-harimu; Kalau saja aku mampu, sudah kutemui dirimu, pada ketiga larik tersebut terdapat asonansi vokal [a] pada kata saja dan sudah. Dan asonansi vokal [u] pada kata (kalau, aku, mampu, langkahmu, hari-harimu, dirimu).Â
Masih pada bait pertama, terdapat kombinasi aliterasi konsonan [n] dan asonansi vokal [a] seperti pada bait berikut Agar kita berjalan berdampingan; Dengan penuh senyuman; Saat dirundung kesedihan; Untuk kau sandingkan, kombinasinya yaitu pada kata (berdampingan, senyuman, kesedihan, sandingkan).
Pada bait kedua, semua lariknya mengandung asonansi vokal [u], bisa dilihat pada larik berikut ini, Kalau saja aku mampu, sudah kubalikkan waktu; Agar saat itu tak jadi mengenalmu; Kalau saja aku mampu, sudah kuarungi hariku tanpa memikirkanmu; Kalau saja aku mampu, sudah kutarik jiwaku; Yang ingin berada di sebelahmu; Kalau saja aku mampu, sudah kuminta hatiku; Agar berhenti merasakanmu.
 Pada bait ketiga terdapat kombinasi asonansi vokal [a] dan aliterasi konsonan [n], dapat dilihat dari larik, Tapi aku mampu untuk memandangimu dari kejauhan; Tanpa pernah berhenti mendoakan; Tanpa sedikitpun alasan; Karena kau pantas dengan semua pengorbanan. Masih pada bait ketiga, terdapat asonansi vokal [u] seperti pada larik, Tapi aku mampu untuk memandangimu dari kejauhan; Aku juga mampu menjadi rumah untukkmu; Menunggumu yang tak tahu arah pulang; Sungguh aku mampu merindukanmu tanpa tahu waktu; Untukkmu aku mampu.
Dalam sebuah puisi pendayaan bunyi tertentu yang menghasilkan pola keteraturan atau persajakan dapat diusahakan untuk membangkitkan atau mengundang bunyi-bunyi pada kata-kata lain yang mirip. Hal itu merupakan fungsi persajakan yang dikenal sebagai evokasi. Â Daya evokasi merupakan salah satu fungsi persajakan yang penting untuk mengundang kata-kata lain yang bersajak sehingga membangkitkan keteraturan bunyi.Â
Adanya keteraturan bunyi-bunyi tertentu yang terpola, ekspresif, dan ritmis itulah yang menyebabkan sebuah puisi menjadi bersifat puitis. Daya evokasi secara sempurna dapat membangkitkan bunyi pada kata-kata lain untuk menghasilkan efek persajakan baik dalam bentuk alitersi maupun asonansi. Hasilnya, larik-larik itu akan puitis bahkan juga melodis. Pada puisi "Kalau Saja Aku Mampu" karya Fiersa Besari ini dapat dilihat daya evokasinya secara sempurna sehingga puisi tersebut menjadi puitis dan melodis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H