Aku Ingin
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
Berikut ini analisis unsur stile (gaya bahasa) dalam puisi "Aku Ingin" karya Sapardi Djoko Damono:
a. Bunyi
Dalam puisi "Aku Ingin" ini terdapat unsur bunyi berupa persajakan, irama, nada dan suasana. Persajakan yang terdapat pada puisi tersebut berupa asonansi (pengulangan bunyi vokal dalam satu baris kalimat) dan aliterasi (pengulangan bunyi konsonan dalam satu baris kalimat). Pada bait puisi tersebut ditemukan banyak asonansi vokal [a]. Larik pertama hingga terakhir didominasi oleh asonansi vokal [a], karena pada larik-larik tersebut ditemukan banyak vokal [a] baik itu di awal, di tengah, maupun di akhir kata. Aliterasi juga terdapat pada larik petama, keempat, kelima, dan keenam. Pada larik-larik tersebut ditemukan aliterasi konsonan [n]. Dengan adanya asonansi dan aliterasi dalam puisi tersebut dapat membangkitkan evokasi atau peraturan sajak untuk membangkitkan bunyi-bunyi pada kata-kata yang mirip.Â
Pada puisi "Aku Ingin" terdapat efoni atau keteraturan bunyi sehingga dapat membangkitkan irama dan membuat puisi menjadi melodis. Efoni itu muncul karena adanya asonansi dan aliterasi pada larik-larik puisi tersebut. Nada dan suasana yang sesuai juga dapat menjadi faktor pendukung keindahan puisi tersebut. Puisi akan semakin indah jika dibawakan dengan nada dan suasana yang sesuai. Puisi "Aku Ingin" ini sangat cocok dibacakan dengan nada yang lembut, halus, tidak terlalu cepat, dan penuh penghayatan. Suasana yang dapat mendukung puisi tersebut adalah suasana romantisme.
b. Leksikal
Pada puisi "Aku Ingin" terdapat aspek leksikal berupa sinonimi atau persamaan kata seperti, pada kata diucapkan yang sama maknanya dengan disampaikan. Selain itu terdapat kolokasi atau kata yang cenderung digunakan berdampingan seperti, pada kata awan dan hujan.
c. Gramatikal
Pada puisi "Aku Ingin" terdapat aspek gramatikal berupa referensi endoporis atau pengacuan yang terdapat di dalam teks, seperti pada kata aku, -mu, dan -nya. Lalu terdapat substitusi nominal seperti, pada kata aku, kayu, api, abu, awan, dan hujan. Substitusi verba seperti, pada kata mencintaimu, diucapkan, menjadikannya, dan disampaikan. Selanjutnya terdapat konjungsi atau kata hubung seperti, pada kata dengan dan yang.
d. Bahasa Figuratif
Pada puisi "Aku Ingin" terdapat bahasa figuratif atau bahasa yang berbeda dari bahasa pada umumnya, karena bahasa yang digunakan mengandung makna konotatif atau makna kias yaitu makna bukan sebenarnya. Pada puisi tersebut terdapat majas paralelisme seperti, pada larik pertama dan keempat dikarenakan terdapat pengulangan kalimat dalam satu bait puisi, lalu pada larik kedua dan kelima juga terdapat pengulangan kata dengan pada satu bait puisi. Majas personifikasi atau majas yang membuat benda mati seolah-olah hidup, terdapat pada larik dengan kata yang tak sempat diucapkan; kayu kepada api yang menjadikannya abu, dengan isyarat yang tak sempat disampaikan; awan kepada hujan yang menjadikannya tiada. Kemudian majas polisendenton atau gaya bahasa yang mengungkapkan frasa, klausa, maupun kalimat dengan menggunakan kata sambung, seperti pada semua larik puisi yang semua lariknya mengandung kata dengan dan yang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H