Mohon tunggu...
Nanda Nimas Setyorini
Nanda Nimas Setyorini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi

Mahasiswa Psikologi UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Memahami Quarter Life Crisis dan Cara Menghadapinya

2 Januari 2022   03:25 Diperbarui: 2 Januari 2022   09:27 630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Saat ini istilah quarter life crisis semakin banyak digunakan, namun masih banyak masyarakat yang belum begitu memahami apa itu quarter life crisis, apa saja tanda-tandanya, dan bagaimana cara mengatasinya.

Berawal dari Alodokter, yang disebut dengan quarter-life crisis mengacu pada masa ketika orang berusia antara 18 sampai  30 tahun khawatir, dan bingung tentang ketidakpastian kehidupan masa depan mereka. Mereka biasanya mempertimbangkan masalah dalam hubungan, cinta, karier, dan kehidupan sosial. Tak hanya itu, orang yang pernah mengalami quarter life crisis bahkan kerap mempertanyakan eksistensi dirinya sebagai pribadi. Beberapa orang merasa bahwa mereka tidak memiliki tujuan dalam hidup mereka. Menurut Robbins & Wilner (2001), quarter-life crisis didefinisikan sebagai respons terhadap puncak ketidakstabilan, perubahan terus-menerus, terlalu banyak pilihan, serta perasaan panik dan tidak berdaya yang biasanya terjadi pada individu berusia 18 hingga 29 tahun. Quarter Life Crisis terjadi pada  usia 20-an dan 30-an. Karena itu sering dikatakan bahwa Quarter Life Crisis terjadi pada masa dewasa awal. Santroc mendefinisikan masa dewasa awal terjadi pada 20-30 tahun (Santrock, 2012).

Setelah quarter life crisis, kesepian, kecemasan, dan kebingungan tentang tujuan hidup biasanya muncul. Tidak jarang seseorang menjadi lebih pendiam dan menarik diri dari lingkungan sosial. Padahal, quarter life crisis adalah hal yang biasa, apalagi dalam seperempat abad, beban dan kebutuhan hidup semakin meningkat. Menurut survei yang dilakukan LinkedIn, 75% orang berusia 25-33 tahun mengaku pernah mengalami quarter life crisis di hidup mereka. Meski hal ini lumrah, bukan berarti kamu harus menyerah ketika quarter life crisis datang dan mempengaruhi aktivitas kamu.

Quarter-life crisis biasanya dimulai ketika seorang anak muda memiliki masalah "dewasa" untuk pertama kalinya dalam hidupnya. Ada beberapa situasi yang biasanya memicu quarter of life crisis, antara lain:

1. Punya masalah pekerjaan atau keuangan

2. Rencanakanlah karir dan masa depan

3. Hidup mandiri untuk pertama kalinya

4. Memiliki hubungan yang serius untuk pertama kalinya

5. Setelah menghabiskan begitu banyak waktu dengan satu sama lain, tapi setelah putus

6. Melihat teman sebaya mewujudkan impian mereka terlebih dahulu

7. Buat keputusan pribadi atau profesional yang akan bertahan lama

Beberapa karakteristik umum yang menjadi tanda bahwa individu mungkin sedang mengalami quarter life crisis (Robinson dkk., 2013), yaitu:

  • Orang atau individu yang merasa tidak mengetahui keinginan dan tujuan hidup.
  • Pencapaian pada usia 20-an tidak sesuai dengan harapan
  • Takut akan kegagalan
  • Tidak ingin merelakan masa kecil dan masa remaja berakhir
  • Takut tidak mampu menempatkan pilihan yang tepat untuk sebuah keputusan
  • Cenderung atau lebih membandingkan pencapaian dan keadaan mereka dengan orang lain agar merasa tidak kompeten dan tidak berharga.

Sebenarnya wajar jika sesorang mengalami quarter life crisis. Namun, hal tersebut tidak boleh dianggap remeh, karena jika tidak ditangani dengan baik, quarter life crisis bisa berubah menjadi depresi. Untuk menghadapi quarter life crisis, ada beberapa hal yang dapat dilakukan, sebagai berikut:

  • Mulailah mengenal dan mencintai diri sendiri

Saat kita berada dalam quarter life crisis, kita cenderung mengabaikan berbagai kebahagiaan yang sebenarnya kita miliki. Padahal, untuk mencapai tujuan dalam hidup, pertama-tama kita perlu menghargai dan mencintai diri kita

  • Jangan membandingkan dengan orang lain

Di era digital,  semua orang seolah berlomba untuk berbagi momen dalam hidup, termasuk pencapaian, di media sosial. Saat mengalami quarter life crisis, bisa jadi frustasi dan frustasi melihat pencapaian orang lain. Sebab, tanpa disadari, kita membandingkan kehidupan sahabat (orang yang tampak bahagia) dengan kehidupan kita sendiri. Padahal, konten yang dibagikan di media sosial biasanya adalah hal yang baik. Percayalah hidup setiap orang pasti punya masalah, jangan bandingkan dirimu dengan orang lain, karena itu hanya buang-buang waktu.

  • Temui orang yang dapat mendukungmu

Berada bersama orang-orang yang dapat mendukung mimpi dan cita-cita kita ,bisa menjadi cara untuk menghadapi quarter life crisis. Carilah orang yang memiliki minat yang sama, atau orang yang bisa menginspirasi kita menjadi orang yang lebih baik. Dengan beitu, kita tidak akan merasa sendiri dalam menjalani hidup.

  • Ubah keraguanmu menjadi sebuah tindakan

Wajar untuk merasa ragu akan banyak hal. Namun, jika keraguan masih ada, kapan kita akan mulai bertindak? Jadi, cobalah untuk lebih memperhatikan hal-hal positif dan mulailah melakukan sesuatu. Bisa jadi hal-hal yang membuat kita takut tidak akan terjadi.

  • Sadari bahwa orang dapat datang dan pergi.

Terkadang, kita mungkin berharap seseorang akan tinggal bersama kita sampai kita dewasa. Kita sering menempatkan sumber kebahagiaan pada mereka. Entah itu orang tua, teman, atau pasangan. Padahal, kita tidak pernah tahu kapan mereka akan meninggalkan kita, atau karena mereka pergi selamanya tanpa alasan. Jadi cobalah untuk memahami bahwa orang bisa datang dan pergi dalam hidup kita.

            Quarter life crisis bisa menyerang siapa saja, Karena masalah sebenarnya dalam hidup ini sangat alami. Perlawanan terhadap fase ini membutuhkan kekuatan fisik dan mental untuk mencegah krisis berlanjut. Jadi, selain memperhatikan kebutuhan jiwa, jangan lupa  untuk menjaga tubuh, berolahraga dan makan makanan yang bergizi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun