"Lebih 5 menit lagi sampai!", ucap seorang santri yang memandu saya, hampir 5 kali.Â
Kebersamaan itu amat berkesan, bersama-sama kita tertawa-tawa dengan kebohongan kata-kata "5 menit lagi" yang berujung hampir 1 jam silam; pada akhirnya, air Curug Bentang Padjajaran yang sedemikian dingin membasuhi seluruh tubuh, mengakhiri perjalanan panjang.
Seusai kembali, saya merasakan hal-hal yang tak ada di perkotaan. Saya diajak untuk memanen kol, salah satu hasil produksi terbesar di Al-Ittifaq.
Selama ini, tak pernah ku sadari begitu sulitnya merawat tumbuhan. Satu per satu diambil, dengan penuh perhatian dan kepedulian
Sama halnya dengan membesarkan seekor sapi dan domba. Selain perlu mempersiapkan pangan mereka, tempat tinggalnya pun perlu untuk senantiasa dirawat.
Mengikuti para santri dan alumni, ternyata Al-Ittifaq tidak hanya menjadi ahli dalam agrikultur pada umumnya. Mereka membudidayakan jamur.
Melihat proses dan teknik melakukannya sangat menakjubkan; mulai dari bibit, hingga pertumbuhan di tahap awal, kemudian disimpan dalam ruang khusus, prosesnya begitu kompleks dan lengkap.Â
Sepanjang 3 hari, kami makan bersama, berjalan bersama, hingga bernyanyi bersama. Dibalik pesona tertutup dan pendiam para santri dan santriwati tampilkan, kita sama. Sama-sama senang bernyanyi lagu pop modern, bercanda dan berkumpul, bahkan membicarakan masa depan.
Walau dikatakan penuh keberagaman, ternyata kita lebih mirip daripada yang disangka.